Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILUKADA KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2015 DI KECAMATAN SAMBOJA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

DAFTAR PUSTAKA. Dieter, Roth.2008.Studi Pemilu Empiris, Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode. Jakarta: Friedrich-Nauman-Stiftung Die Freiheit.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGGUNAKAN HAK PILIH PADA PEMILU LEGISLATIF BAGI PARA PEMILIH PEMULA

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.

Jurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus Desember 2016,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

Peran Sekolah Sebagai Sarana Sosialisasi Politik untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Pada Pemilih Pemula

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas?

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

PILIHAN POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILU LEGISLATIF

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen yang digunakan rakyat untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ainur Rofieq FISIP Universitas Islam 45 Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN. Oleh: Samiruddin, Sulsalman Moita, dan Megawati A.

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHANKEPALA DAERAH KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013 DI KELURAHAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

ABSTRACT. Key Words : Direct local election, determinant factor of the triumph of candidate, personality factor

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN KERINCI TAHUN Artikel. Oleh: ADE CANDRA GUSTIA

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

Keywords: Voting Behavior, Election 2015, Gender, Program Compatibility, Money Politics, Party Machine

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

individu tersebut. Menurut Kweit (1986: 92) bahwa s ecara umum,

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

SKRIPSI. Non-Voting Dalam Pemilukada

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN 2015 DI SMKN 1 PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut Sudiono Sastroatmodjo (1995: 3) adalah :

Grafik 1. Area Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIK. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang

ANDRI AFRIYANTO NIM UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Transkripsi:

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 99-101 Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis Perilaku Memilih Pemilih Pemula pada Proses Pemilihan Kepala Desa Laut Dendang Tahun 2016 Muhammad Fakhri Ali Khalehar, Ade Adliana J.S, Ivan Salim Zarkasyi, Prayetno* Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, Indonesia Diterima Pebruari 2017; Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017 Abstrak Penelitian ini dilakukan di Desa Laut Dendang yang tahun 2016 lalu mengadakan pemilihan Kepala Desa. Penelitian ini terjadi karena melihat angka pemilih pemula antusias dalam memilih calon Kepala Desa, tetapi tidak tahu apa dasar mereka melakukan pemilihan. Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui bagaimana perilaku memilih pemilih pemula pada proses pemilihan Kepala Desa tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa pendekatan yang digunakan oleh pemilih pemula pada pemilihan Kepala Desa tahun 2016 lebih banyak memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan sosiologis. Dari rekapitulasi table indicator, dari keempat pendekatan yang ditawarkan untuk menganalisis perilaku memilih pemilih pemula, pendekatan sosiologis memiliki angka persentasi lebih tinggi. Kata Kunci: Perilaku Memilih, Pemilih Pemula, Pemilihan Kepala Desa. Abstract This research is doing in Laut Dendang village, in 2016 hold an election head of village. This research happen because of number the beginner voters are enthusiastic in choose the candidate. But we don t know what is the base of voters to choose the candidate that they want to choose. Because of that,the Author want to know how the way from the voters in the process election of head of village 2016. The Method of research that used is quantitative method from the research we know the approach that used is sociologist approach and support by rational approach. From the recapitulation of table indicator from the forth approach that served for analysis beginner voters, sociologist approach has most high number of presentation. Keyword: The Behavior of Voters; The Beginner Voters; The Election Head of Village. How to Cite: Khalehar, M.F.A,, Ade A.J.S, Ivan S.Z., Prayetno (2017), Perilaku Memilih Pemilih Pemula pada Proses Pemilihan Kepala Desa Laut Dendang Tahun 2016, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9 (1): 99-101. *Corresponding author: E-mail: khalehar_rei@yahoo.co.id; adeadliana@gmail.com; Ivansalim7@gmail.com; Eno.pray@gmail.com p-issn 2085-482X e-issn 2407-7429 99

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 99-101 PENDAHULUAN Pasca reformasi 1998, Indonesia mengalami perubahan system politik yang signifikan. Judul besar perubahan itu adalah demokratisasi, baik dalam kehidupan politik maupun dalam kehidupan ekonomi. Salah satu hak dasar warga negara yang harus dijamin adalah Pemilihan Umum, sesuai dengan pasal 28 UUD NRI Tahun 1945, yang berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dalam undang-undang. Pemilihan Umum merupakan salah satu sarana bagi warga negara untuk memilih pejabat pemerintahan. Warga negara memiliki kemerdekaan dalam memilih dan menyampaikan aspirasi sesuai dengan pilihannya. Salah satu bagian dalam memilih dan menyampaikan aspirasi sesuai dengan pilihannya adalah pemilihan kepala desa secara langsung. Berlakunya peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa telah menciptakan system baru dalam proses pilkades dan tidak dapat dipungkiri bahwa keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa ini telah meningkatkan intensitas peran masyarakat pedesaan dalam mengembangkan kehidupan berdemokrasi. Desa merupakan satuan pemerintah terkecil yang melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, desa juga merupakan wadah partisipasi rakyat dalam aktivitas politik dan pemerintah. Desa seharusnya merupakan media interaksi politik yang simple dan dengan demikian sangat potensial untuk dijadikan cerminan kehidupan demokrasi dalam suatu masyarakat negara. Salah satu kehidupan demokrasi dalam pemerintahan desa adalah diadaknnya pemilihan kepala desa secara langsung oleh masyarakat desa. Perilaku memilih dalam pemilihan umum termasuk dalam pemilihan umum memilih kepala desa secara langsung merupakan kajian yang menelusuri dalam memilih kandidat, para calon pemimpin atau calon kepala desa dengan latar belakang pilihan yang berbeda-beda, di antaranya ada dengan cara yang sangat rasional, identifikasi partai, cara yang terkadang didasari oleh ikatan-ikatan kekeluargaan atau ikatan primordial atau dengan ikatan-ikatan tertentu, dan sebagainya. Perilaku memilih dalam pemilihan kepala desa oleh setiap pemilih dapat dikategorikan beberapa kategori pemilih, salah satu di antaranya adalah pemilih pemula. Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum termasuk dalam pemilihan kepala desa secara langsung karena jumlah mereka yang sangat besar yang menarik perhatian para calon untuk mendulang suara perolehan suara mereka. Pemilih pemula (first time voter) adalah mereka yang berusia tujuh belas tahun pada hari pencoblosan dan atau yang sudah menikah serta tercatat dalam DPT. Pemilih pemula dalam setiap even pemilu nasional ataupun pemilukada selalu didominasi kalangan pelajar/siswa dan jumlah mereka relatif besar. Jumlah mereka yang besar membuat mereka sering menjadi sasaran partai politik maupun para politisi untuk mendongkrak perolehan suara. Menurut Anshary AZ, dkk. (2010: 48) potensi pemilih pemula dalam setiap momen pemilu sangatlah besar. Secara nasional diperkirakan dalam setiap pemilu jumlah pemilih pemula sekitar 20% dari keseluruhan jumlah pemilih. Potensi pemilih pemula dalam menggunakan hak 99

Muhammad Fakhri Ali Khalehar, Ade Adliana J.S, Ivan Salim Zarkasyi, Prayetno, Perilaku Memilih Pemilih pilihnya dalam setiap pemilu menunjukkan pengaruh yang sangat besar dalam perolehan suara suatu partai politik atau seorang kandidat. Demikian pula dalam pemilihan kepala desa di Desa Laut Dendang dari DPT 11.088 terdapat 2048 pemilih pemula atau setara dengan 18,5%. Para pemilih pemula dalam pemilihan kepala desa Laut Dendang tahun 2016 yang lalu, menurut pengamatan penulis, antusias untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) karena untuk pertama kali menggunakan hak pilih mereka. Jiwa muda dan coba-coba masih mewarnai alur berpikir para pemilih pemula. Sebagian besar dari mereka hanya melihat momen pemilu sebagai ajang partisipasi dengan memberikan hak suara mereka kepada partai dan tokoh yang mereka senangi. Antusiasme mereka untuk datang ke TPS tidak bisa langsung diterjemahkan bahwa kesadaran politik mereka sudah tinggi. Kebanyakan pemilih pemula baru sebatas partisipasi parokhial semata. Ini artinya partisipasi mereka belum mampu berkontribusi dalam menjaga dan menyehatkan proses demokrasi. Mereka masih membutuhkan pendewasaan politik sehingga mampu berpartisipasi aktif dan dapat berkontribusi positif dalam upaya menjaga dan menyukseskan demokratisasi. Berdasarkan fenomena inilah, penulis tertarik menenliti perilaku memilih pemilih pemula pada proses pemilihan kepala desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian: di Desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah: sebelah barat berbebatasan dengan Desa Sampali, sebelah utara berbebatasan dengan Desa Sampali, sebelah timur berbebatasan dengan Desa Medan State, dan sebelah utara berbebatasan dengan Sungai Tembung. Populasi dan Sampel; populasi penelitian seluruh pemilih pemula, jumlahnya 880 orang (Sumber: data pemilih di Desa Laut Dendang). Pengambilan sampel diambil secara acak (random sampling) sebesar 5% dengan jumlah 44. Variabel dan Definisi Opersional; variabel tunggal yaitu perilaku memilih pemilih pemula pada proses pemilihan kepala desa Laut Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016. Definisi operasionalnya: pola sikap dan perilaku politik seseorang dalam melakukan perilaku memilihnya dalam pemilihan kepadal desa dengan didasari beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar. Pola sikap dan perilaku memilih dalam pemilihan kepala desa ini berdasarkan faktor sosiologis, psikologis, pilihan rasional, atau vote buying. Teknik Pengumpulan Data; dilakukan dengan wawancara, studi pustaka, dan penyebaran angket. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Sastroatmodjo (1995: 10) perilaku politik merupakan: tindakan yang dilakukan oleh suatu suatu subjek. Subjek dapat berupa pemerintah dan dapat juga masyarakat. Tindakah yang dilakukan oleh pemerintah berupa pemubatan keputusankeputusan politik dan upaya pelaksanaan keputusan politik tersebut. Tindakan yang dilakukan masyarakat berupaya untuk dapat dapat mempengaruhi pembuatan dan pelaksanaan kkeputusan politik oleh pemerintah sesuai dengan kepentingannya. 100

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 99-101 Menurut Plano (1995: 280) perilaku dapat dipahami sebagai pikiran atau tindakan manusia yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Dalam hal ini yang termasuk perilaku politik adalah tanggapan-tanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap, dan keyakinan) dan juga tindakan-tindakan yang nampak (pemungutan suara, gerak protes, lobi, kaukus dan kampanye). Jadi perilaku tidak hanya diartikan sebagai pemikiran ataupun tanggapan yang bersifat abstrak, tetapi juga sebagai tindakan dari perilaku politik tetentu. Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota -desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama. Pendekatan psikologis sosial sama dengan penjelasan yang diberikan dalam model perilaku politik, sebagaimana untuk menjelaskan perilaku memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Dalam Efriza (2012: 515) menjelaskan pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi,. Yang dipertimbangkan tidak hanya ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruni hasil yangdiharapkan, tetapi ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Vote buying menurut Sahab (2012: 136) adalah pembelian suara pemilih oleh partai politik atau kandidat pada saat pemilihan. Fenomena vote buying terjadi di negara-negara berkembang yang masyarakat negara tersebut tingkat ekonominya masih rendah. Biasanya kandidat menggunakan senjata vote buying ini yang biasa disebut money pollitics untuk meraup suara sebanyak-banyak untuk memenangkan pemilihan umum legislatif maupun pemilukada. Pemilih pemula menurut Anshary AZ, dkk. (2010: 48) merupakan pemilih yang baru pertama kali melakukan atau akan melakukan penggunaan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri atas masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih, yaitu telah berumur 17 tahun, sudah/pernah kawin, dan purnawirawan/ sudah tidak lagi menjadi anggota TNI/Kepolisian. Selanjutnya menurut Setiajid (2011: 20, Vol. XXII) yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga negara Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah warga negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-undang pemilu. Pemilihan umum kepala desa secara secara langsung sebagaimana diatur dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 31-37. Pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayan kabupaten termasuk di Kabupaten Deli Serdang bulan Juni tahun 2016. 101

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 99-101 1. Rekapitulasi Data Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Proses Pemiliahan Kepala Desa Laut Dendang 2016 berdasarkan Pendekatan Sosiologis Option Jawaba n 4.1 4.2 4.3 Persentase Jawaban Responden 4.4 4.9 4.10 4.11 Rata- Rata A 63.64% 54.55% 25.00% 20.45% 13.64% 22.73% 4.54% 29.22% B 31.82% 31.82% 36.36% 29.54% 27.27% 22.73% 20.45% 28.57% C 2.27% 2.27% 25.00% 15.91% 11.36% 11.36% 9.09% 11.04% D 2.27% 11.36% 13.64% 34.09% 47.73% 43.18% 65.91% 31.17% Jumlah 100% Sumber: Pengolahan Data Premier Berdasarkan perhitungan pada tabel dari pendekatan sosiologis, ternyata 29.22% menyatakan memilih berdasarkan adanya keterkaitan dengan pendekatan sosiologis. Dimana berdasarkan table diatas maka diketahui bahwa keterkaitan itu terdapat pada keterkaitan mengetahui pentinya pemilihan kepala desa, mengetahui tujuan penyelenggaraan Pilkades, mengenal calon, mengenal calon berasal dari orang tua atau kerabat, menentukan pilihan berdasarkan pengaruh dari orang tua atau kerabat, menentukan pilihan dipengaruhi oleh adanya kesamaan agama dan menentukan pilihan dipengaruhi oleh adanya kesamaan suku. 28.57% atau seabagian besar terkait dengan butir-butir angket pada indicator pendekatan sosiologis. 11.04% atau sebagian kecilnya terkait dengan butirbutir yang ada pada pendekatan sosiologis. Dan 31.17% tidak terkait dengan pendekatan sosiologis. 2. Rekapitulasi Data Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Proses Pemiliahan Kepala Desa Laut Dendang 2016 Berdasarkan Pendekatan Psikologis Option Jawaban 4.5 4.6 Persentase Jawaban Responden 4.7 4.12 4.13 4.14 Rata- Rata A 29.54% 6.82% 9.09% 15.91% 4.54% 25.00% 15.15% B 18.18% 11.36% 15.91% 18.18% 20.45% 20.45% 17.42% C 18.18% 18.18% 22.73% 13.64% 6.82% 15.91% 15.91% D 34.09% 63.64% 52.27% 52.27% 68.18% 38.64% 51.52% Sumber: Pengolahan Data Premier Berdasarkan perhitungan pada tabel dari pendekatan psikologis, ternyata 15.15% menyatakan terkait dengan pendekatan. Dimana berdasarkan table diatas maka diketahui bahwa keterkaitan itu terdapat pada keterkaitan mengetahui calon dari kelompok perkumpulan masyarakat, mengenal calon dari media massa, mengenal calon dari teman sebaya, menentukan pilihan karena dipengaruhi ikatan yang kuat dengan kelompok perkumpulan masyarakat, menentukan 99

Muhammad Fakhri Ali Khalehar, Ade Adliana J.S, Ivan Salim Zarkasyi, Prayetno, Perilaku Memilih Pemilih pilihan karena memiliki keterikatan dengan pendektan psikologis, 15.91% atau psikologis yang kuat dengan calon dan sebagian kecil memiliki keterkaitan dengan menentukan pilihan karena karena pendekatan psikologis dan 51.52% tidak pengaruh sosialisasi dari calon. 17.42% atau sebagian besar memiliki keterkaitan memiliki keterkaitan dengan pendektan psikologis. 3. Rekapitulasi Data Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Proses Pemiliahan Kepala Desa Laut Dendang 2016 Berdasarkan Pendekatan Pilihan Rasional Option Jawaban 4.8 Persentase Jawaban Responden 4.15 4.16 4.17 Rata-Rata A 6.81% 43.18% 25.00% 25.00% 25.00% B 18.18% 22.73% 27.27% 29.54% 24.43% C 36.36% 11.36% 18.18% 18.18% 21.02% D 38.64% 22.73% 29.54% 27.27% 29.55% Jumlah 100% Sumber: Pengolahan Data Premier Berdasarkan perhitungan pada tabel dari pendekatan rasional, ternyata 15.15% menyatakan terkait dengan pendekatan rasional. Dimana berdasarkan table diatas maka diketahui bahwa keterkaitan itu terdapat pada mengenal calon dari sosialisasi yang dilakukan BPD, menentukan pilihan karena pengaruh dari latar belakang tingkat pendidikan calon, menentukan pilihan karena pengaruh dari adanya kampanye dari calon dan menentukan pilihan karena dipengaruhi program-program atau kebijakankebijakan yang ditawarkan/dijanjikan. 24.43% atau sebagian besar memiliki keterkaitan dengan pendekatan rasional, 21.02% atau sebagian kecil memiliki keterkaitan dengan pendekatan rasional. 29.55% tidak memiliki keterkaitan dengan pendekatan rasional. 4. Rekapitulasi Data Perilaku Memilih Pemilih Pemula Pada Proses Pemiliahan Kepala Desa Laut Dendang 2016 Berdasarkan Vote Buying Option Jawaban Persentase Jawaban Responden 4.18 4.19 4.20 Rata-Rata A 4.54% 6.82% 4.54% 5.30% B 6.82% 9.09% 13.64% 9.85% C 11.36% 9.09% 9.09% 9.85% D 77.27% 75.00% 73.73% 75.00% JUMLAH 100% Sumber: Pengolahan Data Premier Berdasarkan perhitungan pada tabel dari pendekatan vote buying, ternyata 5.30% menyatakan terkait dengan pendekatan vote buying. Dimana berdasarkan table diatas maka diketahui bahwa keterkaitan itu terdapat pada menentukan pilihan karena pengaruh dari pemberian-pemberian pribadi, menentukan pilihan karena pengaruh dari pemberian-pemberian barang-barang kelompok dan menentukan pilihan karena pengaruh dari pemberian-pemberian berupa sejumlah uang. 9.85% atau sebagian besar memiliki keterkaitan dengan vote buying, 9.85% atau sebagian kecil memiliki keterkaitan dengan vote buying. Dan 75.00% tidak memiliki 100

Muhammad Fakhri Ali Khalehar, Ade Adliana J.S, Ivan Salim Zarkasyi, Prayetno, Perilaku Memilih Pemilih keterkaitan dengan pendekatan vote buying. SIMPULAN Berdasarkan hasil peneliltian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan pilihannya, perilaku memilih pemilih pemula lebih cenderung berbasis pendekatan sosiologis yang sangat dipengaruhi oleh point pentingnya pemilihan Kepala Desa dan mengetahui tujuan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa. Berdasarkan table rekapitulasi pada indicator-indikator diatas, pemilih pemula yang cenderung menggunakan pendekatan sosiologis yaitu sebesar 29.22%. dengan butir (1) pentingnya pemilihan Kepala Desa sebesar 63.64%. (2) mengetahui tujuan peyelenggaraan Pilkades sebesar 54.55%. (3) mengenal/mengetahui calon Kepala Desa sebesar 25.00%. (4) mengenal calon kepala Desa dari orang tua atau kerabat sebesar 20.45%. (5) menentukan pilihan dipengaruhi oleh orang tua atau kerabat sebesar 13.64%. (6) menentukan pilihan dipengaruhi adanya kesamaan agama sebesar 22.73%. (7) menentukan pilihan dipengaruhi adanya kesamaan suku sebesar 4.54%. Dari pendekatan psikologis, keterkaitan pemilih dapat dilihat dari: (1) mengenal calon Kepala Desa dari kelompok perkumpulan masyarakat (29.54%), (2) mengenal calon Kepala Desa dari media massa (6.82%), (3) mengenal calon Kepala Desa dari teman sebaya (9.09%), (4) menentukan pilihan dipengaruhi keterikatan dengan kelompok perkumpulan masyarakat (15.91%), (5) menentukan pilihan dipengaruhi adanya ikatan psikologis yang kuat dengan calon (4.54%) dan (6) menentukan pilihan dipengaruhi oleh adanya sosialiasasi politik dari kelompok masyarakat (25.00%). Dari pendekatan rasional, keterkaitan pemilih dapat dilihat dari: (1) mengenal calon dari sosialisasi BPD (6.81%), (2) menentukan pilihan berdasarkan latar belakang pendidikan calon (43.18%), (3) menentukan pilihan karena dipengaruhi oleh kampanye dari calon (25.00%) dan (4) menentukan pilihan berdasarkan pengaruh dari program-program atau kebijakankebijakan yang ditawarkan/dijanjikan oleh calon (25.00%). Dari pendekatan vote buying keterkaitan pemilih dapat dilihat dari: (1) menentukan pilihan karena dipengaruhi pemberian-pemberian pribadi (4.54%), (2) menentukan pilihan berdasarkan pengaruh dari pemberian-pemberian berupa barangbarang kelompok (6.82%) dan (3) menentukan pilihan berdasarkan pengaruh dari pemebrian sejumlah uang oleh calon (4.54%). Dari keempat pendekatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku memilih pemilih pemula pada pemilihan Kepala Desa tahun 2016 cenderung menggunakan pendekatan sosiologis DAFTAR PUSTAKA Alamsyah. 2011. Dinamika politik pilkades di era otonomi daerah studi tentang relasi politik calon kepala desa dengan para pemilih pilkades. Dalam jurnal tamanpraja vol. 1 no. 1 Apriliani. Dwi rahmat, Suhadi, Saharjo. 2014. Orientasi politik pemilih pemula dalam pemilihanlegislatif tahun 2014. Dalam jurnal ppkn UNJ online. Vol 2 no. 4Anshary AZ, Hafiz, dkk. 2010. Modul 1: Pemilu untuk Pemula. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum. Apter, D.E. 1985. Pengantar Analisa Politik. Jakarta: LP3ES. Aspinall, E., dan Sukmajati, Made. 2015. Politik Uang di Indonesia: Patronase dan 100

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 99-101 Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014. Yogyakarta: PolGrov. Efriza. 2012. Political Explorer: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung. Alfabeta. Gaffar, J.M. 2013. Demokrasi Dan Pemilu Di Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press. Gaffar, A. 1992. Javanese Voters. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halking dan Mukmin, Budi Ali. 2015. Memahami Dasar-Dasar Ilmu Politik. Medan: Fakultas Ilmu Sosial. Mujani, Saiful, Liddle, R. William; dan Ambardi, Kuskrido. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Mizan Publika. Plano, J.C. Dkk. 1985. Kamus Analisa Politik. Jakarta: CV. Rajawali. Sahab, A. 2012. Buku Ajar Perilaku Politik. Surabaya: Revka Petra Media. Saputra. Ujang. 2014. Perilaku politik pemilih pemula pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 di desa naga mahap kabupaten sekadau.dalam jurnal ilmu politik. Vol. 2 no. 4 Sastroatmodjo, S. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Setiajid. 2011. Orientasi Politik yang Memmpengaruhi Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 (Studi Kasus Pemilih Pemula di Kota Semarang). Dalam Jurnal Integralistik, Nomor 1/Tahun XXII/2011, Januari-Juni 2011, hal. 18-33. Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Yusuf, A.M. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatit, & Gabungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 101