1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian dagang banyak dibentuk baik yang multilateral maupun regional. ASEAN 1 menyadari banyaknya perubahan yang cepat di lingkungan regional dan derasnya arus globalisasi jelas memunculkan tantangan-tantangan baru yang lebih berat. Penandatangan Piagam ASEAN Desember 2008 menandai babak baru ASEAN dari kerjasama yang bersifat persaudaraan menjadi organisasi yang berdasarkan suatu komitmen bersama yang mengikat secara hukum. Piagam ASEAN memberikan ASEAN dasar yang kokoh bagi kerjasama intra regional dan internasional yang lebih efektif. Hal ini diharapkan dapat lebih menjamin kesepakatankesepakatan ASEAN yang telah dicapai. ASEAN telah menyepakati untuk mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang bertujuan untuk menciptakan sebuah pasar tunggal berbasis produksi yang sangat kompetitif yang mendorong pembangunan ekonomi yang adil bagi seluruh negara anggota, serta 1 ASEAN singkatan dari Association Southeast Asia Nation, adalah kawasan integrase regional yang dibentuk pada Tahun 1967 yang anggotanya terdiri dari negara-negara yang terletak di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Vietnam.
2 memfasilitasi integrasi dengan masyarakat global. Oleh karena itu, ASEAN mengembangkan ASEAN Economic Communitty (AEC) Blueprint yang ditandatangani pada tanggal 20 November 2007, yang memuat jadwal strategis untuk masing-masing pilar yang disepakati dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase yaitu Tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015. 2 AEC Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara Anggota ASEAN untuk mencapai AEC 2015, dimana masing-masing berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. AEC Blueprint memuat empat kerangka utama, yaitu: 1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; 2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; 3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara- 2 www.asean.org/archive/5187-10.pdf, diakses pada tanggal 8 April 2015, pukul 13.20 WIB.
3 negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan 4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. 3 Saat ini pilar pertama masih menjadi perhatian utama ASEAN, yaitu arus barang yang bebas, arus jasa yang bebas, arus investasi yang bebas, dan arus modal yang bebas. Hal ini diwujudkan dengan adanya payung hukum yang telah disepakati berupa ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) yang mengatur tentang arus barang yang bebas, ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang mengatur arus jasa yang bebas, ASEAN Comprehensive Agreement on Investment (ACIA) yang mengatur arus investasi yang bebas, serta Chiang Mai Initiative Multirateralisation (CMIM) yang mengatur tentang arus modal yang lebih bebas. Arus investasi yang bebas sangat penting bagi negara-negara Anggota ASEAN. Arus investasi langsung ke ASEAN tercatat relatif tinggi. Pada saat terjadi krisis global Tahun 2008, investasi langsung ke kawasan ASEAN mencapai 57,9 miliar dolar AS. Tahun 2010, total investasi langsung yang masuk ke ASEAN tercatat 75,8 miliar dolar AS, 3 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2011, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta, hlm 9.
4 terjadi kenaikan dua kali lipat dari Tahun 2009. Sebagian besar investasi langsung berasal dari sektor jasa. Tahun 2010, sumbangan sektor jasa mencapai 65,7 persen, sementara sektor manufaktur sebesar 28,1 persen. 4 Indonesia menyadari pentingnya aliran dana investasi sebagai komponen pembangunan. Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi potensial. Beberapa faktor mendasar yang dimiliki Indonesia menjadikannya sebagai negara tujuan Investasi yang lebih unggul dibandingkan dengan Negara Anggota ASEAN lainnya, antara lain: 1. Jumlah usaha kecil dan menengah yang besar sebagai tulang punggung ekonomi domestik; 2. Tanah yang kaya dan subur, jumlah penduduk yang sangat besar sebagai pasar potensial dan tenaga kerja yang kompetitif, lokasi wilayah yang strategis (berada diantara beberapa jalur transportasi laut internasional yang vital), ekonomi pasar terbuka, dan sistem mata uang bebas. 5 Alasan kedua yang membuat Indonesia menjadi tujuan utama investor adalah dengan ditetapkannya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menjamin diterapkannya: 1. Perlakuan yang sama; 2. Tanpa persyaratan modal minimum; 3. Bebas pengembalian keuntungan; 4. Jaminan hukum; 4 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/15/02224425/liberalisasi.investasi.tahun.2012, diakses pada tanggal 8 April 2015. 5 http://www.bkpm.go.id/index.php/main/content/114, diakses pada tanggal 8 April 2015.
5 5. Penyelesaian sengketa; dan 6. Pelayanan investasi. Oleh karena alasan tersebut, perlu ada lembaga yang mengatur masuknya arus investasi asing ke Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kepala BKPM, Franky Sibarani, menyatakan bahwa fokus utama BKPM dalam pelaksanaan AEC 2015 yang akan diberlakukan pada bulan Desember 2015 adalah menarik investasi dari negara-negara ASEAN dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah Indonesia sebagai pasar besar (big market) bagi produk-produk negara ASEAN. 6 BKPM memiliki andil yang penting dalam rangka terwujudnya arus investasi asing langsung ke Indonesia, terutama menjelang AEC 2015. Banyak kebijakan dan perubahan yang dibuat dalam rangka mempersiapkan Indonesia menghadapi AEC 2015, antara lain implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat dan revisi serta pembuatan berbagai peraturan perundang-undangan. Hal ini ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi para Investor asing terutama dari Negara Anggota ASEAN agak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. BKPM masih memiliki banyak tugas dan langkah yang harus ditempuh untuk mensukseskan pelaksanaan AEC 2015 di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji peran BKPM dalam pelaksanaan penanaman Modal Asing di Indonesia, melalui penulisan hukum berjudul 6 http://economy.okezone.com/read/2015/04/09/320/1131715/bkpm-potensi-investasi-dari- ASEAN-masih-cukup-besar, diakses pada tanggal 10 April 2015.
6 Implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang diungkapkan dalam latar belakang, rumusan yang ditelaah dan dikaji adalah: 1. Bagaimana proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? 2. Apa saja peraturan dan kebijakan yang diterapkan dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? 3. Apa saja hambatan, kendala, dan tantangan serta solusi dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Objektif
7 a. Untuk mengetahui dan menganalisis proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Communtiy (AEC) 2015; b. Untuk mengetahui dan menganalisis peraturan dan kebijakan yang diterapkan dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015; dan c. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan, kendala, dan tantangan serta solusi dalam proses Penanaman Modal Asing di Indonesia melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dalam rangka pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. 2. Tujuan Subjektif Untuk mencari dan memperoleh data akurat yang berhubungan dengan Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam rangka penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk lulus sebagai Sarjana Hukum di Fakultas Hukum UGM. D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penulisan, maka penulis melakukan penelusuran terhadap karya-karya yang dapat dikatakan sejenis, yaitu: 1. Pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal Pada BKPM Provinsi Daerah
8 Istimewa Yogyakarta yang disusun oleh mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Endang Rara Sati (09/294909/PHK/06149). 2. Penerapan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Rangka Peningkatan Investasi di Provinsi Maluku yang disusun oleh mahasiswa Magister Hukum Universitas Gadjah Mada, Victor Juzuf Sedubun (07/259181/PHK/04297) Perbedaan yang terdapat antara penelitian tersebut dengan hal yang diteliti penulis adalah walaupun mengangkat topik Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), namun penelitian terebut lebih menitikberatkan pada pelaksanaan dan penerapan sistem PTSP di daerah tertentu sedangkan hal yang penulis teliti adalah implementasi PTSP oleh BKPM dalam pelaksanaan AEC 2015. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini asli dan layak untuk diteliti. Namun jika terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis di bidang Hukum Dagang dan mengenai Hukum Investasi dan Pasar Modal, menambah ilmu pengetahuan dan literatur di bidang Hukum Dagang, khususnya terkait dengan Hukum Penanaman
9 Modal Asing dalam rangka ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan juga impelementasi PTSP oleh BKPM. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan, pengetahuan, dan masukan mengenai implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015.