BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk meningkatkan kualitas produk serta kualitas sumber daya manusia. Persaingan dalam dunia bisnis ini merupakan inti keberhasilan maupun penyebab kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan harus melaksanakan fungsi fungsi dalam manajemen, terutama fungsi perencanaan. Salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan adalah anggaran, di mana anggaran merupakan suatu rencana tentang kegiatan di masa akan datang yang mengidentifikasikan kegiatan untuk mencapai tujuan (Andi, 2010). Menurut Garrison (2006:378) A Budget is a detailed plan for the acquisition and use of financial and other resource over a specified time period. Anggaran adalah rencana rinci untuk akuisisi dan penggunaan sumber daya keuangan dan lainnya selama periode waktu yang ditentukan. Hal senada dikatakan oleh Hansen dan Mowen (2004:345) bahwa anggaran adalah suatu rencana kunatitatif dalam bentuk moneter maupun nonmoneter yang digunakan untuk menerjemahkan tujuan dan strategi perusahaan dalam satuan operasi. Kemudian menurut Andi (2010) anggaran mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi, sebagai alat untuk perencanaan dan sebagai alat untuk pengendalian jangka pendek bagi suatu organisasi. Terdapat tiga pendekatan yang
digunakan dalam penyusunan anggaran, yaitu top down (pendekatan dari atas ke bawah), bottom up (pendekatan dari bawah ke atas) dan pendekatan lain yang merupakan gabungan dari kedua pendekatan tersebut, yaitu pendekatan partisipasi (Anthony, 2005:87). Inti dari partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah diperlukan kerjasama antara seluruh tingkatan organisasi. Menurut Nouri dan Parker (1998) partisipasi anggaran akan menimbulkan adanya kecukupan anggaran dan kemudian mempengaruhi kinerja. Partisipasi anggaran dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisiasi (Murray, 1990 dalam Sumarno, 2005). Menurut Eker (2006) manfaat dari adanya partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran yaitu karena adanya peningkatan arus informasi dari bawahan kepada atasan sehingga partisipasi anggaran mengarah pada keputusan yang lebih berkualitas. Maka partisipasi mengarah pada motivasi, komitmen dan kualitas dari keputusan yang semakin tinggi. Menurut Siegel dan Marconi (1989) dalam Christine (2010) menyatakan bahwa partisipasi karyawan akan melibatkan egonya dan tidak sekedar terlibat dalam tugas yang mereka kerjakan. Selanjutnya Christine (2010) mengatakan bahwa partsipasi karyawan membuat para karyawan merasa terikat secara emosional karena timbulnya rasa dihargai dan diberi kepercayaan dalam penyusunan anggaran sehingga rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan anggaran meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan moral dan menimbulkan inisiatif yang besar diseluruh level manajemen. Menurut Handoko (1995) dalam Endang (2007), ada dua konsep utama untuk mengukur kinerja sesorang atau karyawan,
yaitu efektifitas dan efisiensi. Kinerja karyawan yang efektif dan efisien dapat menambah produktivitas karyawan itu sendiri sehingga dapat menambah produktivitas perusahaan. Menurut Mahoney (1963) dalam Kadek (2010) kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi kemudian kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi, dan perwakilan. Secara teoritis partisipasi anggaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajerial, hal ini diungkapkan oleh Milani (1975), ketika tujuan telah direncanakan dan disetujui secara partisipatif, karyawan akan menginternalisasi tujuan tersebut dan mereka akan memiliki tanggung jawab secara personal untuk mencapainya melalui keterlibatan dalam proses anggaran. Hal senada dikatakan oleh Nurul (2013) bahwa partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Dengan adanya partisipasi bawahan dalam proses penyusunan anggaran maka bawahan merasa terlibat dan harus bertanggungjawab dalam pelaksanaan anggaran, sehingga diharapkan bawahan dapat melaksanakan anggaran dengan lebih baik dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja manajerialnya. Tetapi terdapat permasalahan atau fenomena terkait dengan kinerja saat ini, fenomena tersebut terjadi pada BUMN dan pada sektor publik. Dalam artikel media cetak elektronik banyak diperbincangkan mengenai beberapa BUMN yang memiliki kinerja rendah atau buruk. Dahlan Iskan (2011) mengungkapkan terdapat 18 BUMN yang kinerja nya cukup buruk dan buruknya
kinerja akibat dari buruknya manajemen. Hal ini terlihat dari penyelesaian proyek yang tidak sesuai dengan target waktu biaya yang telah dianggarkan. Salah satunya yaitu PT Pos Indonesia (persero) yang selama ini kinerja dari pada Pos Indonesia dinilai tidak maksimal, sehingga diberi PSO (public services obligation). Jika kinerja Pos Indonesia maksimal, bukan tidak mungkin penghasilannya akan meningkat sehingga tidak perlu diberikan PSO (Ferrari Roemawi, 2011). Selain itu Dahlan Iskan (2012) mengkritik PT Angkasa Pura terkait dengan kinerjanya. Kritikan tersebut terkait dengan banyaknya insiden mengenai kerusakan radar. Buhari Kahar Muzakkar (2010), mengatakan bahwa pada sektor publik pun terjadi penurunan kinerja. Salah satunya yaitu kinerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan pada semester pertama yang tidak memuaskan dibuktikan dengan realisasi pendapatan Dinas Perindustrian hanya mencapai 40 persen (Buhari Kahar Muzakkar, 2010). Selain permasalahan penurunan kinerja, terdapat pula permasalahan berupa hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak menimbulkan peningkatan kinerja. Penelitian J Sumarno (2005) memberikan hasil bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap kinerja pimpinan utama bank bank yang memiliki kantor cabang di Jakarta. Hasil yang sama didapat oleh Nurul (2013) yang melakukan penelitian pada manajer tingkat menengah perusahaan perbankan yang beroperasi di Pekanbaru Riau. Menurut Nurul (2013) partisipasi anggaran tidak mempengaruhi kinerja para manajer. Hasil negatif juga didapat oleh M Nursidin (2008) yang menguji
pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT Persero Pelabuhan Indonesia I, Medan. Permasalahan kinerja pada BUMN dan sektor publik dan juga hasil negatif atas penelitian mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan suatu fenomena yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk dilakukannya penelitian. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan secara empiris hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Pada beberapa riset antara partisipasi anggaran dan kinerja manajer menunjukkan bukti yang tidak meyakinkan (inconclusive) dan seringkali bertentangan. Hasil penelitian terdahulu hingga saat ini masih terdapat ketidakkonsistenan hasil. Dalam penelitian Widi (2002) terdapat hubungan positif antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Hasil tersebut didukung oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh Frisilia (2007) yang didapat hasil bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi partisipasi anggaran, maka akan semakin tinggi pula kinerja manajerial. Hasil berbeda didapat oleh penelitian J Sumarno (2005), M Nursidin (2008) dan Nurul (2013). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan negatif yang kuat antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Diperkirakan ada faktor yang menyebabkan ketidakkonsistenan hasil penelitian hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial (Endang Wirjono dan Agus Raharjo, 2007). Faktor yang menyebabkan
ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut yaitu faktor kontinjensi. Faktor kontijensi ini adalah faktor atau kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi efektifitas partisipasi anggaran. Hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial dipengaruhi oleh berbagai faktor atau variabel yang bersifat kondisional (I Putu, 2012). Salah satu variabel kondisional tersebut adalah variabel pemoderasi yang merupakan variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Komitmen organisasi adalah salah satu variabel yang dapat mempengaruhi partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Komitmen organisasi dipilih sebagai variabel pemoderasi karena komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday dan Porter, 1979 dalam Edfan Darlis, 2002). Komitmen organisasi dapat mendorong partisipasi penyusunan anggaran karena para manajer tersebut dapat mengusulkan pada atasannya mengenai usaha usaha terbaik yang bermanfaat bagi organisasi dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya (I Putu, 2012). Menurut Randall (1990) dalam Nouri dan Parker (1998) komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula. Berdasarkan uraian latar belakang di atas serta memperhatikan pentingnya partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial, maka penulis tertatik dan bermaksud melakukan penelitian dengan judul :
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka berikut ini dibuat suatu perumusan masalah yang nantinya akan dilakukan analisis sebagai berikut : 1. Sejauh mana partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Pikiran Rakyat. 2. Sejauh mana komitmen organisasi berpengaruh terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial pada PT. Pikiran Rakyat. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT. Pikiran Rakyat. 2. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial pada PT. Pikiran Rakyat.
1.4. Kegunaan Penelitian Menurut Sekaran (2006:9) penelitian memiliki dua tujuan yaitu : 1. Basic Research (penelitian dasar) yaitu untuk menghasilkan pokok pengetahuan dengan berusaha memahami bagaimana masalah tertentu yang terjadi dalam organisasi dapat diselesaikan. 2. Applied Research (penelitian terapan) yaitu untuk memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer dalam konteks pekerjaan yang menuntut solusi tepat waktu. Merujuk pada tujuan penelitian di atas maka penelitian ini sekurang kurangnya diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu : 1. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi PT. Pikiran Rakyat mengenai pentingnya partisipasi dalam penyusunan anggaran serta manfaat dari penerapan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran atas pentingnya tingkat komitmen organisasi dari setiap individu yang akan mempengaruhi keinginan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran, sehingga kinerja manajerial PT. Pikiran Rakyat dapat ditingkatkan.
2. Kegunaan Teoritis dan Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu akuntansi manajemen khususnya mengenai partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer berupa kuesioner penelitian yang akan diberikan pada manajer seluruh tingkatan pada perusahaan Pikiran Rakyat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 sampai dengan selesai.