PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

(Study Stirring Time)

Info Artikel. Etik Isman Hayati *), Eko Budi Susatyo dan Wisnu Sunarto

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

KEMAMPUAN SERBUK BIJI ASAM JAWA DALAM MENURUNKAN TSS, TURBIDITAS, DAN AMONIAK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. UTAMA MULTINIAGA INDONESIA

Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

LAPORAN AKHIR. PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L.) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE OLEH

PENGARUH MASSA DAN UKURAN BIJI KELOR PADA PROSES PENJERNIHAN AIR

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

SOLID DAN COLOR VALUE AIR LIMBAH INDUSTRI MONOSODIUM GLUTAMAT

KEEFEKTIFAN KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamaryndus indica) DALAM MENURUNKAN KADAR TOTAL SUSPENDED SOLID PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

PENGGUNAAN TEPUNG BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR FOSFAT DAN COD PADA AIR LIMBAH USAHA LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGGUNAAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR TSS, KEKERUHAN DAN FOSFATPADA AIR LIMBAH USAHA LAUNDRY

SKRINING POTENSI JENIS BIJI POLONG-POLONGAN (Famili Fabaceae) DAN BIJI LABU- LABUAN (Famili Cucurbitaceae) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PENGGANTI TAWAS

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

Dewi Agustina Wati J

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

PEMANFAATAN KITOSAN DARI KERANG SIMPING (Placuna placenta) SEBAGAI KOAGULAN UNTUN PENJERNIHAN AIR SUMUR

KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA MENJADI AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI 0,4 MOL H 2 SO 4 UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

SUMMARY. Oleh: Herdyanto Ismail Lapasau Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

II.TINJAUAN PUSTAKA. water basin, hal ini disebabkan karena partikel-partikel halus tersebut memiliki berat jenis yang

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PROSES PEMASAKAN BLEACHING EARTH SEBAGAI KOAGULAN

Elisa Oktasari 1, Itnawita 2, T. Abu Hanifah 2

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Keywords: impurities, organic substances, color, moringa seeds, corn kernels, and watermelon seeds

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB III LANDASAN TEORI

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (22-33) ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

PENGARUH PENGGUNAAN KOAGULAN (AIR ASAM TAMBANG DAN ALUMINIUM SULFAT DALAM PENGOLAHAN AIR RUN OFF PERTAMBANGAN BARU BARA)

LAPORAN AKHIR. PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Friska Dwi Nur Styani, 2013

Valensi Vol. 3 No. 1, Mei 2013 (23-34) ISSN :

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Molekul, Vol. 8. No. 1. Mei, 2013: 66-77

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KECAP SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

4 Hasil dan Pembahasan

Perbandingan Efektivitas Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk), Poly Aluminium Chloride (PAC), dan Tawas sebagai Koagulan untuk Air Jernih

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

PENGARUH BEBERAPA JENIS KOAGULAN TERHADAP PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DALAM TINJAUANNYA TERHADAP TURBIDITY, TSS DAN COD

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN

Aries Kristanto et al., Pengaruh Ekstrak Kasar Tanin dari Daun Belimbing Wuluh... 54

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI LEMPUNG ALAM DESA CENGAR MENGGUNAKAN LARUTAN H 2 SO 4

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

Yannie Isworo, SKM., M.Kes. STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRAK

Transkripsi:

85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur e-mail : Fitriwrdni@gmail.com ABSTRAK Pemanfaatan biji asam jawa (Tamarindus indica) yang selama ini hanya sebagai limbah yang jarang digunakan perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan air sungai, yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Penggunaan biji asam jawa sebagai koagulan alami dalam pengolahan air sungai telah dilakukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh biji asam jawa sebagai koagulan alami terhadap parameter kualitas air yang meliputi : ph, kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) air sungai dengan menggunakan metode koagulasi dan flokulasi. Variabel penelitian adalah dosis serbuk biji asam jawa ( 500, 1000, 1500, 2000 dan 2500 mg/l ), diameter partikel asam jawa ( 20, 40, 60, 80 dan 100 mesh ). Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada rentang pengamatan yang dilakukan, dosis biji asam sebagai koagulan yang optimum adalah 1000 mg/l dengan diameter partikel biji asam jawa 100 mesh, mampu menyisihkan TSS sebesar 74,07% dan kekeruhan sebesar 51,79%. Kata kunci : Biji asam jawa, koagulasi, flokulasi ABSTRACT Tamarind seeds (Tamarindus indica) as waste are rarely used until now and needed to be developed further for river water which is more economical and biodegradable. The use of tamarind seeds as natural coagulant in river water treatment been done. Study on the effect of tamarind as a natural coagulant on water quality parameters which include: ph, turbidity and total suspended solid in river water by using the coagulation-flocculation method. The research variables are tamarind seed measure ( 500, 1000, 1500, 2000 and 2500 mg/l), particle diameter of tamarind seeds (20, 40, 60, 80 and 100 mesh). Result of the research explained that in the range of time the observation was done, the tamarind seed measure as an optimal coagulant being 1000 mg/l with particle diameter of tamarind seeds 100 mesh could removed 74,07% TSS and 51,79% turbidity. Keywords: Tamarind seeds, coagulation, flocculation

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) (Fitri Ayu Wardani Dan Tuhu Agung. R) 86 PENDAHULUAN Biji asam jawa ( Tamarindus Indica L.) selama ini hanya dibuang dan jarang dimanfaatkan. Dalam hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut tentang pemanfaatan biji asam jawa. Biji asam ini dapat digunakan sebagai koagulan alternatif pengganti alum karena lebih ramah lingkungan. Kemampuan biji asam jawa sebagai biokoagulan diakibatkan kandungan proteinnya yang cukup tinggi yang dapat berperan sebagai polielektrolit alami. Protein yang terkandung dalam biji asam dapat mengikat partikel-partikel koloid tersebut sehingga partikel tersebut terdestabilisasi membentuk ukuran yang lebih besar dan pada akhirnya akan terendapkan. Teknik pengolahan air bersih dibagi menjadi tiga metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu proses dalam pengolahan air secara kimia adalah koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dalam air dengan menambahkan bahan kimia (koagulan). Koagulan ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau mengurangi partikel kecil yang tercampur dalam air melalui pengendapan. Koagulan yang biasa digunakan merupakan koagulan kimia, antara lain aluminium sulfat atau tawas, polyaluminium klorida, ferri klorida, ferri sulfat dan polymer kation. Menurut penelitian Moesriati (2013), terjadi penurunan kadar TSS yang paling signifikan dari kadar TSS awal sebesar 255 mg/l turun menjadi 70 mg/l pada dosis koagulan asam jawa 1500 mg/l limbah cair tempe dengan pengadukan cepat (180 rpm) dan pengadukan lambat (80 rpm). Dan menurut Enrico (2008) penyisihan turbiditas terbaik limbah cair tahu pada dosis koagulan 3000 mg/l dengan diameter partikel koagulan 140 mesh yaitu sebesar 81,40%. Pada penelitian kali ini menggunakan variabel yang sama dengan peneliti sebelumnya yaitu dosis dan diameter partikel koagulan, tetapi berbeda dalam penerapannya. Peneliti sebelumnya menggunakan air limbah sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan bahan baku air sungai. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah ketersediaan air bersih untuk kegiatan sehari-hari. TINJAUAN PUSTAKA Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air dengan menggunakan bahan kimia (koagulan) yang menyebabkan pembentukan inti gumpalan (presipitat) yang kemudian inti flok tersebut akan menjadi ukuran yang lebih besar dalam proses flokulasi. (Hendriarianti, 2013). Koagulasi / flokulasi diperlukan untuk menghilangkan material berbentuk suspense atau koloid. Koloid merupakan partikelpartikel berdiameter sekitar 1 nm (10-7 cm) hingga 0,1 nm (10-8 cm). Partikel-partikel ini tidak dapat mengendap dalam periode waktu tertentu dan tidak dapat dihilangkan dengan proses perlakuan fisika biasa. (Enrico, 2008). Prinsip kerja koagulan adalah untuk mendestabilisasi partikel tersuspensi (koloid) dan memperbesar laju pembentukan flok. Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman seperti biji kelor, biji kecipir, dan biji asam. Dalam ekstrak biji asam jawa terkandung ion-ion logam Mg 2+ dan Fe 3+. Dalam 500 mg ekstrak biji asam jawa terdapat 0,9 mg ion Mg 2+ dan 0,4 mg ion Fe 2+. Bahan organik yang terkandung dalam air/limbah memiliki muatan negatif sehingga dapat berikatan dengan ion-ion positif yang terkandung dalam koagulan (Moesriati, 2013). Reaksi yang terjadi adalah :

87 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 Mg 2+ + H 2 O Mg(OH) 2 + H + Fe 3+ + H 2 O Fe(OH) 3 + H + Dalam reaksi tersebut, bahan organik yang terkandung dalam air memiliki muatan negatif dan akan berikatan dengan ion-ion positif yang terkandung dalam koagulan sehingga sistem koloid dalam air tersebut menjadi tidak stabil. Ikatan tersebut akan membentuk flok-flok yang lebih besar setelah mengalami proses pengadukan lambat dimana partikelnya saling bertubrukan dan tetap bersatu untuk kemudian mengendap sebagai endapan. Secara umum, biji asam jawa banyak mengandung protein, karbohidrat dan serat, serta kandungan mineral yang tinggi. Menurut Hendrawati (2013), Kemampuan biji asam jawa sebagai biokoagulan diakibatkan kandungan proteinnya yang cukup tinggi yang dapat berperan sebagai polielektrolit alami. Secara umum semua partikel koloid memiliki muatan sejenis. Diakibatkan muatan yang sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga partikelpartikel koloid tidak dapat bergabung. Protein yang terkandung dalam biji asam dapat mengikat partikel-partikel tersebut sehingga partikel koloid terdestabilisasi membentuk ukuran yang lebih besar dan pada akhirnya akan terendapkan. Menurut penelitian Moesriati (2013), terjadi penurunan kadar TSS yang paling signifikan dari kadar TSS awal sebesar 255 mg/l turun menjadi 70 mg/l pada dosis koagulan asam jawa 1500 mg/l limbah dengan pengadukan cepat (180 rpm) dan pengadukan lambat (80 rpm). Kadar TSS akan kembali meningkat seiring penambahan dosis koagulan. Dosis biji asam jawa yang terlalu banyak mengakibatkan kemampuan penurunan kadar TSS limbah cair industri tempe menjadi jenuh. Penyisihan turbiditas terbaik untuk koagulan partikel biji asam jawa diperoleh dengan dosis 3000 mg/l limbah cair dengan diameter partikel koagulan 140 mesh yaitu sebesar 81,40%. ( Enrico, 2008). METODE PENELITIAN Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan analisa awal TSS, kekeruhan dan ph air sungai jagir. 2. Menyiapkan serbuk biji asam jawa dengan diameter partikel yang bervariasi yaitu 20, 40, 60, 80, dan 100 mesh 3. Memasukkan air sungai ke dalam 5 beaker glass masingmasing berisi 500 ml sampel dan menambahkan biji asam jawa sebagai koagulan sebanyak 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 mg/l dalam waktu yang bersamaan. 4. Kemudian melakukan pengadukan cepat dengan putaran 100 rpm selama 1 menit dan melanjutkannya dengan pengadukan lambat dengan kecepatan putaran pengaduk 45 rpm selama 15 menit. 5. Memberi kesempatan sampel air yang telah mengalami pengadukan untuk proses penggabungan flok agar mengendap dalam waktu 60 menit. 6. Setelah terjadi pengendapan, mengambil sampel yang sudah jernih untuk menganalisa kekeruhan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Asam Jawa terhadap Kadar TSS

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) (Fitri Ayu Wardani Dan Tuhu Agung. R) 88 Gambar 1. Hubungan antara dosis koagulan (mg/l) dan persen penyisihan TSS (%) pada berbagai diameter partikel biji asam jawa (mesh) Pada penelitian terdahulu Hendriarianti (2013), menyebutkan bahwa efisiensi pemisahan TSS terendah pada air limbah industri penyamakan kulit terjadi pada dosis biokoagulan biji kelor 1,5 gr/l sebesar 50% dan tertinggi pada biokoagulan biji asam jawa 3,5 gr/l sebesar 75%. Sedangkan dari gambar 1 dapat dilihat bahwa dosis koagulan biji asam jawa mempengaruhi persen penyisihan kadar TSS pada air sungai. Penyisihan TSS tertinggi ada pada dosis 1000 mg/l dengan diameter partikel biji asam jawa 100 mesh. Kemampuan koagulan biji asam jawa dalam menurunkan kadar TSS semakin menurun yaitu pada dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) 1500, 2000 dan 2500. Sedangkan pada dosis 500 mg/l dengan berbagai variasi diameter partikel biji asam jawa (mesh) yaitu 20, 40, 60, 80 dan 100 masih belum efektif dalam menurunkan kadar TSS air sungai. Dosis koagulan yang semakin tinggi membuat kadar TSS semakin meningkat sehingga air menjadi lebih keruh. Hal ini disebabkan karena tidak semua partikel berinteraksi dengan partikel koloid membentuk flokflok dalam air. 2. Pengaruh Diameter Partikel Biji Asam Jawa Terhadap Kadar TSS Gambar 2. Hubungan diameter partikel biji asam jawa (mesh) dan persen penyisihan TSS (%) pada berbagai dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) Penelitian Syahbaniyadi (2011), menyatakan bahwa efisiensi penyisihan konsentrasi TSS pada limbah cair industri tahu yang paling efektif adalah dengan menggunakan dosis 10 gr/l dan diameter partikel koagulan biji asam jawa 100 mesh. Penyisihannya dapat mencapai 91,5%. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian kali ini menggunakan dosis yang lebih kecil. Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa persen penyisihan TSS terendah ada pada diameter partikel biji asam 20 mesh dengan berbagai variasi dosis koagulan biji asam jawa. Pada diameter partikel biji asam jawa 20 mesh penurunan kadar TSS belum efektif sampai pada diameter partikel biji asam jawa 100 mesh. Persen penyisihan kadar TSS semakin meningkat pada diameter partikel biji asam jawa (mesh) yaitu 40, 60, 80 dan 100. Semakin kecil (halus) diameter partikel koagulan maka penurunan kekeruhan air sungai juga cenderung besar. Hal ini disebabkan semakin kecil diameter partikel koagulan, suspensi tersebut semakin homogen dan interaksi antar partikel akan semakin cepat sehingga flokflok akan mudah terbentuk.

89 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 3. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Asam Jawa Gambar 3. Hubungan dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) dan persen penyisihan kekeruhan (%) pada berbagai diameter partikel biji asam jawa (mesh) Pada gambar 3 ditunjukkan bahwa persen penyisihan kekeruhan terendah ada pada dosis koagulan 2500 mg/l dengan diameter partikel biji asam jawa sebesar 20 mesh. Pada dosis 500 mg/l penyisihan kekeruhan dari air sungai belum terlalu optimal sampai pada dosis 1000 mg/l. Selanjutnya persen penyisihan kekeruhan air sungai kembali menurun pada dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) 1500, 2000 dan 2500 dengan berbagai variasi diameter partikel biji asam jawa. Efektivitas penurunan kekeruhan kembali menurun disebabkan penambahan biokoagulan yang berlebihan mengakibatkan bertambahnya kecenderungan flok untuk mengapung dan tidak mengendap. Kelebihan koagulan yang tidak berinteraksi dengan partikel koloid juga akan menyebabkan kekeruhan semakin meningkat di atas dosis optimum (Hendrawati, 2013). Gambar 4. Hubungan diameter partikel biji asam jawa (mesh) dan persen penyisihan kekeruhan (%) pada berbagai dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) Dalam grafik terlihat bahwa diameter partikel biji asam jawa yang semakin halus mampu menyisihkan kekeruhan air sungai lebih besar. Pada diameter partikel asam jawa 20 mesh belum efektif dalam menurunkan kadar kekeruhan sampai pada diameter partikel 100 mesh. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Enrico Bernard (2008) bahwa diameter partikel sangat berpengaruh terhadap penyisihan kekeruhan karena semakin kecil diameter partikel, maka luas bidang kontak antara koagulan dengan partikel koloid dalam air akan semakin besar. Kontak yang terjadi menjadi lebih erat, akibatnya proses pembentukan flok dalam air semakin mudah. 5. Pengaruh Diameter Partikel Biji Asam Jawa terhadap ph 4. Pengaruh Diameter Partikel Biji Asam Jawa terhadap Kekeruhan

Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) (Fitri Ayu Wardani Dan Tuhu Agung. R) 90 Gambar 5. Hubungan diameter partikel asam jawa (mesh) dan kondisi ph pada berbagai dosis koagulan biji asam jawa (mg/l) Pada gambar 5 ditunjukkan bahwa kondisi ph air sungai tidak terlalu dipengaruhi oleh penambahan koagulan asam jawa karena kondisi air sungai cenderung tetap seperti ph awal. Kondisi ph terendah ada pada diameter partikel 100 mesh dengan dosis 2500 mg/l. Sedangkan pada diameter partikel 20 mesh tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dari ph awal. Kondisi ph pada koagulan asam jawa adalah asam. Sehingga dengan semakin halusnya diameter partikel asam jawa maka akan semakin mudah larut juga dalam air sungai. Hal itu yang menyebabkan air sungai menjadi semakin asam bila dosis koagulan asam jawa yang ditambahkan semakin meningkat. KESIMPULAN Kondisi terbaik penyisihan TSS ada pada dosis koagulan 1000 mg/l dengan diameter partikel koagulan biji asam jawa 100 mesh mampu menyisihkan sebesar 74,07%. Sama halnya dengan penyisihan TSS, penyisihan kekeruhan pada air sungai juga efektif pada dosis koagulan 1000 mg/l dengan diameter partikel koagulan 100 mesh mampu menyisihkan sebesar 51,79%. Semakin banyak dosis koagulan yang ditambahkan maka air tersebut menjadi lebih keruh, karena telah berada pada kondisi jenuh. Dan untuk pengaruh dari diameter partikel koagulan biji asam terhadap penyisihan TSS dan kekeruhan yaitu semakin kecil diameter partikel koagulan biji asam jawa maka semakin baik pula persen penyisihannya. Hal ini terjadi karena semakin kecil diameter partikel koagulan biji asam jawa maka semakin besar pula luas penampangnya sehingga penyisihan yang terjadi akan semakin besar. DAFTAR PUSTAKA Enrico, B. (2008), Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tahu, Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Hendriarianti, E dan Suhastri, H. (2011), Penentuan Dosis Optimum Koagulan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica L) dalam Penurunan TSS dan COD Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit di Kota Malang, Spectra, Vol. 9, No.17, hal. 12-22, ITN, Malang. Hendrawati, Nurhasni dan Syamsumarsih, D. (2013), Penggunaan Biji Asam Jawa ( Tamarindus Indica L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Sebagai Koagulan Alami dalam Perbaikan Kualitas Air Tanah, Valensi, Vol. 3, No. 1, hal. 2233, ISSN : 1978-8193, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ramadhani, G. I dan Moesriati, A. (2013), Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus Indica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Proses

91 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 Menurunkan Kadar COD dan BOD dengan Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Tempe, Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2 No.1, ISSN : 2337-3539, ITS, Surabaya. Pandia, S dan Husin, A.(2005), Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air, Jurnal Teknologi Proses, Vol.4, No.2, hal. 26-33, ISSN : 1412-7814, Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.