BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Awal dekade '2000, "modemisasi" telah menjadi salah satu kata kunci yang melekat dan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi pelayanan prima kepada masyarakat, demikian juga dengan tuntutan pelayanan yang lebih baik dari stakeholders ; perpajakan. Dengan demikian diharap semua unit kerja di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan Kantor Pelayanan Pajak sebagai unit pelaksanaan teknis/operasional perpajakan, berbenah-benah dalam menyambut, memahami, mengondisikan, dan menyesuaikan serta melaksanakan modemisasi perpajakan sesuai dengan konsep, prinsip, dan sasaran yang sudah ditetapkan di unit masing-masing. Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 telah menggulirkan Reformasi Administrasi Perpajakan sebagai prioritas reformasi perpajakan dengan tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produkt.ifitas pegawai perpajakan yang tinggi. Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modem. Salah satu kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pajak yang tertuang dalam Cetak Biru (Blue Print) kebijakan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 yang diundangkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-178/PJ/2004 tanggal 22 Desember 2004 adalah mewujudkan konsep 1
"Kenalilah wajib pajakmu" (Knowing Your Taxpayers). Konsep tersebut menjadi 2 acuan penunjukan Account Representative (AR), yaitu Aparat Pajak yang bertanggung Jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah Wajib Pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya. Pada prinsipnya, seluruh Wajib Pajak akan mempunyai Account Representative yang bertanggung jawab untuk memberi jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan Wajib Pajak. Jumlah dan jenis usaha Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawab seorang Account Representative dapat berbeda-beda menurut pembagian tugas berdasarkan jenis usaha pada kantor pelayanan pajak. Account representative akan bertindak secara kreatif tanpa mengurangi kualitas pelayanan dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa wajib pajak memperoleh hak-hak secara transparan. Dalam menjalankan kegiatan organisasi, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menetapkan Visi dan Misi untuk memberi arah bagi perjalanan organisasi. Visi "menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan Manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat" merupakan transformasi gambaran menantang tentang keadaan masa depan dari orgainsasi DJP dan DJP ingin menjadi realitas melalui komitmen dan tindakan oleh segenap jajaran DJP. Misi dibidang fiscal, yaitu "menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi yang tinggi". Dalam bidang ekonomi, DJP memiliki misi yaitu "mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi" di bidang politik, DJP memiliki misi, yaitu "mendu~.;:unt:,
3 proses demokratis" dan di bidang kelembagaan memiliki mtst yaitu "senantiasa memperbaiki diri selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir." Seseorang yang bergabung dengan suatu organisasi tentu membawa keinginankeinginan dan kebutuhan dan pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja baginya dan bersama-sama dengan organisasi berusaha mencapai tujuan bersama. Untuk dapat bekerja sama dan berprestasi dengan baik, maka seorang karyawan harus mempunyai komitmen yang tinggi pada organisasi. Komitmen organisasi dapat tumbuh manakala harapan kerja dapat terpenuhi oleh organisasi yang baik. Selanjutnya dengan terpenuhinya harapan kerja ini akan menimbulkan kepuasan kerja. Tingkat kepuasan kerja banyak menunjukkan kesesuaian dengan harapan kerja yang sering merupakan motivasi kerja. Menurut Reksohadiprodjo ( dalam Trisnaningsih, 2003:203) motivasi merupakan keadaaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuasaan dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong ini yang disebut motivasi. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan guna mencapai sasaran ahkir yaitu kepuasan kerja. Komitmen Organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu telah memiliki tingkat kepercayaan dan menerima serta terikat dengan tujuan organisasi,. sehingga individu sudah merasa menjadi bagian organisasi dan sepakat serta terikat untuk mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Seorang yang memiliki komitmen organisasi
4 berarti memiliki loyalitas terhadap organisasi dan ada kesesuaian antara tujuan individu dengan tujuan organisasi yang disertai dengan keinginan untuk menjadi anggota tersebut. Dengan demikian komitmen yang telah dibangun oleh suatu organisasi dalam hal ini DJP akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang dirasakan oleh masing-masing pegawai. Tinggi atau rendahnya kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh masing-masing pegawai. Komitmen DJP melakukan modernisasi untuk rnencapai tujuan orgamsast tentunya perlu dukungan dari seluruh pegawai DJP. Pada hakikatnya saat pegawai bekerja mereka membawa serta keinginan dan kebutuhan yang mernbentuk harapan kerja mereka. Adanya motivasi akan mendorong seseorang mengembangkan pengetahuan dan kemarnpuan demi mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Perubahan fundamental ini menjadi fenomena tersendiri apakah hal tersebut berpengaruh dengan komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi kerja ''Account Representative" pada KPP Pratama di Papua. Adapun pertimbangan penulis untuk melakukan penelitian pada KPP Pratama di Papua, karena penulis ingin meneliti sampa1 dimana motivasi seseorang pegawai di Papua dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya demi mencapai prestasi yang lebih baik, karena penelitian-penelitian mayoritas menggunakan KPP Pulau Jawa, sedangkan KPP Luar Jawa jarang dikaji, kondisi mendukung karena penulis berkedudukan di Papua, dan ingin mengetahui bagaimana sistem administrasi dan teknologi yang digunakan di Papua dibandingkan dengan KPP yang ada di Pulau Jawa yang terkenal dengan KPP Modern.
1.2 Rumusan Masalah 5.. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini, adalah: 1. Apakah komitmen organisasi mempengaruhi kepuasan kerja Account Representative? 2. Apakah komitmen organisasi dan motivasi kerja mempengaruhi kepuasan kerja Account Representative? 3. Apakah motivasi kerja berdampak pada pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerjaaccount Representative? 3.2 Tujuan Penelitian berikut: Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai 1. Menguji dan memperoleh bukti empms pengaruh komitmen orgamsas1 terhadap kepuasan kerjaaccount Representative. 2. Menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh komitmen organisasi dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerjaaccount Representative. 3. Mengetahui dampak motivasi kerja pada pengaruh komitmen orgamsast terhadap kepuasan kerjaaccount Representative. 1.4 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharap dapat memberi kontribusi teoretis dan kontribusi praktis. Pertama, dari segi teori, hasil penelitian ini diharap dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang AR!Account Representative dan tugas serta
6 tanggung jawab AR, dan memberi pengetahuan juga tentang teori motivasi, komitmen organisasi, dan kepuasan ketja, serta pengaruh motivasi, komitmen organisasi terhadap kepuasan ketja. Kedua, dari segi praktis, penelitian ini berguna sekali bagi pihak DJP, dimana pembahasan mengenai komitmen organisasi, motivasi, dan kepuasan kerja Account Representative diharap dapat memberi masukan untuk perbaikan organisasi di kemudian hari dan mempersiapkan sumber daya yang ada dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sebagai bentuk komitmen untuk melakukan perbaikan terus-menerus.