BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN

PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)

BAB I. Pendahuluan. Terdapat berbagai macam definisi mengenai UMKM. Berdasarkan Undangundang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Menurut laporan Education for all (EFA ) Global

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal langsung baik melalui penanaman modal asing maupun

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk, tingkat pengangguran, keadaan sosial budaya, kemajuan. per kapita ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

yaitu menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

PENINGKATAN PELAKSANAAN PERJANJIAN-PERJANJIAN ASEAN Oleh: Dina Kurniasaril

: Institute Of Southeast Asian Studies

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq

..._ PIDATO REKTOR PADA WISUDA PERIODE I TANGGAL 5 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN Community in a Global Community of Nations

Transkripsi:

1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian dagang banyak dibentuk baik yang multilateral maupun regional. ASEAN 1 menyadari banyaknya perubahan yang cepat di lingkungan regional dan derasnya arus globalisasi jelas memunculkan tantangan-tantangan baru yang lebih berat. Penandatangan Piagam ASEAN Desember 2008 menandai babak baru ASEAN dari kerjasama yang bersifat persaudaraan menjadi organisasi yang berdasarkan suatu komitmen bersama yang mengikat secara hukum. Piagam ASEAN memberikan ASEAN dasar yang kokoh bagi kerjasama intra regional dan internasional yang lebih efektif. Hal ini diharapkan dapat lebih menjamin kesepakatankesepakatan ASEAN yang telah dicapai. ASEAN telah menyepakati untuk mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang bertujuan untuk menciptakan sebuah pasar tunggal berbasis produksi yang sangat kompetitif yang mendorong pembangunan ekonomi yang adil bagi seluruh negara anggota, serta 1 ASEAN singkatan dari Association Southeast Asia Nation, adalah kawasan integrase regional yang dibentuk pada Tahun 1967 yang anggotanya terdiri dari negara-negara yang terletak di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Vietnam.

2 memfasilitasi integrasi dengan masyarakat global. Oleh karena itu, ASEAN mengembangkan ASEAN Economic Communitty (AEC) Blueprint yang ditandatangani pada tanggal 20 November 2007, yang memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu Tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015. 2 AEC Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara Anggota ASEAN untuk mencapai AEC 2015, dimana masing-masing berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. AEC Blueprint memuat empat kerangka utama, yaitu: 1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; 2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; 3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara- 2 www.asean.org/archive/5187-10.pdf, diakses pada tanggal 8 April 2015, pukul 13.20 WIB.

3 negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan 4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. 3 Saat ini pilar pertama masih menjadi perhatian utama ASEAN, yaitu arus barang yang bebas, arus jasa yang bebas, arus investasi yang bebas, dan arus modal yang bebas. Hal ini diwujudkan dengan adanya payung hukum yang telah disepakati berupa ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang mengatur tentang arus barang yang bebas, ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang mengatur arus jasa yang bebas, ASEAN Comprehensive Agreement on Investment (ACIA) yang mengatur arus investasi yang bebas, serta Chiang Mai Initiative Multirateralisation (CMIM) yang mengatur tentang arus modal yang lebih bebas. Arus investasi yang bebas sangat penting bagi negara-negara Anggota ASEAN. Arus investasi langsung ke ASEAN tercatat relatif tinggi. Pada saat terjadi krisis global Tahun 2008, investasi langsung ke kawasan ASEAN mencapai 57,9 miliar dolar AS. Tahun 2010, total investasi langsung yang masuk ke ASEAN tercatat 75,8 miliar dolar AS, 3 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2011, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta, hlm 9.

4 terjadi kenaikan dua kali lipat dari Tahun 2009. Sebagian besar investasi langsung berasal dari sektor jasa. Tahun 2010, sumbangan sektor jasa mencapai 65,7 persen, sementara sektor manufaktur sebesar 28,1 persen. 4 Indonesia menyadari pentingnya aliran dana investasi sebagai komponen pembangunan. Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi potensial. Beberapa faktor mendasar yang dimiliki Indonesia menjadikannya sebagai negara tujuan Investasi yang lebih unggul dibandingkan dengan Negara Anggota ASEAN lainnya, antara lain: 1. Jumlah usaha kecil dan menengah yang besar sebagai tulang punggung ekonomi domestik; 2. Tanah yang kaya dan subur, jumlah penduduk yang sangat besar sebagai pasar potensial dan tenaga kerja yang kompetitif, lokasi wilayah yang strategis (berada diantara beberapa jalur transportasi laut internasional yang vital), ekonomi pasar terbuka, dan sistem mata uang bebas. 5 Alasan kedua yang membuat Indonesia menjadi tujuan utama investor adalah dengan ditetapkannya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menjamin diterapkannya: 1. Perlakuan yang sama; 2. Tanpa persyaratan modal minimum; 3. Bebas pengembalian keuntungan; 4. Jaminan hukum; 4 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/15/02224425/liberalisasi.investasi.tahun.2012, diakses pada tanggal 8 April 2015. 5 http://www.bkpm.go.id/index.php/main/content/114, diakses pada tanggal 8 April 2015.

5 5. Penyelesaian sengketa; dan 6. Pelayanan investasi. Oleh karena alasan tersebut, perlu ada lembaga yang mengatur masuknya arus investasi asing ke Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kepala BKPM, Franky Sibarani, menyatakan bahwa fokus utama BKPM dalam pelaksanaan AEC 2015 yang akan diberlakukan pada bulan Desember 2015 adalah menarik investasi dari negara-negara ASEAN dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah Indonesia sebagai pasar besar (big market) bagi produk-produk negara ASEAN. 6 BKPM memiliki andil yang penting dalam rangka terwujudnya arus investasi asing langsung ke Indonesia, terutama menjelang AEC 2015. Banyak kebijakan dan perubahan yang dibuat dalam rangka mempersiapkan Indonesia menghadapi AEC 2015, antara lain implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat dan revisi serta pembuatan berbagai peraturan perundang-undangan. Hal ini ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi para Investor asing terutama dari Negara Anggota ASEAN agak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. BKPM masih memiliki banyak tugas dan langkah yang harus ditempuh untuk mensukseskan pelaksanaan AEC 2015 di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji peran BKPM dalam pelaksanaan penanaman Modal Asing di Indonesia, melalui penulisan hukum berjudul 6 http://economy.okezone.com/read/2015/04/09/320/1131715/bkpm-potensi-investasi-dari- ASEAN-masih-cukup-besar, diakses pada tanggal 10 April 2015.

6 Implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang diungkapkan dalam latar belakang, rumusan yang ditelaah dan dikaji adalah: 1. Bagaimana proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? 2. Apa saja peraturan dan kebijakan yang diterapkan dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? 3. Apa saja hambatan, kendala, dan tantangan serta solusi dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Objektif

7 a. Untuk mengetahui dan menganalisis proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Communtiy (AEC) 2015; b. Untuk mengetahui dan menganalisis peraturan dan kebijakan yang diterapkan dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015; dan c. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan, kendala, dan tantangan serta solusi dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. 2. Tujuan Subjektif Untuk mencari dan memperoleh data akurat yang berhubungan dengan Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam rangka penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk lulus sebagai Sarjana Hukum di Fakultas Hukum UGM. D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penulisan, maka penulis melakukan penelusuran terhadap karya-karya yang dapat dikatakan sejenis, yaitu: 1. Pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal Pada BKPM Provinsi Daerah

8 Istimewa Yogyakarta yang disusun oleh mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Endang Rara Sati (09/294909/PHK/06149). 2. Penerapan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Rangka Peningkatan Investasi di Provinsi Maluku yang disusun oleh mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Victor Juzuf Sedubun (07/259181/PHK/04297) Perbedaan yang terdapat antara penelitian tersebut dengan hal yang diteliti penulis adalah walaupun mengangkat topik Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), namun penelitian terebut lebih menitikberatkan pada pelaksanaan dan penerapan sistem PTSP di daerah tertentu sedangkan hal yang penulis teliti adalah implementasi PTSP oleh BKPM dalam pelaksanaan AEC 2015. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini asli dan layak untuk diteliti. Namun jika terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis di bidang Hukum Dagang dan mengenai Hukum Investasi dan Pasar Modal, menambah ilmu pengetahuan dan literatur di bidang Hukum Dagang, khususnya terkait dengan Hukum Penanaman

9 Modal Asing dalam rangka ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan juga impelementasi PTSP oleh BKPM. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan, pengetahuan, dan masukan mengenai implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015.