SUMMARY. Oleh: Herdyanto Ismail Lapasau Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMMARY. Oleh: Herdyanto Ismail Lapasau Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo"

Transkripsi

1 SUMMARY PEMANFAATAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU (Suatu Penelitian di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo) Oleh: Herdyanto Ismail Lapasau Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Herdyanto Ismail Lapasau Pemanfaatan Serbuk Biji Kelor sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu (Suatu Penelitian di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo). Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes dan Pembimbing II Lia Amalia SKM, M.Kes. Limbah cair industri tahu masih menjadi masalah bagi lingkungan. Hasil penelitian Abas (2013) menunjukkan bahwa nilai parameter Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair industri tahu di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tidak memenuhi baku mutu. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memanfaatkan serbuk biji kelor. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan dan interaksi antara keduanya. Variasi dosis serbuk biji kelor yang digunakan adalah 0 gr/200 ml, 2,5 gr/200 ml, 5 gr/200 ml, dan 7,5 gr/200 ml, sedangkan variasi waktu pengendapan yang digunakan adalah 0 menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh limbah cair industri tahu yang berada di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tiga industri tahu, sedangkan sampelnya yaitu sebagian limbah cair yang berasal dari tiga industri tahu tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Two Way Anova dan uji Least Significant Difference (LSD). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan, dan ada interaksi antara keduanya. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada interaksi dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml dan waktu pengendapan 60 menit yaitu sebanyak 48,31 %. Kata Kunci : Limbah Cair, Industri Tahu, COD, Serbuk Biji Kelor.

2 PENDAHULUAN Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995: 2). Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan juga di pedesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai (Glycine max) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana telah terbentuk gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50 0 C, dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati dalam Pohan, 2008: 1). Tahu merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di Indonesia, yang digemari hampir seluruh lapisan masyarakat. Selain mengandung gizi yang baik, pembuatan tahu juga relatif murah dan sederhana. Rasanya enak serta harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Kaswinarni, 2007: 1). Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan, dan pencetakan tahu, oleh karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) yang cukup tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya dukung lingkungan (Subekti, 2011: B61-B62). Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri tahu masih menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga ini mengalirkan air limbahnya langsung ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Keadaan ini disebabkan masih banyak pengrajin tahu yang belum mengerti akan kebersihan lingkungan, di samping tingkat ekonomi yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan menjadi beban yang cukup berat bagi mereka (Pohan, 2008: 2). Di Provinsi Gorontalo, terdapat tiga industri tahu yang saat ini sedang beroperasi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil observasi awal, bahwa ketiga industri tahu tersebut belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah cair industri tersebut dibuang langsung ke Sungai Bolango yang tidak jauh dari lokasi industri. Hal ini jelas berpotensi menyebabkan pencemaran air sungai, terlebih lagi apabila air limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

3 Berdasarkan hasil penelitian Abas (2013) tentang Studi Kandungan Air Limbah Pada Industri Tahu di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, bahwa nilai parameter BOD ketiga industri tersebut memiliki nilai rata-rata BOD hari I (pertama) yaitu 4,07 mg/l, hari II (kedua) yaitu 4,73 mg/l, nilai BOD ketiga industri tersebut masih memenuhi baku mutu air limbah. Untuk nilai parameter COD ketiga industri tersebut memiliki nilai ratarata COD hari I (pertama) yaitu 7372,21 mg/l, hari II (kedua) yaitu 8796,41 mg/l, nilai COD ketiga industri tersebut tidak memenuhi baku mutu air limbah. Sedangkan untuk nilai parameter derajat keasaman (ph) ketiga industri tersebut memiliki nilai rata-rata ph hari I (pertama) yaitu 4,0, hari II (kedua) yaitu 3,94, nilai kandungan air limbah untuk nilai ph ketiga industri tersebut juga tidak memenuhi baku mutu air limbah. Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 untuk industri tahu nilai parameter BOD maksimum diperbolehkan adalah 150 mg/l, nilai parameter COD maksimum diperbolehkan adalah 300 mg/l, nilai parameter Total Suspended Solid (TSS) maksimum diperbolehkan adalah 200 mg/l, nilai parameter ph air limbah 6-9, dan kuantitas air limbah maksimum 20 m 3 /ton bahan baku (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2008: Lampiran I). Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut adalah gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan, dan gangguan terhadap kerusakan benda (Mulia, 2005: 68-70). Secara umum hampir sebagian besar kualitas air sungai mengalami pencemaran baik oleh limbah domestik maupun limbah industri. Biki, Katili, Algamar, Bachmid, Alitu, dan Naji (2012: II- 26-II-39) menjelaskan bahwa dari lima lokasi yang dipantau dan dianalisis oleh Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) pada tahun 2011, yaitu Sungai Paguyaman, Sungai Bone, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu, dan Sungai Bionga, semuanya sudah termasuk dalam status mutu air tercemar dengan kategori cemar ringan sampai cemar sedang untuk kelas I dan cemar ringan untuk kelas II. Dampak lain yang saat ini dirasakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar industri adalah adanya bau menyengat yang disebabkan oleh tingginya kandungan bahan organik dalam limbah cair yang dialirkan ke sungai. Bau yang mengganggu ini sangat menyengat jika musim kemarau tiba. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya pengolahan air limbah sederhana yang mudah dilakukan oleh industri. Salah satu metode alternatif yang tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar dan efektif dalam mengendapkan partikelpartikel air limbah adalah melalui metode koagulasi.

4 Metode koagulasi adalah proses pencampuran koagulan dan air baku yang disertai dengan pengadukan secara cepat di dalam suatu wadah, agar diperoleh suatu campuran koagulan sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses koagulasi agar memperoleh hasil yang optimum adalah dosis koagulan, kecepatan pengadukan, derajat keasaman (ph), waktu pengendapan, pengaruh garam-garam di air, pengaruh kekeruhan, pengaruh jenis koagulan, pengaruh temperatur, dan komposisi kimia larutan. Berbagai jenis koagulan sudah banyak diteliti kemampuannya dalam proses pengolahan limbah salah satunya biji kelor (Moringa oleifera) (Anonymous dalam Mukarromah, 2008: 18-19). Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (2009) tentang Protein Biji Kelor sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air, bahwa biji kelor dapat digunakan sebagai bahan penjernih air karena di dalam biji kelor terdapat kandungan protein bermuatan positif yang berperan sebagai polielektrolit kationik dan penting sebagai agen penjernihan air. Hasil penelitian Irianty (2010) mengenai Pengaruh Massa Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) dan Waktu Pengendapan Pada Pengolahan Air Gambut menunjukkan bahwa hasil pengolahan air gambut dengan menggunakan biji kelor untuk parameter warna, kekeruhan, kadar zat organik, dan kadar logam Fe berpengaruh signifikan terhadap variabel biji kelor dan waktu pengendapan. Air gambut dengan karakteristik ph 4,9, warna 45 PtCo, kekeruhan 36 NTU, kadar zat organik 20,7 mg/l, dan kadar logam Fe 0,43 mg/l diolah menggunakan 250 mg/l (0,25 gr/l) air gambut biji kelor dan waktu pengendapan 10 menit, menununjukkan perubahan parameter ph sebesar 6,9 %, warna sebesar 82,1 %, kekeruhan sebesar 85,9 %, kadar zat organik sebesar 91,1 %, dan kadar besi sebesar 89,8 %. Penggunaan serbuk biji kelor sebagai alternatif pengolahan limbah cair industri tahu sangat tepat karena selain mudah didapatkan, tanaman kelor juga dapat dibudidayakan, sementara daun dan buahnya dikembangkan dengan biji dan stek dan dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, sehingga dapat dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai. Dari uraian permasalahan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Serbuk Biji Kelor sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu (Suatu Penelitian di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo). Penelitian ini diarahkan pada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu proses koagulasi yaitu meliputi dosis koagulan dan waktu pengendapan. Nilai parameter limbah cair industri tahu yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai parameter COD. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa lokasi yakni lokasi pengambilan sampel, lokasi perlakuan, dan lokasi pengujian

5 sampel. Lokasi pengambilan sampel yaitu sampel limbah cair industri tahu dilaksanakan di tiga industri tahu yang berada di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, lokasi perlakuan dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, dan lokasi pengujian sampel dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular (BTKL-PPM) Kelas I Manado. Tahap pembuatan serbuk biji kelor dilaksanakan pada tanggal 31 Maret April 2013, tahap pengambilan sampel dilaksanakan pada tanggal 2 April 2013, tahap perlakuan dilaksanakan pada tanggal 2-3 April 2013, dan tahap pengujian sampel dilaksanakan pada tanggal 5 April Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai parameter COD limbah cair industri tahu, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah variasi dosis serbuk biji kelor yaitu 0 gr/ 200 ml, 2,5 gr/200 ml, 5 gr/200 ml, dan 7,5 gr/200 ml, serta variasi waktu pengendapan yaitu 0 menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh limbah cair industri tahu yang berada di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang terdiri dari tiga industri tahu. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian limbah cair yang berasal dari tiga industri tahu tersebut. Limbah cair industri tahu yang diambil adalah limbah cair yang terdapat dalam tong. Dalam satu tong limbah cair, nilai parameter COD dianggap sama (homogen). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis varian klasifikasi ganda yaitu uji Two Way Anova (anova dua jalan) dan uji Post Hoc yaitu Least Significant Difference (LSD) dengan critical value (tingkat kesalahan) sama dengan 0,05 (α = 0,05). HASIL PENELITIAN 1. Perbedaan Nilai Parameter COD Limbah Cair Industri Tahu Berdasarkan Variasi Dosis Serbuk Biji Kelor Variasi dosis serbuk biji kelor adalah berbagai macam dosis serbuk biji kelor yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan gr/200 ml yang berarti sebanyak gram serbuk biji kelor dimasukkan ke dalam 200 mililiter limbah cair industri tahu. Variasi dosis serbuk biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0 gr/200 ml, 2,5 gr/200 ml, 5 gr/200 ml, dan 7,5 gr/200 ml. Dari hasil uji Two Way Anova pada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor yang dapat dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak artinya ada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor. Hasil uji Two Way Anova ini dilanjutkan ke uji LSD yang dapat dilihat pada tabel 4.7 yaitu diperoleh nilai p < 0,05 antara seluruh dosis serbuk biji kelor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna nilai parameter COD limbah cair industri tahu antara seluruh dosis serbuk biji kelor. Dari hasil uji LSD ini juga dapat dilihat bahwa terjadi

6 peningkatan nilai mean difference (I- J) yang berarti bahwa terjadi penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml dengan persentase rerata penurunan sebesar 48,31 %. Terjadinya penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu disebabkan oleh adanya proses koagulasi antara serbuk biji kelor dengan partikel-partikel koloid limbah cair tahu berupa zat-zat organik. Dalam serbuk biji kelor terdapat zat aktif 4-alfa-4- rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate yang berfungsi sebagai koagulan. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Hidayat (2009) tentang Protein Biji Kelor sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air yang menemukan bahwa biji kelor bisa digunakan sebagai bio-koagulan karena mengandung protein bermuatan positif yang dapat berperan sebagai kation polielektrolit dan penting dalam agen biokoagulan. Serbuk biji kelor ketika diaduk dengan air, protein terlarutnya memiliki muatan positif. Larutan ini dapat berperan sebagai polielektrolit alami yang kationik. Fakta ini sangat menguntungkan karena kebanyakan koloid di Indonesia bermuatan listrik negatif, karena banyak berasal dari material organik. Ion koagulan dengan muatan serupa dengan muatan koloid akan ditolak, sebaliknya ion yang berbeda muatan akan ditarik. Raju (dalam Hidayat, 2009: 12) mengemukakan bahwa prinsip perbedaan muatan antara koagulan dan koloid inilah yang menjadi dasar proses koagulasi. Semakin tinggi ion yang berbeda muatan semakin cepat terjadi koagulasi. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa terjadi gaya tarikmenarik polielektrolit kationik yang berasal dari serbuk biji kelor dengan koloid limbah cair industri tahu yang bermuatan negatif. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml. Hal ini dikarenakan semakin banyak muatan positif dari serbuk biji kelor yang dicampurkan dalam limbah cair industri tahu, maka semakin banyak pula muatan negatif dari limbah cair yang terkoagulasi. Menurut Hammer (dalam Khasanah, 2008: 21-24) proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, termasuk dosis koagulan. Kebutuhan koagulan atau dosis koagulan pada proses koagulasi air keruh tergantung pada jenis air keruhnya. Air dengan tingkat kekeruhan tinggi membutuhkan dosis koagulan yang tepat sehingga proses pengendapan partikel koloid pada air keruh berlangsung dengan baik. Dosis koagulan yang tepat mampu mengendapkan dan mampu mengurangi partikel koloid penyebab kekeruhan dalam air secara maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bangun, Aminah, Hutahaean, dan Ritonga (2013) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan kadar COD awal limbah cair industri tahu yaitu sebanyak 6785 mg/l, setelah diberi perlakuan dengan dosis koagulan serbuk biji kelor 2 gr/200 ml, 3 gr/200 ml, 4 gr/200 ml, dan 5 gr/200 ml mengalami penurunan

7 dengan persentase penurunan tertinggi sebesar 63,26 %. Perbedaan hasil penelitian terletak pada penurunan optimumnya. Dalam penelitian tersebut penurunan optimum COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 5 gr/200 ml, sedangkan dalam penelitian ini penurunan optimum diperoleh pada dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml. Perbedaan ini dikarenakan pada hasil penelitian tersebut, penurunan optimum diperoleh pada dosis serbuk biji kelor maksimum, sehingga terdapat probabilitas (peluang) dimana dengan penambahan dosis serbuk biji kelor yang lebih besar akan terjadi penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu yang lebih tinggi lagi. Perbedaan lainnya adalah persentase penurunan nilai parameter COD dalam penelitian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian ini, dimana persentase penurunan nilai parameter COD dalam penelitian tersebut sebesar 63,26%, sedangkan persentase penurunan nilai parameter COD dalam penelitian ini sebesar 48,31%. Hal ini dikarenakan peneliti membatasi penelitiannya hanya pada variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan, tanpa memperhatikan ukuran serbuk biji kelornya. Ritwan (dalam Bangun, Aminah, Hutahaean, dan Ritonga, 2013) menjelaskan bahwa dengan pengubahan bentuk menjadi bentuk yang lebih kecil, maka zat aktif dari biji kelor tersebut akan semakin banyak karena luas permukaan biji kelor semakin besar. Hasil penelitian Sutanto, Adfa, Tarigan (2007) menunjukkan bahwa makin kecil ukuran butir serbuk biji kelor, maka kemampuannya untuk menurunkan kadar ion besi dalam air semakin besar. Penurunan kadar ion besi yang paling besar terjadi pada ukuran butir 180 µm yaitu sebanyak 874 µg besi/gram biji kelor. Dengan demikian berarti semakin kecil ukuran partikel serbuk biji kelor, maka semakin besar pula kemampuannya untuk mengadsorbsi partikel-partikel koloid dalam air limbah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh beberapa penelitian lain, misalnya hasil penelitian Supriyanto (2011) tentang Efektifitas Variasi Dosis dan Lama Waktu Kontak Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) terhadap Penurunan Timbal (Pb) Pada Air Sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji Anova didapatkan p-value untuk variasi dosis serbuk biji kelor = 0,000 artinya ada perbedaan kadar timbal air sungai berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor. Hasil penelitian lainnya yaitu oleh Sulami, Astuti (2010) tentang Perbedaan Kekeruhan Air Sumur Gali antara Sebelum dan Sesudah Pemberian Biji Kelor, dimana diperoleh nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) pada hasil uji One Way Anova yang berarti bahwa ada perbedaan kekeruhan air sumur gali sebelum dan sesudah pemberian biji kelor dan kekeruhan air sumur gali menurun dengan peningkatan dosis biji kelor yang diberikan. Dari hasil penelitian ini dan beberapa hasil penelitian lain yang mendukung dapat disimpulkan bahwa semakin besar dosis serbuk biji kelor yang diberikan, maka semakin tinggi

8 pula penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu yang diperoleh. 2. Nilai Parameter COD Limbah Cair Industri Tahu Berdasarkan Variasi Waktu Pengendapan Variasi waktu pengendapan adalah berbagai macam waktu digunakan untuk mengendapkan flokflok yang terbentuk pada koagulasi dengan maksud untuk memisahkan lumpur-lumpur yang terbentuk akibat penambahan koagulan. Variasi waktu pengendapan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0 menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Dari hasil uji Two Way Anova pada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi waktu pengendapan yang dapat dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak artinya ada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi waktu pengendapan. Hasil uji Two Way Anova ini dilanjutkan ke uji LSD yang dapat dilihat pada tabel 4.8 dan dapat diketahui bahwa antara seluruh waktu pengendapan diperoleh nilai p < 0,05, kecuali antara waktu pengendapan 60 menit dan 90 menit diperoleh nilai p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna nilai parameter COD antara waktu pengendapan 60 menit dan 90 menit. Dari hasil uji LSD ini juga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai mean difference (I-J) yang berarti bahwa terjadi penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada waktu pengendapan 60 menit. Penambahan serbuk biji kelor dalam limbah cair menyebabkan terbentuknya gumpalan/flok. Terbentuknya gumpalan ini mengakibatkan koloid yang tadinya sukar untuk mengendap menjadi lebih mudah untuk mengendap akibat gaya beratnya. Sehingga dalam proses koagulasi diperlukan proses pengendapan untuk mengendapkan flok-flok tersebut. Waktu pengendapan berfungsi untuk memisahkan flok-flok yang terbentuk akibat penambahan koagulan. Semakin lama waktu pengendapan, maka semakin banyak pula flok-flok yang mengendap. Waktu pengendapan yang terlalu singkat menyebabkan masih adanya flok-flok yang melayang, sehingga mengganggu proses penyaringan. Menurut Hammer (dalam Khasanah, 2008: 21-24) proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, termasuk waktu pengendapan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bangun, Aminah, Hutahaean, dan Ritonga (2013) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan kadar COD awal limbah cair industri tahu yaitu sebanyak 6785 mg/l, setelah diberi perlakuan dengan serbuk biji kelor dan diendapkan dengan variasi waktu pengendapan 50 menit, 60 menit, dan 70 menit mengalami penurunan dengan persentase penurunan tertinggi sebesar 63,26%. Penurunan optimum diperoleh pada waktu pengendapan 60 menit. Dari hasil uji LSD yang dapat dilihat pada tabel 4.8, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai p seiring penambahan waktu pengendapan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu

9 pengendapan, maka semakin berkurang efektifitas koagulasi serbuk biji kelor. Katayon, Noor, Asma, Thamer, Abdullah, Idris, Suleyman, Aminuddin, dan Khor (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengendapan atau penyimpanan biji kelor dan tingkat kekeruhan sampel juga berpengaruh terhadap efektifitas koagulasi serbuk biji kelor, semakin lama penyimpanan biji kelor, maka semakin kecil penurunan kekeruhan. Efektifitas koagulasi biji kelor menuju titik nol seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan biji kelor, hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yaitu antara waktu pengendapan 60 menit dan 90 menit atau antara waktu pengendapan 90 menit dan 60 menit, penurunan nilai parameter COD berkurang. Kekeruhan sampel juga berpengaruh terhadap efektifitas koagulasi serbuk biji kelor. Biji kelor akan memberikan hasil penurunan nilai kekeruhan yang besar terhadap sampel yang memiliki kekeruhan tinggi. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat adanya penyimpangan pada dosis serbuk biji kelor 0 gr/200 ml dan waktu pengendapan 60 menit, dimana nilai parameter COD limbah cair industri tahu meningkat dari sebelumnya yaitu 4864 mg/l menjadi 4872 mg/l. Penyimpangan ini menurut peneliti dipengaruhi oleh homogenitas sampel. Kateman, Buydens (dalam Hadi, 2005: 6) menjelaskan bahwa homogenitas didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai komposisi yang sama pada setiap titik dan setiap saat. Dari definisi tersebut sangat sulit diperoleh sampel lingkungan yang benar-benar homogen. Selain faktor tersebut, hal lain berpengaruh adalah waktu pemberian perlakuan. Keterbatasan alat yang digunakan dalam perlakuan menyebabkan perlakuan tersebut tidak dapat dilaksanakan pada waktu yang bersamaan. Pemberian perlakuan pada sampel limbah cair industri tahu III dilaksanakan paling akhir. Menurut Hadi (2005: 30) sampel lingkungan dengan konsentrasi kecil mudah mengalami perubahan secara fisika, kimia, atau biologi. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa waktu perlakuan turut mempengaruhi kondisi sampel penelitian. Dari hasil penelitian ini dan beberapa hasil penelitian lain yang mendukung dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengendapan, maka semakin tinggi pula penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu yang diperoleh. 3. Interaksi antara Variasi Dosis Serbuk Biji Kelor dan Variasi Waktu Pengendapan terhadap Nilai Parameter COD Limbah Cair Industri Tahu Dari hasil uji Two Way Anova pada interaksi antara variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan terhadap nilai parameter COD limbah cair industri tahu yang dapat dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak artinya ada interaksi antara variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan terhadap nilai parameter COD limbah cair industri tahu. Adanya interaksi antara variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan juga dapat dilihat dari tabel 4.5. Dimana pada tabel tersebut dapat dilihat

10 bahwa penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu pada interaksi dosis serbuk biji kelor 0 gr/200 ml dan beberapa waktu pengendapan, serta pada interaksi beberapa dosis serbuk biji kelor dan waktu pengendapan 0 menit lebih rendah dibandingkan dengan interaksi dosis serbuk biji kelor dan waktu pengendapan lainnya. Hal ini dikarenakan pada dosis serbuk biji kelor 0 gr/200 ml, tidak terjadi proses koagulasi karena tidak adanya penambahan koagulan, sehingga penurunan nilai parameter COD hanya disebabkan oleh proses pengendapan. Begitu juga pada waktu pengendapan 0 menit, walaupun telah ditambahkan koagulan serbuk biji kelor, tetapi dalam proses koagulasi memerlukan proses pengendapan untuk memisahkan flok-flok yang telah terbentuk dalam proses koagulasi. Dengan adanya interaksi ini, maka dosis serbuk biji kelor dan waktu pengendapan tidak dapat dipisahkan dan harus diterapkan secara bersama-sama. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada interaksi dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml dan waktu pengendapan 60 menit. Hal ini dikarenakan pada interaksi ini, dosis serbuk biji kelor dan waktu pengendapan yang digunakan merupakan dosis optimum dan waktu pengendapan optimum, sehingga terdapat banyak flok yang terbentuk oleh proses koagulasi, dan ditunjang oleh waktu pengendapannya. Menurut Hammer (dalam Khasanah, 2008: 21-24) proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain yaitu dosis koagulan dan waktu pengendapan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) tentang Efektifitas Variasi Dosis dan Lama Waktu Kontak Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) terhadap Penurunan Timbal (Pb) Pada Air Sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji Anova didapatkan p value interaksi dosis dan waktu = 0,000 (< 0,05) artinya ada interaksi antara dosis dan lama waktu kontak terhadap penurunan timbal (Pb) pada air sampel. Tingginya nilai parameter COD limbah cair industri tahu dalam penelitian ini menandakan bahwa kandungan bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut tinggi. Dampak dari keadaan ini diantaranya yaitu penurunan kadar oksigen yang terlarut di badan air yang mengakibatkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu dan dampak tidak langsung berupa pencemaran air tanah. Selain itu limbah cair ini pula dapat merembes ke dalam air tanah sehingga dapat menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat digunakan lagi sesuai dengan peruntukannya. Dengan adanya penurunan kualitas air ini, maka air tersebut dapat menjadi media dalam penularan penyakit dan ini akan berdampak pada turunnya derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan serbuk biji kelor dalam pengolahan limbah cair industri tahu adalah salah alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

11 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis serbuk biji kelor. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml. Ada perbedaan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi waktu pengendapan. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada waktu pengendapan 60 menit. Ada interaksi antara variasi dosis serbuk biji kelor dan variasi waktu pengendapan terhadap nilai parameter COD limbah cair inudstri tahu. Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada interaksi dosis serbuk biji kelor 7,5 gr/200 ml dan waktu pengendapan 60 menit. Adapun yang menjadi saran dari peneliti yaitu kepada industri tahu agar dapat melakukan pengolahan limbah cair untuk mencegah dan meminimalisir dampak buruk limbah cair tersebut terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Salah satunya alternatifnya yaitu dengan memanfaatkan serbuk biji kelor, kepada instansi terkait agar dapat melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap limbah yang berasal dari industri, kepada Pemerintah agar dapat mengambil kebijakan untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup, dan kepada peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang potensi serbuk biji kelor dalam pengolahan limbah cair dengan parameter lain seperti kadar logam berat serta penambahan beberapa variabel lain seperti variasi kecepatan pengadukan, variasi derajat keasaman, variasi ukuran serbuk biji kelor, dan lainlain. DAFTAR PUSTAKA Abas, B Studi Kandungan Air Limbah Pada Industri Tahu di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun Skripsi, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Bangun, A. R., Siti Aminah, Rudi Anas Hutahaean, dan M. Yusuf Ritonga Pengaruh Kadar Air, Dosis dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal Teknik Kimia, Article in Press (2013). Biki, R., Abdul Alim Katili, Algamar, Arvana Bahmid, Helmi Alitu, dan Abdurahman Naji Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo Tahun Gorontalo: BALIHRISTI Provinsi Gorontalo. Hadi, A Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hidayat, S Protein Biji Kelor sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air. Jurnal Biospecies, Volume 2 No. 2:

12 Irianty, R. S Pengaruh Massa Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) dan Waktu Pengendapan Pada Pengolahan Air Gambut. Jurnal Sains dan Teknologi, Volume 9 No. 2: Kaswinarni, F Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis, Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Katayon, S., M. J. Megat Mohd Noor, M. Asma, A. M. Thamer, A. G. Liew Abdullah, A. Idris, A. M. Suleyman, M. B. Aminuddin, dan B. C. Khor Effects of Storage Duration and Temperature of Moringa oleifera Stock Solution on Its Performance ini Coagulation. International Journal of Engineering and Technology, Volume 1 No. 2: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Khasanah, U Efektifitas Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) sebagai Koagulan Fosfat dalam Limbah Cair Rumah Sakit. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Mukarromah, L Efektifitas Bioflokulan Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk) dalam Mengurangi Kadar Cr (VI). Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Mulia, R. M Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai. Pohan, N Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Tesis, Program Studi Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Subekti, S Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Sains dan Teknologi, Volume 1 No. 1: B61-B66. Sulami, S., Endah Astuti Perbedaan Kekeruhan Air Sumur Gali antara Sebelum dan Sesudah Pemberian Biji Kelor. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume 1 No. 2: Supriyanto, B Efektifitas Variasi Dosis dan Lama Waktu Kontak Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) terhadap Penurunan Timbal (Pb) Pada Air Sungai. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

13 Sutanto, T. D., Morina Adfa, Novrianto Tarigan Buah Kelor (Moringa oleifera Lamk) Tanaman Ajaib yang dapat Digunakan untuk Mengurangi Kadar Ion Logam dalam Air. Jurnal Gradien, Volume 3 No. 1:

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah

Lebih terperinci

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD. UJI PERBEDAAN EFEKTIVITAS ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN KAYU MERANTI TERHADAP NILAI COD PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Muhammad Hidayat Koem, Dian Saraswati, Ekawaty Prasetya 1 muhammadhidayatkoem@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Harimbi Setyawati 1), Mawan Kriswantono 2), Dinda An Nisa 3), Rakhmawati Hastuti 4) 1,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti (th) Judul Ran cob Hasil 1 M. Hidun Pulungan dkk (2007) Proses pengolahan limbah cair tahu dengan bahan koagulasi alami Eksperiment al Acak dengan rancangan acak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Pada tahun 2010 usaha tahu di Indonesia mencapai angka 84.000 unit usaha. Unit

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1*

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) Etih Hartati, Mumu Sutisna, dan Windi Nursandi S. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT Irmayana 1, Eko Prabowo Hadisantoso 1*, dan Soeharti Isnaini 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

Efektifitas Jerami Dalam Menyerap Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Air Di Embung Piloliyanga. Feni Rahman, Dian Saraswati, Ekawaty Prasetya 1

Efektifitas Jerami Dalam Menyerap Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Air Di Embung Piloliyanga. Feni Rahman, Dian Saraswati, Ekawaty Prasetya 1 Efektifitas Jerami Dalam Menyerap Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Air Di Embung Piloliyanga Feni Rahman, Dian Saraswati, Ekawaty Prasetya 1 Feni Rahman. 811410051. Efektifitas Jerami dalam Menyerap

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,

Lebih terperinci

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER) Irawan Widi Pradipta*), Syafrudin**), Winardi Dwi Nugraha**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Nurul Faqih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di lndonesia, khususnya di kota-kota besar masalah pencemaran sungai akibat buangan limbah cair industri semakin meningkat, di sisi lain pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR (Moringa oleifera) PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MOCAF Natural Coagulant Optimization Using Moringa Seeds (Moringa oleifera) in Mocaf Wastewater Treatment Elida

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SKRIPSI

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SKRIPSI PENGARUH KADAR AIR, DOSIS, DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU SKRIPSI Oleh SITI AMINAH 080405018 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan

Lebih terperinci

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sampingan akibat proses produksi/ kegiatan manusia yang berbentuk cair, gas dan padat. Limbah domestik/ rumah tangga adalah air yang telah dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi manusia, air digunakan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air bersih masih menjadi salah satu persoalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air ini. Sumber utama air yang mendukung kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya.air dipakai untuk berbagai keperluan dan harus memenuhi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Friska Dwi Nur Styani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Friska Dwi Nur Styani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri batik nasional semakin berkembang akibat semakin banyaknya permintaan terhadap batik, sejak dicanangkan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009 omset

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI.   ABSTRAK PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI Anwar Fuadi 1*, Munawar 1, Mulyani 2 1,2 Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: arfirosa@yahoo.co.id ABSTRAK Air adalah elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU Ayu Ridaniati Bangun, Siti Aminah, Rudi Anas Hutahaean, M. Yusuf Ritonga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS) (Naibaho, 1999) atau

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Sri Subekti Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND Jl.. Banjarsari Barat No 1, Semarang e-mail: bek1_04@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit 8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN BIJI ASAM JAWA (Tamarindus Indica L) DALAM PENURUNAN TSS DAN COD LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI KOTA MALANG Evy Hendriarianti, Humairoh Suhastri Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tahu Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Industri tersebut berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

SUMMARY Penggunaan Fly Ash

SUMMARY Penggunaan Fly Ash SUMMARY Penggunaan Fly Ash Terhadap Perubahan Parameter Fisik dan Kimia Air Tanah (Suatu Penelitian Di Kost Kuning Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo) Skripsi, Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk 2.1. Sumber Limbah ini antara lain: Sumber air limbah yang ada di PT. United Tractors Tbk saat Dari proses produksi, (proses produksi/ bengkel, dan cuci unit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tapioka merupakan industri rumah tangga yang memiliki dampak positif bila dilihat dari segi ekonomis. Namun dampak pencemaran industri tapioka sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc Oleh: Rizqi Amalia (3307100016) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

(Study Stirring Time)

(Study Stirring Time) Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.3 (Desember 2007) 215-220 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA ( (Tamarindus indica) ) SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI LIMBAH CAIR TAHU (KAJIAN KONSENTRASI SERBUK BIJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan, sedangkan untuk kebutuhan dan ketersediannya cenderung mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI EVALUASI PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI TAHU MELALUI PENGUKURAN EPI Cyrilla Indri Parwati 1*, Imam Sodikin 2, Virgilius Marrabang 3 1,2, 3 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,Jurusan

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk )

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk ) Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lamk ) Rozanna Sri Irianty, Fenti Kartiwi, Devi Candra Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya JL.HR Subrantas Km.12,5 Panam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Limbah merupakan masalah lingkungan yang harus ditangani. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Limbah merupakan masalah lingkungan yang harus ditangani. Salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Limbah Cair Limbah merupakan masalah lingkungan yang harus ditangani. Salah satu limbah yang memerlukan penanganan khusus adalah limbah cair. Limbah cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini bertempat di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1 Juni 10 ISSN : 1979-5858 EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA Hery Setyobudiarso (Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan

Lebih terperinci