VALUASI EKONOMI KAYU MANGROVE PADA EKOSISTEM MANGROVE SUNGAI LIUNG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU. Miswadi 1 dan Zulkarnaini 2

dokumen-dokumen yang mirip
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

POTENSI PENGELOLAAN LAHAN TERBIAR DI SEKITAR KAWASAN HUTAN MANGROVE SUNGAI LIUNG PULAU BENGKALIS

Pemanfaatan Kayu Mangrove oleh Masyarakat Suku Asli Sungai Liong Pulau Bengkalis

Economic value analysis of mangrove forest ecosystems in Sorong, West Papua Province

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

1. Pengantar A. Latar Belakang

Miswadi 1, Sofyan Husain Siregar 2, Yusni Ikhwan Siregar 3

Gambar 4. Aktivitas nelayan dan berbagai produk perikanan yang dihasilkan dari perairan ekosistem mangrove (Foto oleh Onrizal)

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

KAJIAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN TELUK PANGPANG-BANYUWANGI

VI. SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

KELAYAKAN EKOWISATA MANGROVE ARUNGAN SUNGAI DI SUNGAI CARANG BERDASARKAN PADA BIOFISIK MANGROVE

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

IDENTIFIKASI POTENSI EKOWISATA SEBAGAI PENUNJANG KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA ABSTRAK

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

ABSTRACT. Keywords: Mangrove Forest, Participation, Conservation, Community

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

STRATEGI PEMBERDAYAAN KELOMPOK MASYARAKAT PENGAWAS UPAYA PELESTARIAN MANGROVE DI KABUPATEN BENGKALIS

ANALISIS KELAYAKAN EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI OBJEK EKOWISATA DI DESA TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS

REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Saprudin 1 dan/and Halidah 1

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekologi Mangrove Dewasa di Kawasan Pesisir Kota Dumai - Propinsi Riau

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Penaksiran Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Ekosistem Hutan Mangrove di Kawasan Bandar Bakau Dumai

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Jurnal Belantara [JBL] Vol. 1, No. 1, Maret 2018 (10-15) E-ISSN P-ISSN

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

Indra G. Ndede¹, Dr. Ir. Johny S. Tasirin, MScF². & Ir. Maria Y. M. A. Sumakud, MSc³. ABSTRAK ABSTRACT

Nursal, Yuslim Fauziah dan Erizal Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

EVALUASI KEKRITISAN LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

ANALISIS VEGETASI MANGROVE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

STUDI POTENSI EKOWISATA MANGROVE DI KUALA LANGSA PROVINSI ACEH ARIEF BAIZURI MAJID

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

dan ~erkembangnya berbagai ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

VALUASI EKONOMI 3.1 Perkiraan Luas Tutupan Hutan 1

STRUKTUR VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

DEGRADASI EKOLOGI SUMBERDAYA HUTAN DAN LAHAN (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi Riau)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

THE COMMUNITY STRUCTURE OF MANGROVE VEGETATION IN RINDU LAUT OF PURNAMA VILLAGE OF DUMAI CITY

Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Demak. Arif Widiyanto, Suradi Wijaya Saputra, Frida Purwanti

Inventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat. Ni Kade Ayu Dewi Aryani ABSTRACT

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Kata kunci : Kelurahan Moro Timur, Struktur Komunitas, Mangrove

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKOPNOMI DAN EKOLOGI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE PESISIR TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN RUSDIANAH

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

KERAGAMAN JENIS MANGROVE DI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh : M. Hidayatullah

Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali

PERSENTASE TUTUPAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI SEPANJANG PESISIR TAMAN NASIONAL BUNAKEN BAGIAN UTARA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DAN PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN PADA VEGETASI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KUALA INDAH KABUPATEN BATUBARA T E S I S.

PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

Bab III Karakteristik Desa Dabung

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

KEHADIRAN PERMUDAAN ALAM MANGROVE DI KAWASAN SUNGAI BUAYA DAN SUNGAI PAMUSIAN, TARAKAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

Transkripsi:

VALUASI EKONOMI KAYU MANGROVE PADA EKOSISTEM MANGROVE SUNGAI LIUNG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Miswadi 1 dan Zulkarnaini 2 1 Mangrove Research Institute, Jl. Sekuntum Raya Perum OPV Blok Orchid No. 3 Pekanbaru, 28293 2 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau Gedung I Jalan Pattimura No. 9 Gobah Pekanbaru, (0761) 23742 ABSTRAK Penelitian ini telah dilakukan di ekosistem mangrove Sungai Liung Kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis pada bulan Pebruari hingga Mei 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis potensi nilai ekonomi, menemukan bentuk alternatif pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem mangrove Sungai Liung. Penelitian ini menggunakan metode survei. Perhitungan nilai ekonomi berdasarkan nilai ekonomi langsung kayu mangrove. Hasil inventarisasi lapangan menemukan 13 spesies mangrove yang memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi langsung ekosistem mangrove sebesar Rp 5.746.327/ha/th dengan total kayu mangrove sebesar 26,6 m 3 /ha/th. Tingkat pemanfaatan kayu sebesar 17,76%.Rendahnya volume kayu per hektar dan nilai kayu mangrove pada kawasan tersebut disebabkan tingginya aktivitas pengambilan kayu mangrove sebagai kayu cerocok, bahan baku arang dan kayu bakar oleh masyarakat di sekitar kawasan mangrove Sungai Liung. Model pengelolaan yang mesti dilakukan terhadap ekosistem mangrove ini adalah melakukan konservasi untuk keberlanjutan sumberdaya dan jasa lingkungan. Kata kunci: Nilai Ekonomi Langsung,Mangrove,Valuasi Ekonomi ABSTRACT The research was conducted in mangrove forest area which located along Liung River in Bantan Sub District Bengkalis Region started from February to May 2014. This study aims to analyze the economic potential value of mangrove ecosystem throughout Liung River, determine alternative pattern of utilization and management model. This study was using survey method. The economic value was calculated based on the direct economic value of mangrove timber. According to the data analysis, it was found 13 species of mangroves which has economic value. The direct use value (DUV) for 1 hectare area of mangrove ecosystem was IDR. 5,746,327 hectare -1 year -1 with total timber volume of mangrove was 26,6 m 3 hectare - 1 year -1. While, the percentage between total resources and utilization was only 17.76%. The low-volume of timber per hectare area and economic value of mangrove in this area were caused by high activities of community around Liung River area who had been collecting mangrove timber for the production of building poles (building material), charcoal and fuel wood industry. Moreover, the management model which can be done for this mangrove area is a conservation management model in order to maintain the sustainability of environmental services. Keywords: Direct Economic Value,Mangrove,EconomicValuation PENDAHULUAN Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang terdapat di Indonesia yang memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi yang berfungsi penting secara ekologis (Kusmana, 1996). Selain itu, secara ekonomi telah memberikan manfaat besar baik 240 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

langsung maupun tidak langsung (Walters et. al., 2008). Manfaat ekonomis secara langsung dapat diterima masyarakat seperti sebagai sumber bahan kayu dan arang (Kordi, 2012). Pulau Bengkalis secara geografis berada pada daerah gugusan pulau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka yang dipengaruhi kondisi lingkungan pesisir. Ekosistem sumberdaya alam pesisir Pulau Bengkalis didominasi oleh hutan mangrove. Sumberdaya mangrove tersebut di beberapa tempat umumnya memiliki letak geografis berhadapan langsung dengan batas perairan wilayah negara,salah satunya ekosistem mangrove Sungai Liung yang secara administratif berada di Kecamatan Bantan. Hutan mangrove Sungai Liung yang memiliki posisi strategis terletak di sisi timur Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Kondisi yang strategis ini, mampu memacu tingkat perkembangan ekonomi dan perubahan penduduk di daerah ini. Aktivitas pemanfaatan mangrove yang selama ini dilakukan masyarakat adalah pemanfaatan secara fisik berupa pemanfaatan kayu secara terus menerus tanpa kegiatan penanaman kembali. Kondisi ini dapat memberikan tekanan yang signifikan terhadap ekosistem hutan mangrove dan berdampak pada ancaman terdegradasinya ekosistem hutan mangrove tersebut. Menurut Fikri (2006), perubahan luas hutan mangrove Pulau Bengkalis sebesar 2.012,129 hektar selama kurun waktu 1992-2002 dari 8.182,080 hektar pada tahun 1992 menjadi 6.115,950 hektar pada tahun 2002 atau sebesar 201,213 hektar per tahun. Pentingnya dilakukan perhitungan nilai ekonomi kawasan mangrove bertujuan untuk memberikan gambaran nilai ekonomi kayu mangrove yang dikandung ekosistem tersebut. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai pertimbangan dalam aktivitas pemanfaatan yang dilakukan di kawasan mangrove tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya penelitian mengenai potensi ekonomi ekosistem mangrove sehingga dapat diketahui nilai ekonomi kayu mangrove yang selanjutnya dapat menunjukkan tingkat optimalisasi pemanfaatan yang telah dilakukan serta memberikan gambaran bentuk pengelolaan yang mendukung keberadaan dan aktivitas pemanfaatan tersebut. Dengan demikian, terjadinya pemanfaatan mangrove tidak memberikan dampak buruk dan degradasi mangrove di masa mendatang. METODE Penelitian ini dilakukan dari bulan Pebruari sampai dengan Mei 2014 di ekosistem hutan mangrove Sungai Liung Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data primer digunakan untuk mendapatkan data jumlah pemanfaatan kayu mangrove. Data sekunder berupa literatur dan hasil-hasil penelitian terkait penelitian ini. Untuk melakukan konversi kayu mangrove dari satuan ton ke dalam satuan volume (m 3 ) menggunakan angka konversi sebagaimana dalam Surat Edaran Dirjen Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan Nomor: SE./VI-BIKPHH/2010 tentang Angka Konversi dari Meter Kubik (m 3 ) ke Ton yang menyebutkan bahwa untuk 1 m 3 kayu bakau setara dengan 1,2 ton atau 1 ton kayu bakau setara dengan 0,83 m 3. Untuk mengkonversi kayu mangrove dari satuan batang ke dalam satuan volume (m 3 ) digunakan persamaan matematis mengacu kepada Harahap (2010) sebagai berikut: Volume (m 3 ) = (1/2D) 2 x π x P x n dimana : 241 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

D : diameter kayu mangrove rata-rata (m) P : panjang kayu mangrove rata-rata (m) π : 3,142857 n : jumlah kayu (batang) Untuk menghitung nilai ekonomi pemanfaatan kayu mangrove di tingkat lapangan digunakan ketentuan harga di lapangan sesuai dengan jumlah rupiah per satuan masingmasing kategori kayu mangrove. Sedangkan untuk menghitung Nilai Kayu Mangrove (NKM) pada ekosistem mangrove Sungai Liung digunakan persamaan matematis mengacu kepada Harahap (2010) sebagai berikut: NKM = VHA x H = [(1/2D) 2 x π x (T x K)] x (H-B) dimana : NKM : Nilai Kayu Mangrove (Rp/m 3 /ha/tahun) T : tinggi rata-rata (m) VHA : Volume Kayu Mangrove (m 3 /ha/tahun) K : kerapatan rata-rata (batang/ha) D : diameter Rata-rata (m) H : harga kayu mangrove (rupiah) π : 3,142857 B : biaya operasional (rupiah) Karena pengambilan kayu mangrove dilakukan oleh masyarakat (bukan perusahaan) maka biaya operasional (B) diasumsikan 0 (nol). Ketentuan harga kayu mangrove untuk menghitung nilai kayu mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung mengacu kepada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 22/M-DAG/PER/4/2012 tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan untuk Penghitungan Provisi Sumberdaya Hutan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa harga patokan kayu bakau sebesar Rp 180.000/ton. HASIL Kondisi Umum.Hutan mangrove Sungai Liung berada pada koordinat 01 0 33 59,60 01 0 29 30,28 LU dan 102 0 14 26,02 102 0 15 52,27 BT, memiliki luas 949,3 hektar (Siregar et. al., 2013). Secara administratif terletak di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, diapit dua desa yaitu Selat Baru (sebelah barat)dan Bantan Tengah (sebelah timur), sebelah utara dari hutan mangrove adalah Selat Malaka, sedangkan sebelah selatan merupakan wilayah yang mengarah ke bagian daratan Pulau Bengkalis. Jumlah penduduk di kedua desa penelitian berdasarkan data Kecamatan Bantan Dalam Angka Tahun 2013 sebanyak 13.158 jiwa. Sebaran penduduk sebanyak 7.671 jiwa di Desa Selat Baru terdiri dari 3.912 jiwa lak-laki, 3.564 jiwa perempuan dan 2.351 rumah tangga. Kemudian sebanyak 5.487 jiwa penduduk berada di Desa Bantan Tengah Baru terdiri dari 2.857 jiwa lak-laki, 2.695 jiwa perempuan dan 1.663 rumah tangga. Kerapatan Pohon Mangrove. Hasil inventarisasi lapangan (Siregar et al., 2013) menemukan 13 spesies mangrove sejati di ekosistem mangrove Sungai Liung terdiri dari dari famili Rhizophoraceae, Combretaceae, Lythraceae, Rubiaceae,Palmae, Acanthaceae, Euphorbiaceae dan Meliaceae. Hasil analisis terhadap kerapatan pohon, diameter rata-rata dan tinggi rata-rata dapat dilihat pada Tabel 1. 242 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

Tabel 1. Kerapatan pohon mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung Spesies Mangrove Kerapatan Nama Botani Nama Lokal Pohon/Ha D (m) T (m) Bruguiera cylindrica Lenggadai 0,13 0,064 5,20 B. gymnorhiza Tumu Merah 4,91 0,058 6,20 Lumnitzera littorea Sesup Putih 0,27 0,073 6,50 L. racemosa Sesup Merah 36,75 0,097 6,90 Excoecaria agallocha Bebetak 0,40 0,073 5,30 Aegiceras floridum Gigi Gajah 0,93 0,073 5,10 Rhizophora Belukap mucronata 1,46 0,092 8,00 R. apiculata Bakau Putih 453,47 0,089 7,20 Ceriop tagal Tengo 1,86 0,086 5,60 Sonneratia Cingam hidrophyllacea 1,06 0,072 3,60 S. ovata Kedabu 2,79 0,109 5,90 S. caseolaris Berembang 6,37 0,121 8,50 Xylocarpus granatum Nyirih 96,19 0,084 6,30 Total 606,59 Sumber: Siregar et al. (2013) Tingkat kerapatan pohon sebesar 606,59 batang/ha, menurut kriteria baku mutu kerusakan mangrove (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004), ekosistem mangrove Sungai Liung dalam kondisi rusak dengan kriteria jarang. Pemanfaatan Kayu Mangrove Sungai Liung. Hasil wawancara dengan masyarakat di wilayah ini, hanya terdapat tiga spesies mangrove saja dengan kategori bernilai ekonomis yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kayu cerocok dan bahan baku arang serta kayu bakar yaitubakau putih(r. apiculatafamili Rhizophoraceae), nyirih (X. granatumfamilimeliaceae) dan sesup merah(l. racemosa famili Combretaceae). Sebagai kayu cerocok. Dari wawancara terhadap penampung kayu cerocok di wilayahini,pemanfaatan kayu mangrove sebagai kayu cerocok dari jenis R. apiculata dan X. granatum. Penghitungan jumlah pemanfaatan kayu cerocok di tingkat lapangan adalah dalam hitungan batang. Spesifikasi ukuran untuk kayu cerocok yaitu R. apiculata ukuran kecil (diameter rata-rata 4,1 cm; panjang rata-rata 301,4 cm), R. apiculata ukuran besar (diameter rata-rata 5,6 cm; panjang rata-rata 305,0 cm) dan X. granatum (diameter rata-rata 8,7 cm; panjang rata-rata 307,2 cm). Jumlah pemanfaatan kayu mangrove Sungai Liung untuk kayu cerocok dalam jumlah dan nilai produksi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah produksi kayu mangrove Sungai Liung untuk kayu cerocok di tingkat penampung Kategori Kayu Produksi D P Harga Nilai Mangrove (btg/bulan) (m) (m) (Rp/btg) (Rp/bulan) R. apiculata (K) 6.313 0,041 3,014 1.100 6.944.300 R. apiculata (B) 749 0,056 3,050 1.500 1.123.500 X. granatum 512 0,087 3,072 2.000 1.024.000 Jumlah 7.574 9.091.800 Sumber: Data Olahan Penampung Kayu Cerocok Sungai Liung Dalam setiap bulan, jumlah produksi kayu cerocok sebesar 7.574 batang/bulan dengan nilai ekonomi sebesar Rp 9.091.800/bulan. 243 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

Sebagai bahan baku arang.dari wawancara terhadap pemilik/pengelola panglong arang di wilayah ini,jumlah panglong arang yang beroperasi sebanyak 17 panglong arang.jenis kayu mangrove yang dimanfaatkan untuk bahan baku arang adalah dari spesies R. apiculata, X. granatum dan L. racemosa. Penghitungan jumlah pemanfaatan kayu mangrove untuk bahan baku arang di tingkat lapangan adalah dalam hitungan kilogram (Kg). Spesifikasi ukuran kayu untuk bahan baku arang yaitu R. apiculata (diameter rata-rata 8,7 cm; panjang rata-rata 284,8 cm; berat rata-rata 21,1 kg), X. granatum (diameter rata-rata 10,6 cm; panjang rata-rata 237,2 cm; berat rata-rata 19,1 kg) dan L. racemosa (diameter rata-rata 13,4 cm; panjang rata-rata 214,5 cm; berat rata-rata 21,1 kg). Jenis R. apiculata merupakan jenis kayu sebagai bahan baku untuk produksi arang sedangkan jenis X. granatum dan L. racemosa merupakan jenis kayu sebagai bahan pembakar dalam produksi arang. Jumlah pemanfaatan kayu mangrove Sungai Liung untuk bahan baku arang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah kebutuhan kayu mangrove Sungai Liung untuk bahan baku arang di tingkat panglong arang Kebutuhan Harga Nilai Kategori Kayu Mangrove (Kg) (Rp/Kg) (Rp/bulan) R. apiculata 319.591 150 47.938.650 X. granatum/l. racemosa 69.985 150 10.497.750 Jumlah 389.576 58.436.400 Sumber: Data Olahan Panglong Arang Sungai Liung Dalam setiap bulan, jumlah kebutuhan kayu mangrove untuk bahan baku arang pada panglong arang sebesar 389.576kg/bulan (termasuk bahan bakar produksi arang) dengan nilai ekonomi sebesar Rp 58.436.400/bulan. Sebagai kayu bakar. Dari wawancara terhadap pengumpul kayu bakar di wilayah ini diketahui jenis kayu mangrove yang dimanfaatkan untuk kayu bakar rumah tangga adalah dari spesies R. apiculata. Penghitungan kayu mangrove untuk kayu bakar rumah tangga di tingkat lapangan adalah dalam hitungan ikat. Produksi yang dihimpun dari data lapangan untuk kayu bakar sebanyak 4600 ikat/bulan. Spesifikasi ukuran kayu untuk kayu bakar rumah tangga berdiameter rata-rata 5,6 cm dan panjang rata-rata 275 cm. Harga kayu mangrove untuk kayu bakar sebesar Rp 1.200 per ikat. Dari hasil wawancara tersebut juga diperoleh penjelasan bahwa rata-rata kayu mangrove per batangnya menghasilkan 3,5 ikat kayu bakar.pemanfaatan kayu mangrove untuk kayu bakar rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah produksi kayu mangrove Sungai Liung untuk kayu bakar rumah tangga di tingkat pengumpul Kategori Kayu Produksi D P Harga Nilai Mangrove (btg/bulan) (m) (m) (Rp/btg) (Rp/bulan) R. apiculata 1.314 0,056 2,750 4.200 5.520.000 Jumlah 1.314 5.520.000 Sumber: Data Olahan Penampung Kayu Bakar Sungai Liung Pada jumlah dalam hitungan batang, jumlah kayu mangrove untuk kayu bakar sebesar 1.314 batang/bulan dengan nilai ekonomi sebesar Rp 5.520.000 sehingga harga kayu mangrove menjadi lebih tinggi yaitu sebesar Rp 4.200/batang. Nilai ini lebih besar dari harga kayu mangrove dari jenis dan diameter yang sama yang dimanfaatkan sebagai kayu cerocok. 244 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

PEMBAHASAN Tingkat Pemanfaatan Kayu. Analisis terhadap tingkat pemanfaatan kayu mangrove untuk memenuhi kebutuhan kayu cerocok, arang dan kayu bakar sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Tingkat pemanfaatan kayu mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung Kategori Kayu Volume Nilai Ekonomi Harga Mangrove (m 3 /bulan) (m 3 /tahun) (Rp/bulan) (Rp/tahun) (Rp/m 3 ) Kayu Cerocok R. apiculata (K) 25,13 301,57 6.944.300 83.331.600 276.323 R. apiculata (B) 5,63 67,55 1.123.500 13.482.000 199.595 X. granatum 9,35 112,25 1.024.000 12.288.000 109.473 Sub Jumlah 40,11 481,37 9.091.800 109.101.600 226.650 Bahan Baku Arang R. apiculata 266,33 3.195,91 47.938.650 575.263.800 180.000 X. granatum 58,32 699.85 10.497.750 125.973.000 180.000 L. racemosa Sub Jumlah 324,65 3.895,76 58.436.400 701.236.800 180.000 Kayu Bakar R. apiculata 8,90 106,84 5.520.000 66.240.000 619.969 Sub Jumlah 8,90 106,84 5.520.000 66.240.000 619.969 Jumlah 373,66 4.483,97 73.048.200 876.578.400 195.492 Sumber: Analisis Data Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan kayu mangrove secara keseluruhan sebesar 373,66 m 3 /bulan atau sebesar 4.483,97 m 3 /tahun dengan nilai ekonomi pemanfaatan langsung sebesar Rp 73.048.200/bulan atau sebesar Rp 876.578.400/tahun. Dari hasil analisis ini diketahui harga kayu mangrove per volume (m 3 ) di tingkat lapangan sebesar Rp 195.492/m 3. Tingkat pemanfaatan ini lebih besar bila dibandingkan dengan hasil analisis Indrayani (2002) yang melaporkan bahwa pemanfaatan kayu mangrove untuk kayu cerocok, kayu bakar dan bahan baku arang di Pulau Bengkalis sebesar 264,71 m 3 /tahun. Analisis Tegakan Kayu. Perhitungan analisis tegakan adalah menghitung volume tegakan kayu mangrove dari ekosistem mangrove Sungai Liung yang dilakukan dengan menghitung total volume kayu mangrove per hektar per tahun. Volume kayu mangrove yang dimiliki oleh kawasan mangrove Sungai Liung sebagaimana Tabel 6. Tabel 6. Volume kayu mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung Spesies Mangrove Kerapatan pohon/ha VHA (m 3 /Ha) VHA Total B. cylindrica 0,13 0,0021756 2,0652602 L. littorea 0,27 0,0073483 6,9757510 E. agallocha 0,40 0,0088766 8,4265482 A. floridum 0,93 0,0198593 18,8524143 R. mucronata 1,46 0,0776753 73,7371975 C. tagal 1,86 0,0605289 57,4600506 S. hidrophyllacea 1,06 0,0155431 14,7550773 S. ovata 2,79 0,1536646 145,8738150 B. gymnorhiza 4,91 0,0804626 76,3831033 S. caseolaris 6,37 0,6228647 591,2855001 L. racemosa 36,75 1,8746256 1.779,5821177 X. granatum 96,19 3,3596474 3.189,3132464 R. apiculata 453,47 20,3200944 19.289,8655667 Total 606,59 26,6033663 25.254,5756485 Sumber: Analisis Data 245 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

Dari Tabel 6 tersebut diketahui bahwa dengan tingkat kerapatan pohon mangrove sebesar 606,59 batang/ha memiliki nilai volume kayu mangrove sebesar 26,60 m 3 /ha/tahun. Nilai VHA ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan volume kayu mangrove di hutan mangrove Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan yang memiliki nilai VHA sebesar 1664,35 m 3 /ha/tahun dengan tingkat kerapatan pohon 1741,67 batang/ha (Qodrina, 2012). Sedangkan volume secara keseluruhan untuk luasan 949,3 hahutan mangrove Sungai Liung memiliki volume kayu mangrove sebesar 25.254,58 m 3 /tahun. Sementara tingkat pemanfaatan kayu mangrove untuk memenuhi kebutuhan kayu cerocok, bahan baku arang dan kayu bakar mencapai 4.483,97 m 3 /tahun. Tingkat pemanfaatan ini sebesar 17,76% dari potensi kayu mangrove yang terkandung pada ekosistem mangrove Sungai Liung. Potensi Kayu Mangrove. Perhitungan potensi kayu mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung adalah dengan menghitung nilai kayu mangrove per tahun. Dengan ketetapan harga kayu mangrove mengacu pada Permendag No: 22/M-DAG/PER/4/2012 sebesar Rp 180.000/ton atau jika dikonversikan untuk harga per m 3 menjadi sebesar Rp 216.000/m 3. Nilai kayu mangrove per tahun untuk ekosistem mangrove Sungai Liung dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai kayu mangrove pada ekosistem mangrove Sungai Liung Spesies Mangrove Harga (Rp/m 3 ) NKM (Rp/Ha) NKM Total B. cylindrica 216.000 470 446.096 L. littorea 216.000 1.587 1.506.762 E. agallocha 216.000 1.917 1.820.134 A. floridum 216.000 4.290 4.072.121 R. mucronata 216.000 16.778 15.927.235 C. tagal 216.000 13.074 12.411.371 S. hidrophyllacea 216.000 3.357 3.187.097 S. ovata 216.000 33.192 31.508.744 B. gymnorhiza 216.000 17.380 16.498.750 S. caseolaris 216.000 134.539 127.717.668 L. racemosa 216.000 404.919 384.389.737 X. granatum 216.000 725.684 688.891.661 R. apiculata 216.000 4.389.140 4.166.610.962 Total 5.746.327 5.454.988.340 Sumber: Analisis Data Dari Tabel 7 tersebut diketahui bahwa dengan nilai volume kayu mangrove sebesar 26,60 m 3 /ha/tahun memiliki nilai kayu mangrove sebesar Rp 5.746.327/ha/tahun. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai kayu mangrove di hutan mangrove Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan yang memiliki nilai sebesar Rp 245.608.043/ha/tahun (Qodrina, 2012). Sedangkan nilai kayu mangrove secara keseluruhan untuk luasan 949,3 ha mangrove Sungai Liung dengan volume kayu mangrove sebesar 25.254,58 m 3 /tahun memiliki nilai kayu mangrove sebesar Rp 5.454.988.340/tahun. Pemanfaatan secara keseluruhan terhadap kayu mangrove Sungai Liung untuk memenuhi kebutuhan kayu cerocok, bahan baku arang dan kayu bakar sebesar Rp 876.578.400/tahun atau memiliki harga rata-rata sebesar Rp 195.492/m 3. Harga pemanfaatan ini 9,49% lebih rendah dari perkiraan harga patokan terhadap kayu mangrove mengacu kepada ketetapan harga pemerintah yaitu sebesar Rp 216.000/m 3. 246 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana

KESIMPULAN Nilai kayu mangrove (NKM) di kawasan mangrove Sungai Liung tergolong rendah, dimana terlihat dari nilai volume kayu per hektar (VHA) yang juga rendah. Rendahnya volume kayu per hektar dan nilai kayu mangrove pada kawasan tersebut disebabkan tingginya aktivitas pengambilan kayu mangrove sebagai kayu cerocok, bahan baku arang dan kayu bakar oleh masyarakat di sekitar kawasan mangrove Sungai Liung untuk memenuhi kebutuhan pengumpul kayu cerocok, panglong arang dan pengumpul kayu bakar. Kerapatan kayu mangrove yang rendah, diameter dan tinggi pohon yang termasuk kecil memberikan pengaruh terhadap perhitungan volume kayu dan nilai kayu mangrove pada kawasan tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada aparat Desa Selat Baru dan Bantan Tengah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis dan warga yang turut membantu selama penelitian. Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang membantu dalam kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Fikri, R., 2006. Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Mendeteksi Perubahan Mangrove Di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 66 Hal (Tidak Diterbitkan). Harahap, N., 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Dan Aplikasinya Dalam Perencanaan Wilayah Pesisier. Graha Ilmu. Yogyakarta. 254 Hal. Indrayani, E., 2002. Pendekatan Ekologi-Ekonomi Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove Di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. 91 Hal (Tidak Diterbitkan). Kordi, M.G.H., 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi Dan Pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta. 255 Hal. Kusmana, C., 1996. Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Jurnal Media Konservasi, 5 (1) : 17-24. Qodrina, L., 2012. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru. 140 Hal (Tidak Diterbitkan). Siregar, S.H., R. Jhonnerie Dan Y. Oktorini, 2013. Model Spasial Nilai Konservasi Dan Stok Karbon Komunitas Mangrove Sungai Liung, Pulau Bengkalis. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Riau, Pekanbaru. 39 Hal. (Tidak Diterbitkan). WaltersBradley B., P. Ronnback, J.M. Kovacs, B. Crona, S. A. Hussain, R. Badola, J. H. Primavera, E. Barbier And F. Dahdouh-Guebas, 2008. Ethnobiology, Socio-Economics And Management Of Mangrove Forests: A Review. Aquatic Botany. (89) : 220 236. 247 Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana