ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change of meaning that causes misunderstanding of those who don't know the context. For examples, the common bus conductor speech 'kiri'. There is a change of lexical meaning in kiri. Kiri lexically means the opposite of the right side, but in the context of bus conductor's speech to the driver, kiri means dropping in and picking up bus passengers. Key Words: bus conductor, speech, change of meaning PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu (Wijana, 1996:45). Bahasa komunikasi akan bergantung pada konteks. Hal tersebut guna melancarkan pemahaman antara penutur dan interlokutor. Bahasa tuturan antara kernet dan supir bus sulit dipahami jika tidak mengerti konteksnya. Ada beberapa tuturan yang telah bergeser maknanya dari makna leksikal, sehingga membuat orang yang tidak mengetahui makna baru tersebut akan sulit memahami makna tuturan kernet bus. Sugeng Rahayu merupakan salah satu nama bus yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan Kota Surabaya. Tuturan kernet bus Sugeng Rahayu pada supir menjadi objek penelitian dalam tulisan ini. Tuturan merupakan salah satu objek kajian dalam linguistik. Dalam sebuah tuturan, akan terdapat struktur kebahasaan internal walaupun yang menjadi fokus pengkajian tuturan adalah keterkaitan tuturan dan elemen eksternal bahasa. Ada dua aspek yang dikaji dalam menganalisis struktur internal kebahasaan pada tuturan kernet bus Sugeng Rahayu, yakni aspek bunyi (fonologi) dan sintaksis. Penelitian mengenai tuturan kernet bus ini akan mendeskripsikan struktur internal kebahasaan tuturan, proses perubahan makna, dan deskripsi jenis tindak tutur. Ketiga hal tersebut merupakan bahasan dari teori linguistik umum, lebih khususnya pada makalah ini lebih menekankan pembahasan fonologis, sintaksis, semantis dan pragmatis. Data tuturan kernet yang diambil secara langsung menggunakan metode simak bebas libat cakap yang mencatat tuturan kernet bus di dalam bus Sugeng Rahayu dianalisis dengan; fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. STRUKTUR KEBAHASAAN PEMBENTUK TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Tuturan merupakan bahasa yang diproduksi secara lisan melalui organ-organ wicara. Tuturan lisan tersebut bisa dikaji aspek-aspek bunyi pembentuk sehingga menjadi sebuah tuturan yang bermakna. Perhatikan data tuturan kernet bus Sugeng Rahayu berikut 1
(1) Kiri.. Kiri.. (2) Kiri Prei! (3) Jogja Terakhir (4) Alus.. Alus.. Dilihat dari data di atas, bahwa bunyi yang dominan dalam tuturan kernet bus Sugeng Rahayu adalah bunyi vokal dan konsonan lunak. Bunyi-bunyi yang termasuk vokal adalah [a,i,u,e,o], dan bunyi-bunyi yang termasuk bunyi konsonan lunak adalah konsonan letup bersuara [ b, d, j, g ], geseran bersuara [z], nasal [m, n, ᵑ, n], likuida [r,l] dan semi vokal [w,y] (Marsono, 2008:18). Sedangkan yang termasuk dalam bunyi konsonan keras adalah bunyibunyi selain vokal dan konsonan lunak. Dominasi bunyi vokal dan konsonan lunak dalam tuturan kernet tersebut mengakibatkan bunyi konsonan keras menjadi lemah dan memudahkan penutur mengucapkan bunyi tuturan tersebut secara berulang-ulang. Bunyi Tuturan (Transkripsi fonem) Vokal Konsonan Lunak Konsonan Keras / kiri/ [i] [r] [k] /kiri/, /prei/ [i.e] [r] [k,p] /jogja/, /terakhir/ [a,i,o] [j,g,r] [k] /alus/ [a,u] [l] [s] Selain aspek di atas, aspek bunyi yang dapat ditemukan dalam tuturan kernet bus Sugeng Rahayu adalah bunyi suprasegmental. Bunyi suprasegmental meliputi panjang bunyi, nada, tekanan, dan jeda. Bunyi suprasegmental dapat ditemukan dari bahasa lisan, yaitu tuturan. Tuturan kernet bus (1), (2), (3), dan (4) memiliki nada naik yang meninggi di akhir bunyi disebabkan keempat tuturan tersebut merupakan kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah kalimat yang di dalamnya mengandung unsur perintah. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif; dalam ragam tulis biasanya diberi tanda (.) atau (!) (Kridalaksana dkk, 1985:167). Tuturan (1), (2), (3), dan (4) merupakan tuturan yang dimaksudkan untuk memberi perintah kepada supir bus. Sebenarnya, tuturan kernet bus Sugeng Rahayu merupakan sebuah kesatuan kalimat. Namun dalam praktiknya, tuturan kernet bus Sugeng Rahayu dalam memberi perintah pada supir bus adalah kalimat tidak lengkap yang tidak bisa dilengkapi. Hal tersebut disebabkan karena tuturan kernet bus (1), (2), (3), dan (4) termasuk dalam golongan kalimat minor. Dalam kalimat minor, hanya ada satu pusat ketergantungan dari unsur-unsur lain ( Parera, 1983:16). Menurut Charles F. Hockett via (Parera,1983:17), tipe kalimat minor dibagi dalam beberapa subtipe seperti; tipe kalimat minor dengan predikat tanpa subjek, tipe kalimat aphoristik dan tipe kalimat minor yang berupa fragmen. Tuturan kernet bus (1), (2), (3), dan (4) termasuk dalam tipe kalimat minor dengan predikat tanpa subjek. 2
Kalimat dalam tuturan kernet Golongan berdasarkan fungsi kata S P O Pel K Kiri - Kiri - - - Kiri prei - Prei - - Kiri Jogja Terakhir - Terakhir - - Jogja Alus - Alus - - - PERUBAHAN MAKNA DAN KLASIFIKASI JENIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Tuturan kernet bus Sugeng Rahayu terdapat fenomena perubahan makna dari makna leksikal tuturan. Hal tersebut menyebabkan orang yang tidak tahu perubahan makna tuturan kernet tersebut akan tidak bisa memahami makna tuturan kernet, sehingga komprehensi terhambat. Tabel Perubahan Makna Tuturan Kernet Bus Sugeng Rahayu. Tuturan kernet Kata yang mengalami perubahan makna Makna leksikal Makna konteks Kiri... Kiri... Kiri Arah, pihak atau bagian sisi Menghentikan laju bus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang Kiri prei! Prei (Libur) Bebas dari bekerja atau masuk sekolah Kode bus untuk menyeberang jalan ketika kendaraan sudah sepi Jogja Terakhir! Terakhir Paling belakang, yang belakang sekali Menurunkan semua penumpang dan tidak melayani perjalanan penumpang lagi Alus.. Alus.. Alus (Halus) Tidak kasar, lembut, baik, sopan Mengurangi laju bus Perubahan makna tuturan kernet bus Sugeng Rahayu dari makna leksikal dapat dilihat dari jenis-jenisnya. Menurut Chaer (2009:140), ada beberapa jenis perubahan makna, antara lain penghalusan makna, pengasaran makna, perluasan makna, penyempitan makna dan perubahan makna secara total. Jika dilihat dari hubungan makna leksem pada tuturan kernet bus Sugeng Rahayu dan makna leksikal, terjadi perluasan makna. Yang dimaksud dengan perubahan makna yang meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor 3
menjadi memiliki makna-makna lain (Chaer, 2009:140). Perluasan makna dalam tuturan kernet bus tersebut terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan; perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, dan pengembangan istilah. Perbedaan Bidang Pemakaian Setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut (Chaer, 2009:133). Misalnya saja kata kiri, dalam bidang politik, kata kiri bermakna golongan oposisi yang menentang kebijakan penguasa yang sedang berkuasa. Akan tetapi, dalam konteks tuturan kernet di dalam bus Sugeng Rahayu, kata kiri bermakna sebuah kode/perintah pada supir. Kata kiri dituturkan kernet bus ketika ada penumpang yang hendak turun dari bus atau melihat penumpang di halte dan ingin menumpangi bus tersebut. Adanya Asosiasi Asosiasi makna sebuah leksem adalah masih adanya hubungan antar makna di berbagai konteks. Hubungan tersebut menunjukkan persamaan makna antar satu leksem yang digunakan di konteks yang berbeda dan terjadi perubahan makna. Misalnya, makna kata prei (libur) dalam tuturan kernet bus memiliki asosiasi dengan makna kata libur dalam bidang pendidikan. Libur dalam bidang pendidikan berarti semua kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan sehingga membuat suasana sekolah menjadi sepi karena tidak ada orang. Hal tersebut memiliki persamaan makna ketika bus hendak menyeberang dan ketika kernet melihat bahwa sisi kiri jalan (dalam jarak tertentu) tidak ada kendaraan yang melaju, maka kernet akan menuturkan kiri prei! (kiri libur!). Pengembangan Istilah Faktor-faktor perubahan makna yang terjadi pada tuturan kernet bus Sugeng Rahayu antara lain adanya pengembangan istilah dari sebuah leksem sehingga memiliki perluasan, penyempitan, atau perubahan total makna sebuah leksem. Misal pada tuturan alus (halus) yang bermakna leksikal tidak kasar, lembut, baik yang termasuk dalam kategori adjektiva, namun memiliki pengembangan makna menjadi sebuah perintah untuk mengurangi kecepatan laju bus. Jika melihat dari jenis tindak tutur, tuturan kernet bus Sugeng Rahayu termasuk dalam jenis tindak ilokusi dan tindak tutur langsung literal. Tindak ilokusi adalah ketika sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan perintah merupakan salah satu tindak ilokusi. Tuturan kernet bus Sugeng Rahayu menurut kategori kalimat termasuk dalam kalimat imperatif atau kalimat perintah yang tujuannya untuk memberikan kode perintah pada supir bus. (1) Kernet Bus : Kiri... Kiri.. Reaksi Supir : Menghentikan laju bus untuk menaikkan/menurunkan penumpang. Tuturan (1) diutarakan oleh kernet bus ketika melihat ada penumpang di halte yang hendak naik ke dalam bus atau ketika penumpang dari dalam bus berdiri di dekat pintu bus dan ingin turun dari bus. Ketika kernet bertutur demikian, supir bus langsung menangkap maksud dari kernet bus dan segera melakukan tindakan yakni menghentikan laju bus untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. 4
Tuturan langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud penggunaannya (Wjana, 1996:32). Walaupun dalam tuturan kernet bus Sugeng Rahayu mengalami perubahan makna secara semantik, namun perubahan tersebut sudah disepakati oleh kernet dan supir bus sehingga tindak tutur kernet bus digolongkan dalam tindak tutur langsung literal. Misalkan pada tuturan (1), kernet dan supir sudah menyepakati bahwa tuturan kiri berarti laju bus berhenti. Penumpang ketika ingin turun dari bus segera mendekat ke kernet dan kernet segera menuturkan kata kiri pada supir agar menghentikan laju bus. KESIMPULAN Tuturan kernet bus Sugeng Rahayu, jika dilihat dari struktur kebahasaannya, tersusun atas bunyi-bunyi vokal dan konsonan lunak yang dominan sehingga melemahkan bunyibunyi konsonan keras. Hal tersebut menyebabkan kemudahan kernet bus untuk menuturkan bunyi-bunyi tersebut secara berulang-ulang untuk memperjelas komunikasi terhadap penumpang atau supir bus. Dari segi bunyi suprasegmental, tuturan kernet bus Sugeng Rahayu memiliki ciri nada yang meninggi di akhir bunyi karena tuturan kernet bus merupakan bentuk kalimat imperatif yang tidak lengkap. Kalimat tidak lengkap dalam tuturan kernet bus Sugeng Rahayu tidak bisa dilengkapi karena tuturan tersebut tergolong dalam kalimat minor. Selain itu, tuturan kernet bus juga mengalami proses perubahan makna dari makna leksikal tuturan. Terakhir, dilihat dari jenis tindak tutur, tuturan kernet bus Sugeng Rahayu termasuk dalam tindak ilokusi karena tergolong dalam tuturan perintah dan tindak tutur langsung literal karena mengutarakan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud penggunaannya. 5
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Itaristanti. 2008. Variasi Bahasa Sopir dan Kondektur Angkutan Kota Yogyakarta (Kajian Pragmatik). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Kridalaksana, Harimukti dkk. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia:Sintaksis. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Teknik. Jakarta: PT RajawaliGrafindo Persada Marsono. 2008. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Parera, Jos Daniel. 1983. Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis seri C. Ende: Penerbit Nusa Indah Sudaryatnto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. V. Sudiati dan A. Widyamartaya. 1996. Kreatif Berbahasa: Menuju Keterampilan Pragmatik. Yogyakarta: Kanisus. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.. 2014. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: A.com Press. 6