BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Standar Penampilan Pribadi.

Powered by TCPDF (

NOMOR : 12 TAHUN 2010

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan pasal 1 ditambah satu angka setelah angka 22 yaitu angka 23, sehingga pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

BUPATI BANDUNG BARAT

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR 13 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Template Standar Powerpoint Etik UMB

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

A. MODEL PAKAIAN DINAS. 1. PDH warna Khaki a. PDH warna khaki pria KETERANGAN :

WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 18 TAHUN 2016

Konsep komunikasi verbal dan non verbal dalam wawancara pekerjaan. Komunikasi tatap muka

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. alternatif untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan metode

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 17 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BAB V PENUTUP. aktifitas presentasi diri Seleb Instagram Hijabers, bahwa :

SALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494);

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

VISI DAN MISI BIB LEMBANG

MODEL, ATRIBUT DAN KELENGKAPAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

KODE ETIK GURU DAN KARYAWAN SMA NEGERI 1 KENDARI BAB I KODE ETIK GURU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

KODE ETIK AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BUPATI PACITAN PROVINSIJAWA TUTOR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran. Karena itu, dalam proses pembelajaran beberapa komponen penting perlu mendapatkan perhatian, seperti rencana pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, sistem penilaian, dan lain-lain. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah hal-hal yang berkenaan dengan pendidiknya, seperti gaya bicara, gaya bertanya, gaya merespon jawaban siswa, lebih-lebih lagi cara/gaya berpakaian. (Phillips & Smith dalam Lisa, 2006), gaya berpakaian guru merupakan unsur non verbal yang dapat menumbuhkan persepsi positif siswa terhadap gurunya dan dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Di Indonesia, gaya berpakaian guru Negeri maupun Swasta umumnya mengenakan pakaian seragam dan sepatu pan-shoes ke sekolah. Seragam tidak perlu dikenakan guru, sebab banyak kekurangan yang menyebabkan ketidakefektivan jika guru mengenakan seragam. Adapun kekurangan-kekurangan guru menggunakan seragam yaitu: Pertama, guru adalah pegawai sipil. Seharusnya guru menjadi cermin sebagai orang sipil. Dengan berpakaian bebas nan sopan, guru dapat berinteraksi semua kalangan tanpa dibatasi pembatas yang bernama seragam. Kedua, seragam membuat jarak antara guru dan siswa. Pada intinya, pembelajaran paling efektif adalah kegiatan interaksi guru dengan siswa. Pembelajaran akan terlaksana efektif jika guru dan siswa tidak berjarak. Namun, siswa sering malu atau sungkan jika berhubungan dengan guru, karena gurunya mengenakan seragam bak militer. Ketiga, guru adalah bagian dari masyarakat. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru profesional adalah kompetensi sosial. Itu berarti bahwa guru mesti menjadi figur di tengah masyarakat. Figur itu tampak dari tampilan

2 kesederhanaan, kesahajaan, keramahan, pelayanan, kerendahhatian, dan kedermawanannya. Itu akan sulit dicapai jika guru mengenakan seragam. Keempat, seragam mengesankan keangkuhan. Seorang guru mesti mengenakan seragam dengan beragam atribut. Silakan diperhatikan seragam guru dan atributnya: baju keki (PDH) atau PSH, tergantung sebuah lencana papan nama dari pemerintah daerah/ kota, lambang KORPRI, dan papan nama yang terbuat dari mika atau logam. Jelas semua atribut itu terkesan mengangkuhkan diri sebagai guru PNS. Kelima, guru sering bertingkah bak jagoan karena suka memerintah siswanya dengan beragam sebutan yang tak pantas. Karena mengenakan seragam, para siswa terkesan ketakutan jika membantah perintah guru. Dari kelima kekurangan ini, menimbulkan persepsi negatif siswa terhadap guru mereka dan berpengaruh pada minat belajar siswa dalam belajar. (Wahyudi, 2012) Di luar negeri khususnya di Amerika, generasi saat ini guru lebih terlihat mengenakan celana jins dan sepatu tenis ke sekolah daripada jas dan sepatu. Masalah pakaian guru ini merupakan topik sensitif di sekolah-sekolah dan di seluruh negeri karena administrator takut untuk melanggar kebebasan pribadi staf pengajar mereka. Karenanya guru harus menyadari bahwa apa yang mereka pilih untuk dikenakan ke sekolah setiap hari membuat dampak pada persepsi siswa mereka. Siswa memperhatikan apa yang guru mereka kenakan dan mereka dapat membuat penilaian karakter berdasarkan pakaian guru mereka. Selain itu, guru merupakan contoh teladan bagi siswa mereka dan apa yang guru kenakan dapat menjadi tiruan bagi siswanya (Simmons dalam lisa, 2006). Guru yang kita kenali mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat. Perilaku dan penampilannya akan membekas dan banyak mewarnai kehidupan sekarang maupun masa yang akan datang. Guru banyak disanjung dan dipuji, tetapi ada kalanya juga dicemooh dan dicerca. Guru dapat tampil dalam berbagai wajah, dan diamati dalam berbagai wajah pula. Posisi guru yang khas di hadapan masyarakat dengan beragam perhatian yang diberikan kepada guru tersebut, menuntut suatu kompetensi yang lebih dibanding dengan profesi lain yang ada di masyarakat.

3 Secara etik, profesi guru merupakan profesi yang sarat nilai karena terkait dengan pembentukan karakter peserta didik seperti yang ingin diwujudkan dalam tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian dan sosial yang memadai atau dengan kata lain memiliki nilai lebih dibandingkan dengan profesi lainnya. Kompetensi kepribadian terkait erat dengan penampilan sosok pribadi seorang guru sebagai individu yang diharapkan mampu menjadi sosok yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggung jawab, memiliki komitmen dan bersemangat sehingga dapat menjadi sosok yang dapat diteladani. Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berhubungan dengan orang lain, yang diharapkan mampu bekerjasama, mempunyai kesantunan berperilaku, mampu berkomunikasi dan mempunyai empati terhadap orang lain. Kedua macam kompetensi guru tersebut diatas harus dikembangkan secara utuh dan terintegrasi dalam keseharian kinerja guru baik sebagai perangkat Negara, pelayan publik maupun anggota masyarakat. Menurut konsultan penampilan dari Amerika Mary Spillane, yang seharusnya terjadi adalah para pengajar di abad 21 mulai bebenah diri dan menjadi lebih trendi dalam penampilan. Menurutnya penampilan guru yang rapi, apalagi trendi akan meningkatkan wibawa guru dimata muridnya. Di Inggris bahkan para konsultan penampilan sengaja dibayar untuk memebenahi penampilan para guru yang salah satunya adalah memberi saran agar para guru pria di Inggris meninggalkan salah satu ciri khas mereka yaitu brewok dan kacamata tebal berbingkai lebar. Para guru juga sudah semestinya mulai mempelajari dan memahami arti bagaimana memulai dan menjaga kontak mata dengan para siswa mereka, cara berjabat tangan, tampilan suara didepan para muridnya. Para guru di abad 21, mesti mewakili citra percaya diri, trendi dan menampilkan gaya pria dan wanita dari masa depan. Bukan penampilan seseorang yang terjebak dalam lingkaran waktu.

4 Meskipun demikian konsep kerapian, kewajaran, kepantasan, kesopanan, kesederhanaan, kesesuaian, keserasian, kebersihan, keluwesan harus tetap dijaga agar citra penampilan guru tetap good looking. Ia mesti harus menyesuaikan busana, make up, asesoris yang tepat dan berbudaya, disesuaikan dengan lingkungan, suasana, tempat, kelompok, audiens, waktu, cuaca dan tujuan. Keterkaitan erat antara dua kategorisasi pembahasan terletak pada keteladanan, keterampilan dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal, gaul dan tetap menjaga sopan santun (Haryudin, 2009). Berdasarkan masalah berpakaian di atas,dalam peningkatan kualitas belajar biologi dan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian peningkatan hasil belajar siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang perlu segera dilakukan perubahan dalam berpakaian. Solusi yang di tempuh adalah hendaknya seorang guru berpakaian secara profesional, yakni dengan penampilan guru good looking. Guru dapat di senangi siswa, dihormati di kelas, menjadi contoh teladan bagi siswa serta menjadi citra bagi masyarakat sekitar. Dari uraian tersebut, penulis terinspirasi untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul Persepsi Siswa Terhadap Tampilan Gaya Berpakaian Guru Moderat dan Kasual serta Perbandingannya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai T.P 2011/2012. Penelitian ini direncanakan akan melibatkan siswa kelas X SMA Negeri 5 Binjai tahun pelajaran 2011/2012 sebagai subjek penelitian dan penelitian dilakukan dengan desain semi (quasi) eksperimen. Penilitian ini menggunakan dua macam pakaian yaitu pakaian kesual dan moderat. Yang termasuk gaya berpakaian kesual yaitu: celana jeans, celana khaki, baju kaos, baju keringat sepatu santai dan sepatu tenis. Sedangkan gaya berpakaian moderat yaitu: baju stelan, baju blejer, celana panjang, rok panjang, blus berkerah, dan sepatu. Materi yang akan diajarkan pada penelitian ini mengenai pelajaran ekosistem. Dalam penelitian ini persepsi siswa terhadap pakaian guru diukur menggunakan instrumen angket yang disusun oleh peneliti dan divalidasi oleh ahli pendidikan bimbingan konsling (BK) dan Hasil belajar

5 siswa diukur dengan berdasarkan persentase perbandingan hasil tes postes ke-2 dan postes sebelumnya serta instrument tes pada setiap pertemuan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Belum ada informasi tampilan guru yang dilihat pada pakaian guru di indonesia. 2. Sikap dan persepsi siswa yang kurang baik pada tampilan guru dalam berpakaian. 3. Rendahnya hasil belajar siswa. 1.3 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini yang akan menjadi ruang lingkup adalah Persepsi Siswa Terhadap Tampilan Gaya Berpakaian Guru Moderat dan Kasual serta Perbandingannya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Persepsi Siswa Terhadap Tampilan Gaya Berpakaian Guru Moderat dan Kasual serta Perbandingannya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Binjai. Tampilan guru yang akan diteliti adalah tampilan gaya berpakaian guru wanita. Subject dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 2 dan X 3 pada pokok bahasan Ekosistem. Parameter yang diukur adalah hasil belajar siswa dalam pelajaran ekosistem dan persepsi siswa. 1.5 Rumusan Masalah Mengacu pada uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di muka, maka masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan persepsi siswa terhadap tampilan gaya guru berpakaian moderat dan kasual di SMA Negeri 5 Binjai? 2. Adakah perbedaan peningkatan hasil belajar siswa jika guru mengajar dengan berpakaian moderat dan guru berpakaian kasual di SMA Negeri 5 Binjai?

6 1.6 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum ditujukan untuk menemukan adakah perbandingan gaya berpakaian guru yang segnifikan terhadap persepsi, dan peningkatan hasil belajar siswa pada materi ekosistem. Secara khusus peneliti ditujukan untuk : 1. Untuk mengetahui adakah perbandingan peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru yang berpakaian moderat dan guru yang berpakaian kasual? 2. Untuk mengetahui adakah perbandingan persepsi siswa terhadap tampilan gaya berpakaian guru moderat dan kasual? 1.7. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermakna bagi berbagai pihak yang memanfaatkannya antara lain : 1. Bagi siswa Siswa dapat menyenangkan dalam belajar, dan dapat memahami materi pelajaran dengan mudah. 2. Bagi guru Bagi para pendidik/guru dapat menjadi bahan acuan dalam berpakaian menentukan apakah gaya tertentu dari gaun dibenarkan persepsi tertentu, dan kemudian membuat rekomendasi untuk praktek masa depan sehingga guru dapat lebih efektif mencapai tujuan pengajaran. 3. Bagi sekolah Sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai awal dari jalan dalam pembentukan motivasi siswa di lingkungan sekolah dan menambah pengetahuan tentang pakaian yang digunakan guru dalam pembelajaran. 4. Bagi peneliti Peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar awal untuk membentuk minat dan persepsi siswa seutuhnya dengan pakaian yang digunakannya dan dapat dikembangkan untuk materi pelajaran lainnya.

7 1.8. Defenisi Operasional Tampilan atau Performance adalah kinerja yang berkaitan dengan kompetensi guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kinerja yang baik. Adapun kompetensi guru tersebut yakni : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Komponen dari beberapa kompetensi tersebut berupa rencana pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, sistem penilaian dan lain-lain. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah hal-hal yang berkenaan dengan pendidikannya, seperti gaya bicara, gaya bertanya, gaya merespon jawaban siswa, lebih-lebih lagi cara/gaya berpakaian guru. Pakaian guru yang dikenakan pada penelitian ini yaitu : pakaian Moderat dan Kasual. Pakaian yang moderat termasuk seperti baju stelan, baju blejer, celana panjang, blus berkerah, dan sepatu, sedangkan Pakaian kasual termasuk seperti jeans, celana khaki, baju keringat, kaos, sepatu santai, sepatu santai dan sepatu tenis. Gambar 1.1: Gaya Guru Berpakaian Moderat

8 Gambar 1.2: Gaya Guru Berpakaian Kesual Hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai dan ranah psikomotor meliput keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinas neuromuscular (menghubungkan, mengamati).