BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai suami dan istri dengan tugasnya masing-masing. Pada keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam keluarga membuat remaja akan merasakan bahwa dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

Kepribadian Pola perilaku Memberikan karakter pada Pemikiran seseorang sepanjang waktu Motif dalam berbagai Emosi situasi berbeda relatif stabil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami rasa kesepian dalam dirinya, yang menjadi suatu pembeda adalah kadarnya, lamanya, penyebab dan tentu saja penangannya. Kesepian adalah sebuah keadaan psikologis yang disebabkan oleh lemahnya personal komunikasi dan kemampuan bersosialisasi (Arnett; Grusec, 2007). Hal ini merupakan kondisi yang ingin dihindari oleh setiap individu, karena rasa kesepian ini dapat dirasakan oleh siapa saja tanpa mengenal usia. Atak (2009) mengatakan bahwa kesepian tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi anak-anak hingga remaja juga dapat merasakan kesepian. Hasil penelitian oleh Parlee (Gultom, 2015) memperlihatkan bahwa kesepian tertinggi terjadi di masa remaja, menyebutkan 79% individu yang berusia dibawah 18 tahun merasa kesepian. Tingginya angka remaja kesepian ini dapat dijelaskan karena pada masa remaja adalah masa storm and stress, masa yang sulit dan menegangkan (Hall dalam Santrock, 2003), masa ini adalah yang sulit, karena mereka sudah mulai dihadapkan dengan tugas perkembangannya seperti tanggung jawab atau tuntutan dari lingkungannya. Menegangkan dan dapat menimbulkan tekanan karena pada masa ini juga mulai bermunculan konflik. Konflik muncul baik dari dalam diri sebagai proses pencarian diri dan lingkungannya. Sullivan (dalam Santrock, 2002) mengatakan jika remaja gagal untuk membentuk 1

2 persahabatan yang akrab, maka mereka akan mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa harga diri yang menurun. Sebenarnya kesepian merupakan hal yang wajar bagi remaja, hanya saja mereka seringkali memperburuk keadaan dengan perasaan dan pikiran subjektif yang negatif. Willis (2004) menyebutkan pada masa remaja banyak terjadi masalah yang dihadapi dikarenakan tingkah laku remaja masih labil dan belum mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan. Remaja juga mulai mendapat nilai-nilai baru yang didapatnya selain dari keluarga seperti dari sekolah, teman sebaya dan lingkungan sosialnya. Dengan situasi seperti itu masa remaja adalah masa penuh dengan gejolak dan penuh dengan kebingungan karena adanya berbagai pengaruh. masa remaja ini sangat penting karena masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Jika dia berhasil melalui masa ini dengan baik, maka tantangan-tantangan di masa selanjutnya akan relatif mudah diatasi (Rajab, 2005). Dengan kata lain, remaja yang berhasil menghadapi tantangan di masa remajanya sudah memiliki modal untuk masuk pada masa dewasanya dengan baik. Begitupun sebaliknya, bila dia gagal maka pada tahap perkembangan berikutnya besar kemungkinan akan terjadi masalah pada dirinya. Dengan demikian remaja perlu melakukan penyesuaian. Namun, remaja yang salah melakukan penyesuaian, akan melakukan tindakan atau perilaku yang tidak realistis bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya (Latipun & Moeljono, 2001). Perilaku-perilaku tersebut diantaranya: mengkonsumsi minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan zat aditif. Berkaitan dengan

3 pelepasan tanggung jawabnya, tingginya angka delinkuensi (kenakalan remaja), dan dikalangan remaja juga dijumpai banyak usaha bunuh diri. Menurut Sirait (Merdeka, 2015) bahwa sudah terdapat 89 kasus bunuh diri pada anak-anak yang terjadi di Indonesia. Sembilan anak itu di usia rentan lima sampai 10 tahun. Sementara 12 hingga 15 tahun ada 39 kasus. 15 tahun keatas ada 27 kasus bunuh diri. Fenomena bunuh diri yang dilakukan oleh anak-anak menjadi momok yang menakutkan karena jumlahnya yang terus meningkat. Demi mengurangi kasus bunuh diri pada anak, Arist menyarankan agar orang tua lebih dapat mengarahkan perilaku anak dan melakukan pendekatan komunikasi yang baik pada anak, karena faktor timbulnya kesepian dalam diri remaja dipengaruhi dari orang tua yang tidak menjalin komunikasi yang harmonis dengan anak. Karena alasannya orang tua sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan anak. Hal ini dapat menjadi faktor bahwa orang tua juga berpeluang menimbulkan rasa kesepian pada anak, menjalin hubungan antara anak dengan orang tua sangatlah penting (Gultom, 2015). Gierveld, Tilburg dan Dykstra (2006) mengatakan bahwa terdapat beberapa mekanisme yang mampu menjelaskan ketidak-hadiran orang tua dalam rumah tangga membuat anak lebih rentan mengalami rasa kesepian. Anak yang hidup dalam banyak masalah rumah tangga orangtuanya seperti pertengkaran orang tua, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan bahkan kematian orang tua menyebabkan seorang anak menjadi merasakan kesepian dalam waktu yang

4 panjang. Hal ini membuat seorang anak menjadi jauh dari hubungan intim terhadap orang tuanya. Salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi perkembangan anak dan menimbukan rasa kesepian adalah masalah perceraian orang tua (Gultom, 2015). Anak yang tumbuh dalam pengasuhan kedua orang tua (orang tua lengkap, Ayah dan Ibu) lebih sedikit memiliki masalah psikososial, namun tidak semua anak dapat merasakan diasuh dalam pengasuhan orang tua kandungnya, ketika seorang anak harus berpisah dengan orang tuanya karena suatu hal, mereka akan diasuh dan mendapatkan perlindungan dari lembaga masyarakat yang disebut sebagai panti asuhan (Teja, 2014). Panti asuhan seolah menjadi harapan bagi orang tua yang dengan sengaja menempatkan anaknya di panti asuhan agar anak-anak mereka dapat hidup layak, seperti tempat tinggal, jaminan gizi, pendidikan dan pengasuhan yang baik. Konsep pengasuhan yang baik menjadi fokus utama lembaga ataupun panti sosial. (Teja, 2014) Pengasuhan yang baik akan menghindari rasa kesepian dalam diri anak dan menumbuhkan kepribadian yang baik, seperti yang dikatakan oleh Lewis (dalam Alwisol, 2009) bahwa manusia masing-masing memiliki ciri tersendiri, mulai dari sikap, pola pikir dan karakter banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana mereka dibesarkan dan bentuk pendidikan yang mereka peroleh. Jadi dapat diasumsikan bahwa kepribadian seseorang paling besar dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta pendidikan yang diperoleh.

5 Terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian individu. Salah satunya adalah Five Factor Model atau yang lebih sering disebut dengan Big Five Personality. Big Five Personality adalah teori faktor trait dengan lima kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor sosial (Pervin, 2005). Feist (2008) menuliskan di dalam bukunya bahwa pendekatan trait ini menunjukkan sejumlah permanensi dalam usia yang berarti bahwa orang dewasa cenderung mempertahankan struktur kepribadian yang sama ketika usia mereka semakin bertambah. Selanjutnya kepribadian adalah sebuah karakteristik di dalam diri individu yang relatif menetap, bertahan, memiliki pengaruh terhadap cara individu berpikir dan berperilaku terhadap lingkungan. Pervin (2005) menyatakan bahwa big five adalah teori faktor trait dengan lima kategori sifat secara umum meliputi emosi, tindakan, dan faktor sosial. Lima trait kepribadian tersebut yakni trait conscientiousness (kenuranian), extraversion (keterbukaan), agreableness, neurotisisme (ketidakstabilan emosional), openness to experience (terbuka pada pengalaman). Hubungan antara salah satu trait big five personality dengan rasa kesepian telah menjadi perhatian yang menarik, beberapa studi menunjukkan bahwa traits Big Five (extraversion, kestabilan emosi, agreeableness, dan concientiousness) memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap rasa kesepian (Teppers, Klimstra, Damme, et.al., 2013). Dalam penelitian Atak (2009) menunjukkan adanya tiga dimensi Big Five yang memiliki hubungan dengan kesepian, yang dimana neuroticism memiliki hubungan positif yang kuat, sedangkan extraversion

6 dan agreeableness memiliki hubungan negatif yang lemah dengan kesepian. Penelitian Nayyar dan Singh (2011) menyatakan bahwa korelasi negatif extraversion dengan kesepian, sedangkan neuroticism memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kesepian. Teppers, Klimstra, Van Damme, et al., (2013), menunjukkan bahwa big five personality pada dimensi extraversion, kestabilan emosi, agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap kesepian. Berdasarkan adanya ketidak-konsistenan hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melihat kembali hubungan big five personality dengan kesepian. Peneliti menggunakan anak yang diasuh pada panti sosial asuhan sebagai subjek penelitian, karena anak yang tidak tinggal bersama orang tua kandung relatif memiliki rasa kesepian terlebih lagi anak yang tumbuh besar dalam naungan panti asuhan. Peneliti memfokuskan pada panti asuhan yang berada di kecamatan Larangan. 1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan masalah penelitian apakah ada hubungan antara big five personality dengan kesepian pada anak asuh di panti asuhan kecamatan Larangan.

7 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui hubungan antara big five personality dengan rasa kesepian pada anak yang tinggal di panti asuhan kecamatan Larangan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teori Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan memperkaya infomasi khususnya tentang psikologi sosial mengenai hubungan antara big five personality dengan rasa kesepian pada anak yang tinggal di panti asuhan kecamatan Larangan. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan mengenai lembaga kemasyakaratan khususnya panti asuhan yang terkait hubungan antara big five personality dengan rasa kesepian pada anak yang tinggal di panti asuhan kecamatan Larangan.