1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki jenis atau ragam buah buahan yang sangat banyak. Salah satu diantaranya adalah buah salak pondoh dengan nama latin Salacca zalacca. Salak merupakan buah tropis asli Indonesia yang banyak tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Salak pondoh adalah satu jenis salak yang terus mengalami peningkatan produksi. Ketersediaan buah salak yang melimpah di Indonesia, khususnya di daerah Turi, Yogyakarta, disebabkan karena buah tersebut dapat ditanam sepanjang tahun. Buah salak dapat berbuah pada musim hujan dan musim kemarau. Permasalahan yang sering ditemukan buah-buah di kebun budidaya yang tidak memenuhi standar pasar dan di anggap sebagai limbah. Buah buah tersebut seringkali dibiarkan tanpa ditangani lebih lanjut. Permasalahan klasik di mana salak merupakan produk hortikultura dengan sifat biologis mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga memunculkan masalah ketika terjadi panen massal di mana jumlah salak yang tersedia di pasaran melimpah namun tidak disertai dengan pengolahan pasca panen yang tepat sehingga berdampak pada turunnya harga jual. Akibatnya, tidak jarang dijumpai sebagian petani salak terkesan
membiarkan salak yang telah matang optimal tidak dipanen dan dibiarkan membusuk di kebun. Dengan adanya limbah tersebut, memunculkan suatu gagasan untuk mengolah limbah salak tersebut. Beberapa petani biasanya mengolah limbah buah salak sebagai pakan ternak dan bahan baku pupuk organik. Kandungan karbohidrat dari buah salak yang cukup tinggi, dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber energi terbarukan yakni bioetanol. Bioetanol di Indonesia memiliki prospek jangka panjang yang sangat menjanjikan. Pemerintah juga sudah mulai merancang rencana penggunaan bioetanol sebagai sumber bahan bakar nabati pengganti bensin. Selain itu, bioetanol juga dapat digunakan sebagai larutan alkohol untuk sterilisasi. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah buah berkarbohidrat tinggi sebagai bahan baku bioetanol diharapkan menjadi alternatif kedepannya. Pembuatan tersebut dibuat melalui proses fermentasi dan destilasi yang sangat mempengaruhi kualitas bioetanol yang dihasilkan. Faktor lama fermentasi dan suhu yang digunakan dalam pembuatan bioetanol juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas fermentasi. Pasaribu (2015) menyatakan bahwa lama fermentasi berpengaruh terhadap kadar alkohol dan kandungan energi bioetanol yang dihasilkan. Selain itu, variasi jenis buah sebagai substrat fermentasi turut berpengaruh pada pembuatan bioetanol ini. Oleh karena itu, faktor lama fermentasi untuk mengetahui pengaruh terhadap hasil serta waktu optimal untuk pembuatan bioetanol dari buah salak dipilih dalam penelitian ini. 2
Metode penelitian dengan preparasi bahan dengan pemanasan juga banyak dilakukan, seperti pada penelitian Azmi (2015). Sebelum difermentasi, buah salak dimasak dengan cara dikukus atau direbus. Menurut Azmi (2015) yang menggunakan metode perebusan untuk memanaskan bubur dari tepung singkong, bioetanol yang diperoleh menghasilkan kadar yang relatif tinggi yaitu 50-70%. Pemasakan sebelum difermentasi bertujuan untuk melunakkan tekstur daging buah agar ragi lebih mudah memfermentasi substrat. Pemanasan berpengaruh pada bahan, diantaranya untuk mereduksi jumlah bakteri non spesifik yang ada pada bahan sehingga pada proses hanya melibatkan beberapa bakteri spesifik untuk fermentasi. Pada penelitian ini digunakan beda perlakuan preparasi bahan dengan pemasakan dan tanpa pemasakan untuk mengetahui pengaruh keduanya terhadap bioetanol yang dihasilkan. 1. 2. Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui potensi limbah salak sebagai bahan baku bioetanol. 1.2.2 Tujuan Khusus a) Mengetahui suhu pemanasan dan lama fermentasi terbaik dari perlakuan lama fermentasi dan perlakuan panas agar diperoleh hasil bioetanol dari salak yang paling optimal. b) Mengetahui pengaruh dari lama fermentasi dan perlakuan panas terhadap parameter parameter berupa kadar dan volume hasil bioetanol, waktu 3
destilasi, kadar dan volume sisa pipa fraksinasi, kapasitas bioetanol yang dapat dihasilkan per kilogram bahan serta nilai kalor bioetanol. 1. 3. Manfaat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dengan menambah nilai guna limbah salak sekaligus menjadikan salah satu alternatif solusi untuk pendayagunaan energi terbarukan pengganti bahan bakar bensin. Selain itu sebagai sarana acuan bagi masyarakat dan penelitian lain untuk pengembangan yang optimal dalam pembuatan bioetanol dari limbah buah salak dengan menggunakan metode fermentasi dan destilasi bertingkat untuk pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi alternatif dan terbarukan. 1. 4. Batasan Masalah Batasan batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Salak yang digunakan adalah salak pondoh dari Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 2. Ragi yang digunakan untuk fermentasi adalah ragi tape merek dagang NKL dengan komposisi pemberian ragi 2% per kilogram bahan. 3. Wadah berpenutup yang digunakan sebagai wadah fermentasi dengan ukuran volume 8 L. 4. Urea dan NPK yang digunakan sebagai penyuplai nutrisi nitrogen bagi ragi adalah Urea Kujang dan NPK komposisi 25-7-7 dengan komposisi pemberian urea dan NPK masing - masing 0,67% per kilogram bahan. 4
5. Destilator yang digunakan untuk proses destilasi merupakan destilator bertingkat dengan dua pipa fraksinasi yang berisikan kelereng dan ring alumunium. 6. Destilasi hanya dilakukan satu kali siklus dalam waktu dua jam terhitung sejak destilator dihidupkan. 7. Pengaturan suhu destilasi sebesar 83 C dan debit air kondensor sebesar 0,5 L/detik. 8. Pengukuran kadar alkohol dilakukan dengan alat alkoholmeter hidrometri. 5