HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

TERM OF REFFERENCE (TOR) PENINGKATAN SERAPAN HARA, PENGISIAN TONGKOL, DAN PENCEGAHAN SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays Saccharata) merupakan salah satu jenis tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

RESPON FISIOLOGI TANAMAN JAGUNG DAN CABAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK YANG DIPERKAYA DENGAN PUPUK HAYATI PADA DUA LOKASI PENGUJIAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

LAPORAN DEMPLOT PEMUPUKAN ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAHAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

Oleh: Norma Rahmawati Dosen Pembimbing: Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si.

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

Transkripsi:

17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu Raya merupakan jenis tanah aluvial (Purba et al. 2000). Tanah di Bogor bertekstur lebih gembur dengan kandungan pasir yang lebih banyak. Sifat kimia kedua jenis tanah tidak berbeda jauh, kecuali untuk kandungan P dan K. Kandungan P di Bogor lebih rendah, namun kandungan K lebih tinggi dibandingkan Kubu Raya (Lampiran 5). Hasil uji tanah yang dicampur dengan kompos maupun kompos diperkaya menunjukkan adanya peningkatan kandungan C, N, P-tersedia, dan K-tersedia (Lampiran 6). Hasil Analisis Kompos dan Kompos Diperkaya Hasil analisis kompos dan kompos diperkaya menunjukkan bahwa kedua jenis kompos telah memenuhi standar minimal pupuk organik menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/Sr.130/5/2009 (Lampiran 7). Kompos diperkaya memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang tidak diperkaya. Penambahan pupuk hayati dalam pengomposan mampu meningkatkan kandungan hara dalam kompos seperti Ca (63,8%), Mg (100%), Cu (136,9%), Zn (5,7%), dan Mn (49,2%) serta menurunkan ph kompos (1,45 %) dibandingkan pengomposan tanpa pengayaan (Tabel 1). Tabel 1 Hasil analisis kompos dan kompos diperkaya. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 9,6 0,5 21,3 0,6 1,5 1,0 0,4 7,1 99,3 97,7 1.375,0 Data Klimatologi Data iklim menunjukkan bahwa lokasi penanaman di Bogor memiliki curah hujan dan kecepatan angin yang lebih besar, sementara itu rata-rata suhu udara, kelembaban, lama penyinaran dan tekanan udara di Kubu Raya menunjukkan angka yang lebih besar (Tabel 2).

18 Tabel 2 Data klimatologi di lokasi tanam Klimatologi Curah hujan (mm) Kelembaban Udara (%) Suhu rata-rata ( C) Tekanan udara (milibar) Lama penyinaran (% dari 12 jam/hari) Kecepatan angin (km/jam) Lokasi Bulan (Tahun 2011) Jan Feb Mar April Mei Juni Bogor 203 77 140 278 362 275 Kubu Raya 192 65 95 236 293 150 Bogor 83 82 82 84 84 80 Kubu Raya 86 86 84 81 85 80 Bogor 25 26 26 26 26 26 Kubu Raya 26 26 27 26 27 27 Bogor 988 988 989 989 1.011 1.012 Kubu Raya 1.010 1.010 1.010 1.011 1.010 1.010 Bogor 34 48 46 61 67 88 Kubu Raya 51 65 50 70 67 68 Bogor 9 7 7 7 6 7 Kubu Raya 6 7 7 7 6 7 Pertumbuhan Tanaman Jagung di Bogor Hasil analisis statistik (Lampiran 8) menunjukkan bahwa pengaruh pupuk anorganik tidak berbeda nyata antar perlakuan, sedangkan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung di Bogor, kecuali terhadap bobot kering akar. Perlakuan kompos maupun kompos diperkaya mampu meningkatkan pertumbuhan jagung bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos. Peningkatan pertumbuhan oleh pengaruh kompos diperkaya terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kompos yang tidak diperkaya (Tabel 3). Tabel 3 Pertumbuhan jagung di Bogor Tinggi Diameter batang Jumlah daun Luas daun Bobot kering akar (g) Bobot kering tajuk (g) Pupuk Anorganik NPK 0% 142,6 1,9 10,5 456,5 4,5 41,0 NPK 50% 153,7 2,0 11,0 504,0 4,7 36,6 NPK 100% 143,1 1,9 10,5 463,8 6,2 43,3 Pupuk Organik Tanpa kompos 125,7 b 1,8 b 9,7 b 391,0 c 3,8 28,6 b Kompos 151,6 a 2,0 a 11,0 a 483,9 b 5,5 42,2 a Kompos diperkaya 162,1 a 2,0 a 11,3 a 549,4 a 6,1 50,1 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

19 Produksi Jagung di Bogor Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pupuk organik berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di Bogor, sedangkan pupuk anorganik hanya berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir (Lampiran 8). Pupuk organik berupa kompos maupun kompos diperkaya mampu meningkatkan produksi jagung. Kompos diperkaya memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap seluruh komponen produksi yang diamati (Tabel 4). Pada setiap perlakuan NPK (dosis 0%, 50% dan 100%) penambahan kompos maupun kompos diperkaya mampu meningkatkan perkiraan produksi jagung per hektar (Gambar 1). Perlakuan kompos diperkaya menghasilkan perkiraan produksi yang tertinggi. Perlakuan kompos diperkaya menghasilkan tongkol jagung yang berukuran paling besar jika dibandingkan dengan perlakuan kompos dan tanpa kompos pada pemberian dosis NPK yang sama (Gambar 2). Tabel 4 Produksi jagung di Bogor Panjang tongkol Diameter tongkol Bobot pipil kering per tongkol (g) Bobot 100 butir (g) Perkiraan produksi (ton/ha) Pupuk Anorganik NPK 0% 14,8 4,4 98,6 21,1 b 3,9 NPK 50% 15,1 4,6 112,4 23,3 a 4,5 NPK 100% 15,2 4,5 112,8 23,5 a 4,5 Pupuk Organik Tanpa kompos 14,1 c 4,3 c 85,2 c 19,5 c 3,4 c Kompos 15,0 b 4,5 b 107,6 b 22,2 b 4,3 b Kompos diperkaya 16,1 a 4,7 a 131,0 a 26,2 a 5,2 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

20 Perkiraan produksi (ton/ha) 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0% 50% 100% Dosis NPK Gambar 1 Perkiraan produksi jagung di Bogor pada perlakuan kombinasi pupuk anorganik dan organik. tanpa kompos kompos kompos diperkaya A0B0 A0B1 A0B2 A1B0 A1B1 A1B2 A2BO A2B1 A2B2 Gambar 2 Tongkol jagung hasil percobaan di lokasi tanam Bogor Pertumbuhan Tanaman Jagung di Kubu Raya Pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata tetapi tidak pada semua komponen pertumbuhan yang diamati (Lampiran 9). Pupuk organik mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering tajuk, sedangkan pupuk anorganik mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot kering tajuk (Tabel 5). Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pengaruh perlakuan pupuk anorganik dosis 50% dan 100% terhadap semua komponen pertumbuhan jagung yang diamati. Antara perlakuan kompos dan kompos diperkaya juga tidak terdapat perbedaan yang nyata, namun jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos kedua jenis kompos menunjukkan perbedaan yang nyata.

21 Tabel 5 Pertumbuhan jagung di Kubu Raya Tinggi Diameter batang Jumlah daun Luas daun Bobot kering akar (g) Bobot kering tajuk (g) Pupuk Anorganik NPK 0% 197,8 b 1,9 b 15,0 719,6 13,0 79,3 b NPK 50% 219,9 a 2,1 a 15,4 738,4 24,5 100,2 a NPK 100% 218,5 a 2,2 a 15,2 737,3 24,0 100,7 a Pupuk Organik Tanpa kompos 203,4 b 2,0 14,7 b 722,0 14,1 82,1 b Kompos 220,3 a 2,1 15,3 a 761,4 18,9 91,6 ab Kompos diperkaya 212,4 ab 2,1 15,5 a 711,9 28,2 106,5 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT). Produksi Jagung di Kubu Raya Hasil analisis statistik (Lampiran 9) menunjukkan bahwa pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap semua komponen produksi yang diamati, sedangkan pupuk organik tidak berpengaruh nyata. Pupuk NPK dosis 50% dan 100% meningkatkan secara nyata perkiraan produksi jagung per hektar berturut-turut sebesar 22% dan 28% bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos. Pupuk organik kompos dan kompos diperkaya mampu meningkatkan perkiraan produksi jagung per hektar berturut-turut sebesar 13% dan 16% dibandingkan dengan tanpa kompos, namun tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan kompos dengan kompos diperkaya (Tabel 6). Kombinasi NPK 100% dengan kompos diperkaya menghasilkan perkiraan produksi tertinggi diantara perlakuan lainnya (Gambar 3). Kombinasi NPK 100% dengan kompos diperkaya mampu meningkatkan perkiraan produksi per hektar jagung di Kubu Raya sebesar 12,5% dibandingkan dengan perlakuan NPK dosis 100% tanpa kompos. Perlakuan kombinasi NPK dosis 100% dengan kompos diperkaya menghasilkan tongkol jagung paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 4).

22 Tabel 6 Produksi jagung di Kubu Raya Panjang tongkol Diameter tongkol Bobot pipil kering per tongkol (g) Bobot 100 butir (g) Perkiraan produksi (ton/ha) Pupuk Anorganik NPK 0% 16,9 b 4,8 b 153,0 b 30,2 b 6,0 b NPK 50% 18,6 a 5,0 a 187,2 a 34,5 a 7,3 a NPK 100% 18,9 a 5,1 a 191,3 a 34,1 a 7,7 a Pupuk Organik Tanpa kompos 18,0 4,9 170,9 31,5 6,4 Kompos 18,4 5,0 178,7 33,6 7,2 Kompos diperkaya 18,0 5,0 181,9 33,7 7,4 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT). Perkiraan produksi (ton/ha) 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0% 50% 100% Dosis NPK Gambar 3 Perkiraan produksi jagung di Kubu Raya pada perlakuan kombinasi pupuk anorganik dan organik. tanpa kompos kompos kompos diperkaya Gambar 4 Tongkol jagung hasil percobaan di lokasi tanam Kubu Raya.

23 Pertumbuhan Tanaman Cabai di Bogor Pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering akar, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang dan bobot kering tajuk, sedangkan pupuk organik berpengaruh terhadap semua komponen pertumbuhan cabai yang diamati (Lampiran 10). Pupuk organik secara nyata mampu meningkatkan semua komponen pertumbuhan cabai di Bogor dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos (Tabel 7). Tabel 7 Pertumbuhan cabai di Bogor Tinggi Jumlah cabang Bobot kering akar (g) Bobot kering tajuk (g) Pupuk Anorganik NPK 0% 61,0 b 36,3 0,8 b 8,6 NPK 50% 64,0 ab 40,3 0,9 ab 10,1 NPK 100% 68,0 a 39,7 1,1 a 10,8 Pupuk Organik Tanpa kompos 58,8 b 30,2 b 0,5 c 4,2 c Kompos 65,3 a 41,0 a 0,9 b 9,4 b Kompos Diperkaya 68,8 a 45,1 a 1,3 a 15,8 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT). Produksi Cabai di Bogor Pupuk anorganik hanya berpengaruh terhadap panjang buah cabai, sedangkan pupuk organik berpengaruh terhadap semua komponen produksi cabai yang diamati di Bogor (Lampiran 10). Kompos diperkaya mampu meningkatkan semua komponen produksi yang diamati dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos. Kompos diperkaya memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan kompos yang tidak diperkaya (Tabel 8). Perlakuan kombinasi NPK dosis 50% dengan kompos diperkaya mampu menghasilkan perkiraan produksi per hektar cabai yang paling tinggi diantara kombinasi lainnya (Gambar 5). Kombinasi NPK 50% dengan kompos diperkaya mampu meningkatkan perkiraan produksi per hektar berturut-turut sebesar 327%, 154%, dan 78,6% dibandingkan dengan perlakuan NPK dosis 0%, 50%, dan 100% tanpa kompos. Pada perlakuan NPK 0%, buah cabai yang diberi perlakuan pupuk organik secara visual tampak lebih baik dibandingkan dengan tanpa pupuk organik (Gambar 6).

24 Tabel 8 Produksi cabai di Bogor Panjang buah Diameter buah Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman (g) Perkiraan produksi (ton/ha) Pupuk Anorganik NPK 0% 12,7 b 1,4 29,5 333,1 9,7 NPK 50% 13,6 a 1,5 31,9 372,1 12,1 NPK 100% 13,3 ab 1,4 35,6 409,4 10,9 Pupuk Organik Tanpa kompos 12,2 c 1,3 c 23,8 b 280,5 b 6,9 b Kompos 13,1 b 1,4 b 35,8 a 390,3 a 11,4 a Kompos Diperkaya 14,3 a 1,6 a 37,4 a 443,8 a 14,4 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT). Perkiraan produksi (ton/ha) 25 20 15 10 5 0 0% 50% 100% Dosis NPK Gambar 5 Perkiraan produksi cabai di Bogor pada perlakuan kombinasi pupuk anorganik dan organik. tanpa kompos kompos kompos diperkaya. Gambar 6 Buah cabai hasil percobaan di lokasi tanam Bogor.

25 Pertumbuhan Tanaman Cabai di Kubu Raya Hasil analisis statistik (Lampiran 11) menunjukkan bahwa pupuk organik berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman cabai yang ditanam di Kubu Raya, sedangkan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap semua komponen pertumbuhan yang diamati. Kompos diperkaya lebih meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk dibandingkan dengan kompos yang tidak diperkaya (Tabel 9). Tabel 9 Pertumbuhan cabai di Kubu Raya Tinggi Jumlah cabang Bobot kering akar (g) Bobot kering tajuk (g) Pupuk Anorganik NPK 0% 38,9 25,0 0,6 2,7 NPK 50% 40,5 28,8 0,7 3,1 NPK 100% 38,9 31,0 0,6 3,3 Pupuk Organik Tanpa kompos 34,0 c 22,7 0,5 b 2,0 b Kompos 40,1 b 29,3 0,6 ab 2,7 b Kompos Diperkaya 43,6 a 32,9 0,8 a 4,4 a Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Produksi Cabai di Kubu Raya Pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap diameter buah dan bobot buah per tanaman, namun tidak berpengaruh terhadap komponen produksi lainnya, sedangkan pupuk organik hanya berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman (Lampiran 11). Kompos diperkaya lebih meningkatkan bobot buah per tanaman dan perkiraan produksi per hektar dibandingkan dengan kompos yang tidak diperkaya, namun perbedaanya tidak nyata (Tabel 10). Perlakuan kombinasi NPK dosis 100% dengan kompos diperkaya mampu menghasilkan perkiraan produksi cabai paling tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya (Gambar 7). Kombinasi NPK dosis 100% dengan kompos diperkaya mampu meningkatkan perkiraan produksi cabai per hektar berturut-turut sebesar 127%, 47%, dan 108% dibandingkan dengan perlakuan NPK dosis 0%, 50%, dan 100% tanpa kompos.

26 Tabel 10 Produksi cabai di Kubu Raya Panjang buah Diameter buah Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman (g) Perkiraan produksi per hektar (ton) Pupuk Anorganik NPK 0% 11,8 1,36 b 21,5 144,9 b 4,8 NPK 50% 12,0 1,43 ab 20,6 163,1 ab 5,5 NPK 100% 11,9 1,45 a 25,0 193,6 a 5,8 Pupuk Organik Tanpa kompos 11,5 1,40 18,0 128,3 b 4,0 Kompos 11,9 1,41 24,3 190,8 a 5,4 Kompos Diperkaya 12,2 1,40 24,7 182,5 ab 6,7 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) Perkiraan produksi (ton/ha) 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0% 50% 100% Dosis NPK Gambar 7 Perkiraan produksi cabai di Kubu Raya pada perlakuan kombinasi pupuk anorganik dan organik. tanpa kompos kompos kompos diperkaya Kandungan Vitamin C dan Gula Total Kandungan vitamin C buah cabai yang ditanam di Bogor dan Kubu Raya relatif sama yaitu berkisar 0,1-0,2%. Perlakuan tanpa pupuk anorganik maupun pupuk organik menunjukkan kandungan vitamin C yang lebih tinggi diantara perlakuan lainnya. Kandungan gula total biji jagung yang ditanam di Bogor berkisar 8-14% dan di Kubu Raya berkisar antara 6-8% (Tabel 11).

27 Tabel 11 Kandungan vitamin C buah cabai dan gula total biji jagung Perlakuan Kandungan Vitamin C Cabai (%) Kandungan Gula Total Biji Jagung (%) Bogor Kubu Raya Bogor Kubu Raya NPK 0% + Tanpa kompos 0,2 0,2 9 8 NPK 50% + Tanpa kompos 0,1 0,1 9 8 NPK 100% + Tanpa kompos 0,1 0,1 14 7 NPK 0% + Kompos 0,2 0,1 9 8 NPK 50% + Kompos 0,1 0,1 14 8 NPK 100% + Kompos 0,1 0,1 8 8 NPK 0% + Kompos diperkaya 0,1 0,1 10 7 NPK 50% + Kompos diperkaya 0,1 0,1 13 6 NPK 100% + Kompos diperkaya 0,1 0,1 14 6 Ket: Data merupakan hasil uji dari satu sampel yang dikompositkan dari 3 ulangan. Kandungan Klorofil Daun Hasil analisis statistik (Lampiran 12) menunjukkan bahwa kandungan klorofil daun jagung di Bogor maupun di Kubu Raya dipengaruhi oleh pupuk organik, sedangkan pupuk anorganik hanya berpengaruh terhadap kandungan klorofil daun jagung di Bogor. Pupuk anorganik maupun organik tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil daun cabai yang ditanam di Bogor maupun di Kubu Raya, namun pupuk organik berupa kompos maupun kompos diperkaya memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa kompos (Tabel 12). Kandungan klorofil daun jagung di Bogor relatif sama dibandingkan dengan di Kubu Raya, sedangkan kandungan klorofil daun cabai di Kubu Raya lebih tinggi dibandingkan dengan di Bogor.

28 Tabel 12 Kandungan klorofil daun Jagung (mg/l) Cabai (mg/l) Perlakuan Kubu Kubu Bogor Bogor Raya Raya Pupuk Anorganik NPK dosis 0% 4,8 ab 4,4 6,2 7,4 NPK dosis 50% 4,9 a 4,6 6,3 6,7 NPK dosis 100% 4,6 b 4,8 6,2 7,9 Pupuk Organik Tanpa kompos 4,3 b 4,4 b 6,1 7,4 Kompos 4,9 a 4,5 b 6,2 7,3 Kompos diperkaya 5,1 a 4,9 a 6,4 7,3 Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak beda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)

29 PEMBAHASAN Hasil analisis tanah yang dicampur dengan pupuk organik baik berupa kompos maupun kompos yang diperkaya menunjukkan adanya peningkatan kandungan unsur C, N, P-tersedia, dan K-tersedia. Peningkatan P-tersedia di lokasi Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan Kubu Raya, sedangkan peningkatan K-tersedia di lokasi Bogor lebih rendah dibandingkan dengan Kubu Raya. Pada tanah dengan kandungan P dan K tersedia yang rendah, penambahan pupuk organik memberikan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dengan kandungan P dan K tersedia yang tinggi. Sumarno et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan bahan organik tanah dapat meningkatkan KTK tanah, sebagai cadangan dan pemasok hara tanaman, terutama N, P, K, S, dan hara mikro, menyediakan sumber energi bagi kehidupan dan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kapasitas menyimpan air tanah dan memperbaiki struktur tanah, dan peran pupuk organik dalam membangun kesuburan tanah ini tidak dapat digantikan oleh sarana produksi lain. Pupuk organik dalam bentuk kompos atau segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologi tanah serta sebagai nutrisi tanaman (DEPTAN 2008). Hasil analisis kompos dan kompos diperkaya menunjukkan adanya peningkatan kandungan hara pada kompos yang diperkaya. Kompos diperkaya memiliki kualitas yang lebih baik dalam hal kandungan haranya dibandingkan dengan yang tidak diperkaya. Hasil analisis kompos menunjukkan bahwa penambahan pupuk hayati mampu meningkatkan kandungan unsur Ca, Mg, Cu, Zn, dan Mn serta menurunkan ph. Peningkatan kandungan hara ini diduga mempengaruhi peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dan cabai. Peningkatan pertumbuhan dan produksi cabai dan jagung oleh perlakuan kompos diperkaya cenderung lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kompos saja. Azotobacter sp. dan Azospirillum sp. yang digunakan sebagai pupuk hayati merupakan bakteri penambat nitrogen, sedangkan B. subtilis dan P. beteli merupakan bakteri pelarut fosfat. Menurut Mahdi et al. (2010), Azospirillum mampu mengikat nitrogen 20-40 kg/ha dan mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh, mampu bersimbiosis dengan banyak tanaman terutama tanaman C4. Azotobacter mampu memfiksasi nitrogen kira-kira 10 mg N/g C dalam kondisi in

30 vitro, mampu memproduksi IAA dan giberelin. Hindersah dan Simarmata (2004) menyebutkan bahwa Azotobacter memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen menjadi amonium dan memproduksi fitohormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perakaran tanaman sayuran. Selain pengaruh bakteri pengikat nitrogen, pertumbuhan dan produksi tanaman juga dipengaruhi oleh adanya bakteri pelarut fosfat. Bakteri pelarut fosfat berperan dalam mengubah fosfat yang tidak tersedia menjadi tersedia. Penambahan bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan kandungan fosfat dalam kompos dan lebih efektif dibandingkan Actinomycetes dan jamur (Chang & Yang 2009). Zarabi et al. (2011) menyebutkan bahwa bakteri pelarut fosfat memberikan efek positif terhadap peningkatan pertumbuhan jagung. Penambahan pupuk hayati akan menambah biomassa mikroba. Penambahan biomasa mikroba akan menambah efek positif pada aktivitas berbagai enzim hidrolase (Gracia et al. 1994), peningkatan amonifikasi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen (Setyorini et al. 2006). Peran pupuk hayati dalam meningkatkan produksi pertanian dapat melalui berbagai mekanisme, yaitu meningkatkan fiksasi N 2 secara biologi, meningkatkan ketersediaan nutrisi dalam rhizosfer, mendorong peningkatan luas permukaan akar, dan meningkatkan simbiosis mikroba lain dengan tanaman inang, atau kombinasi dari keempat mekanisme tersebut (Vessey 2003). Peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman akibat pemberian pupuk organik baik berupa kompos maupun kompos diperkaya dimungkinkan oleh adanya peningkatan bahan organik tanah dan ketersediaan hara dalam tanah. Pada lokasi tanam di Bogor kompos diperkaya mampu meningkatkan semua komponen pertumbuhan tanaman dan produksi jagung, kecuali terhadap bobot kering akar tanaman jagung. Kompos diperkaya yang dikombinasikan dengan NPK dosis 50% dan 100% memperlihatkan hasil yang lebih tinggi terhadap perkiraan produksi jagung per hektar dibandingkan perlakuan NPK dosis 100% yang tidak dikombinasi dengan kompos. Perkiraan produksi jagung per hektar tidak berbeda nyata antara perlakuan NPK dosis 0%, 50%, dan 100% yang dikombinasikan dengan kompos diperkaya, tetapi terdapat kecenderungan peningkatan produksi jagung seiring dengan penambahan dosis NPK. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung lebih banyak dipengaruhi oleh kompos diperkaya

31 dibandingkan dengan pupuk NPK. Hal ini kemungkinan oleh kurangnya dosis NPK khususnya urea yang digunakan sebagai pupuk N. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan produksi seiring dengan penambahan dosis NPK. Pada penelitian ini dosis rekomendasi (100%) yang digunakan adalah urea 200 kg/ha yang diberikan 2 kali yaitu 100 kg/ha pada saat tanam dan 100 kg/ha saat berumur 35 HST, sedangkan dosis rekomendasi budidaya jagung ialah 350-450 kg/ha yaitu 100 kg/ha saat tanam, 150 kg/ha saat umur 28-30 HST, dan 100-150 kg/ha saat umur 45-50 HST (Murni & Arief 2008). Berdasarkan kriteria kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) (Lampiran 13), lokasi tanam di Bogor memiliki status N tanah rendah. Menurut Balittanah (2008) pada status N tanah rendah dosis pupuk N yang dianjurkan adalah 115 kg/ha (250 kg urea/ha). Potensi produksi jagung BISI 816 sebesar 13,65 ton/ha dengan produksi rata-rata 10,44 ton/ha. Jika melihat potensi dan hasil rata-rata tersebut, hasil penelitian di Bogor belum mencapai target. Perkiraan produksi jagung tertinggi di Bogor baru mencapai 5,4 ton/ha pada perlakuan kombinasi NPK dosis 50% dan 100% dengan kompos diperkaya. Belum tercapainya target ini dimungkinkan oleh pengaruh masamnya lahan pertanian dan tidak dilakukannya pengendalian terhadap penyakit. Tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung memiliki ph 5,5-7,5 dan optimal pada ph 6,8, sedangkan tanah di lokasi Bogor yang digunakan untuk penelitian ini memiliki ph 4,9. Pada masa pengisian tongkol terjadi serangan penyakit busuk tongkol, sehingga tidak semua tongkol dapat bertahan sampai panen. Namun jika dibandingkan dengan perlakuan NPK dosis 100% tanpa kompos yang menghasilkan perkiraan produksi sebesar 3,3 ton/ha, hasil pemberian kompos diperkaya telah memperlihatkan peningkatan yang nyata. Jika dibandingkan dengan rata-rata produksi jagung tahun 2006-2009 Propinsi Jawa Barat (5,3 ton/ha) dan Nasional (3,9 ton/ha) (Cakrabawa et al. 2010), hasil penelitian ini sudah melebihi angka tersebut. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kompos diperkaya yang dikombinasikan dengan NPK dosis 50% sudah dapat meningkatkan produksi jagung. Pada lokasi tanam di Bogor, kompos diperkaya mampu meningkatkan semua komponen pertumbuhan dan produksi cabai. Kombinasi NPK dosis 50% dengan kompos diperkaya menghasilkan perkiraan produksi cabai per hektar paling tinggi

32 yaitu 17,5 ton. Hasil penelitian ini telah mencapai target jika dibandingkan dengan potensi produksi cabai Wibawa F1 sebesar 16-25 ton/ha maupun produksi cabai rata-rata Propinsi Jawa Barat sebesar 12,17 ton/ha dan Nasional sebesar 5,67 ton/ha (Cakrabawa et al. 2010). Hal ini menunjukkan bahwa kompos diperkaya mampu mensubtitusi 50% pupuk NPK jika diaplikasikan pada budidaya cabai. Pada lokasi tanam di Kubu Raya, kompos diperkaya mampu meningkatkan jumlah daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan perkiraan produksi per hektar untuk tanaman jagung. Kompos diperkaya juga berpengaruh nyata pada tanaman cabai yaitu mampu meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan perkiraan produksi per hektar. Bila dikombinasikan dengan kompos diperkaya, perlakuan NPK dosis 50% tidak berbeda nyata dengan dosis 100% dalam menghasilkan peningkatan tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan perkiraan produksi per hektar. Perlakuan NPK 100% yang dikombinasi dengan kompos diperkaya menghasilkan perkiraan produksi jagung dan cabai berturut-turut sebesar 8,1 ton/ha dan 7,5 ton/ha, paling baik diantara kombinasi lainnya. Hasil ini belum mencapai target jika dibandingkan denganpotensi produksi jagung BISI 816 maupun cabai Wibawa F1. Belum tercapainya target ini kemungkinan juga disebabkan oleh masamnya tanah di lokasi penelitian yang memilki ph 4,3 dan adanya serangan penyakit antraknosa yang menyerang cabai saat panen sehingga hanya bisa dilakukan lima kali panen. Namun jika dibandingkan dengan rata-rata produksi jagung tahun 2006-2009 di Propinsi Kalimantan Barat (4,0 ton/ha) dan Nasional (3,9 ton/ha) dan produksi cabai tahun 2006-2009 di Propinsi Kalimantan Barat (3,98 ton/ha) dan Nasional (5,67 ton/ha) (Cakrabawa et al. 2010), maka hasil penelitian ini sudah melebihi angka tersebut. Walaupun belum mencapai angka potensi hasil dari masingmasing komoditi, ternyata jika dibandingkan dengan produksitivitas jagung skala propinsi dan nasional sudah meningkatkan hasil lebih dari 50%. Dengan kondisi tanah di Kubu Raya yang memiliki kandungan liat yang tinggi, dan bahan organik yang rendah, maka untuk mendapatkan hasil maksimal masih memerlukan tambahan NPK dengan dosis 100%. Pemberian NPK yang dikombinasikan dengan kompos maupun kompos diperkaya memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian

33 NPK dosis 100% tanpa kompos. Penelitian Elwan dan El-Hamed (2011) menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dengan pupuk hayati mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah, dan luas daun tanaman tomat. Penggunaan pupuk hayati selain meningkatkan pertumbuhan tanaman juga dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk NPK. El-Naghdy et al. (2010) menyatakan bahwa penggunaan pupuk hayati mampu menggantikan 50% dosis NPK yang dianjurkan. Menurut Bashyal (2011) bahwa penggunaan pupuk hayati tidak sepenuhnya mampu menggantikan pupuk nitrogen tetapi dapat mengurangi kebutuhan nitrogen hampir setengahnya. Penelitian Kiran et al. (2010) membuktikan bahwa pemberian N (100 kg/ha), P (100 kg/ha), K (50 kg/ha) yang dikombinasikan dengan Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat memberikan pertumbuhan dan produksi terung yang terbaik dibandingkan dengan aplikasi Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat tanpa NPK. Perlakuan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap perkiraan produksi per hektar antar komoditi walaupun ditanam pada lokasi yang sama. Peningkatan perkiraan produksi cabai baik di Bogor maupun di Kubu Raya memberikan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan jagung. Hal ini dimungkinkan adanya perbedaan ketinggian, kondisi tanah dan iklim di kedua lokasi. Perlakuan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap perkiraan produksi per hektar antar lokasi tanam pada komoditi yang sama. Pada perlakuan kombinasi NPK dosis 100% dengan kompos diperkaya, pada lokasi tanam di Bogor, perkiraan produksi jagung meningkat sebesar 68% sedangkan di Kubu raya meningkat 13%. Pada perlakuan kombinasi NPK dosis 50% dengan kompos diperkaya, pada lokasi tanam di Bogor perkiraan produksi cabai meningkat sebesar 79% sedangkan di Kubu raya meningkat 83%. Perbedaan peningkatan hasil antara dua komoditi yang ditanam dimungkinkan oleh perbedaan respon masing-masing varietas tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon tanaman cabai terhadap kombinasi perlakuan pupuk organik dan anorganik lebih baik dibandingkan tanaman jagung. Perbedaan peningkatan hasil antara dua lokasi pada komoditi yang sama dimungkinkan dipengaruhi oleh perbedaan kandungan hara, kondisi geografis dan iklim di kedua lokasi tanam. Perkiraan produksi per

34 hektar jagung terlihat lebih tingggi di Kubu Raya dibandingkan Bogor, sedangkan pada tanaman cabai terjadi sebaliknya. Kubu Raya berada pada ketinggian 0 m dpl, memiliki jenis iklim tropik basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, memiliki suhu dan kelembaban yang lebih tinggi serta lama penyinaran matahari yang lebih besar sehingga Kubu Raya merupakan wilayah yang cocok untuk tanaman jagung. Jagung menghendaki suhu yang cukup panas (optimum pada 23-27 C) dan lembab dari waktu tanam sampai pembuahannya, jenis tanah lempung atau lempung berdebu, dan distribusi hujan yang merata sepanjang tahun (Harniati et al. 2000). Bogor berada pada ketinggian 400 m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Bogor memiliki tipe Am sehingga komoditi sayuran yang cocok dikembangkan di daerah ini adalah cabai, terung, kangkung, bayam, sawi, dan mentimun (Yusmur 2003). Suhu udara yang paling cocok untuk tanaman cabai adalah 16 C di malam hari dan 23 C di siang hari, dengan jenis tanah lempung berpasir (Sumarni 2006). Kubu Raya memiliki jenis tanah aluvial, liat, dan sedikit mengandung pasir, kandungan bahan organik rendah, dan memiliki suhu rata-rata yang lebih panas dari pada di Bogor, sehingga cabai lebih cocok dengan lingkungan Bogor daripada di Kubu Raya. Kandungan vitamin C buah cabai tidak dipengaruhi oleh perlakuan kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik. Kandungan vitamin C buah cabai di kedua lokasi tanam cenderung sama walaupun terlihat sedikit perbedaan pada perlakuan tanpa pupuk. Kandungan vitamin C pada perlakuan tanpa pupuk terlihat lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perbedaan ini dimungkinkan oleh pengaruh dosis urea yan diberikan. Pemberian urea dosis 50 % (100kg/ha) dan 100% (200 kg/ha) cenderung menurunkan kandungan vitamin C. Bashyal (2011) menyebutkan bahwa pemberian urea 60 kg/ha yang dikombinasikan dengan pupuk hayati menghasilkan kembang kol dengan kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dosis 90 kg/ha dan 120 kg/ha yang dikombinasi dengan pupuk hayati. Kandungan gula total biji jagung yang ditanam di Bogor menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada Kubu Raya pada perlakuan kombinasi NPK dosis 100% dengan kompos diperkaya. Kandungan gula total biji jagung yang ditanam di Kubu Raya menunjukkan nilai yang tidak jauh berbeda untuk semua perlakuan.

35 Kandungan gula total biji jagung di Bogor menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan di Kubu Raya. Perbedaan kandugan gula total biji jagung diantara kedua lokasi kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kematangan fisiologis jagung saat panen. Panen jagung dikedua lokasi dilakukan pada umur tanaman yang sama yaitu 100 hari. Kondisi suhu yang lebih panas dan lamanya penyinaran yang lebih banyak menyebabkan jagung di Kubu Raya mengalami kematangan fisiologis yang lebih cepat. Jika dipanen pada umur yang sama maka jagung di Kubu Raya lebih tua secara fiologis dibandingkan di Bogor. Kandungan gula biji jagung semakin menurun seiring dengan meningkatnya ketuaan biji (Suarni & Firmansyah 2005). Kandungan klorofil daun cabai di Kubu Raya lebih tinggi dibandingkan Bogor. Perbedaan ini dimungkinkan karena adanya perbedaan kandungan hara tanah, terutama unsur Mg. Berdasarkan hasil analisis tanah, Kubu Raya memiliki kandungan Mg 170% lebih tinggi dibandingkan dengan Bogor. Pembentukan klorofil tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara N, Mg, dan Fe. Unsur N dan Mg merupakan unsur pembentuk klorofil, sedangkan Fe merupakan katalis yang menjadi prekursor pada proses sintesis protein. Malgorzata dan Georgius (2009) menyatakan bahwa kandungan klorofil cabai semakin meningkat pada aplikasi pupuk hayati. Suharja dan Sutarno (2009) menyebutkan bahwa kandungan klorofil cabai dipengaruhi oleh varietas cabai dan jenis pupuk yang diberikan.