BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan usaha yang semakin maju dan penuh persaingan menuntut para pelaku organisasi mengelola usahanya secara efektif dan efisien agar mampu bersaing dan bertahan. Untuk dapat bertahan ditengah situasi persaingan suatu perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage). Keunggulan bersaing dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan faktor-faktor produksi yang ada termasuk salah satunya adalah faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud, mencakup para manajer dan seluruh karyawan yang terlibat dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan kinerja secara optimal maka perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dengan efektif, efisien, dan ekonomis. Dalam hal ini fungsi perencanaan dan pengendalian merupakan salah satu cara yang harus dijalankan seefektif mungkin agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan dan pengendalian dalam sebuah perusahaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan melihat kemasa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Pengendalian melihat kebelakang, yaitu untuk menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkannya dengan rencana yang telah disusun. Dalam melakukan perencanaan dan pengendalian diperlukan suatu alat yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur. Salah satu alat tersebut adalah anggaran. 1

2 Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Schief dan Lewin, 1970; Welsch, Hilton dan Gordon, 1996) dalam (Ikhsan, 2007:2). Sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi ke dalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta mengkomunikasikannya kepada manajer-manajer tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran. Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian jika dalam penyusunannya melibatkan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan anggaran, yaitu atasan (principal) dan bawahan (agent). Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan pengertian dan informasi antara satu sama lain. Anggaran yang disusun melibatkan semua pihak yang terlibat merupakan suatu motivasi yang mendorong bagi pelaksana anggaran dalam bekerja untuk mewujudkan realisasi anggaran tersebut. Anggaran yang disusun berdasarkan kehendak atasan tanpa partisipasi bawahan dapat menimbulkan kesulitan bagi bawahan untuk mencapainya. Sebaliknya anggaran yang disusun berdasarkan kehendak bawahan 2

3 dapat menimbulkan rendahnya motivasi bawahan dalam mencapai target-target yang optimal. Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran dapat memberikan kesempatan untuk memasukkan informasi lokal. Dengan cara ini bawahan dapat mengkomunikasikan atau mengungkapkan beberapa informasi pribadi yang dapat dimasukkan dalam anggaran yang dipakai sebagai dasar penilaian kinerja. Partisipasi penganggaran adalah proses yang menggambarkan individuindividu yang terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi (Nor, 2007:2). Penyusunan anggaran secara partisipatif diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer, yaitu ketika suatu tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya, karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani, 1975) dalam (Nor, 2007:2). Beberapa peneliti telah menguji pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial, namun kebanyakan bukti-bukti empiris memberikan hasil yang bervariasi dan tidak konsisten. Hal ini menyebabkan keterkaitan antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial masih merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Peneliti seperti, Kenis (1979), Brownell (1982), Brownell dan MccInnes (1986), Frucot dan Shearon (1991), Indriantoro (1995), menemukan bahwa partisipasi penganggaran dan kinerja memiliki hubungan yang positif 3

4 (Sumarno, 2005:587). Brownell dan Mcinnes (1986) dalam Sumarno (2005:587) menemukan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Cherrington dan Cherrington (1973), Milani (1975), Kenis (1979), Brownell dan Hirst (1986), Morse dan Reimer (1956), menemukan bahwa partisipasi penganggaran mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Peneliti lain, seperti Stedry (1960), Bryan dan Locke (1967), menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif antara partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial (Sumarno, 2005:587). Govindarajan (1986) dalam Sumarno (2005:588) menyatakan bahwa untuk mengatasi ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian tersebut diperlukan pendekatan kontingensi (contingency approach). Pendekatan kontingensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor moderating atau intervening yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Brownell, 1982a; Murray, 1990; Shield dan Young,1993) dalam (Nor, 2007:3). Dalam penelitian ini akan dianalisis variabel moderasi komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan untuk diteliti apakah kedua variabel tersebut dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial. Komitmen organisasi dipilih karena asumsi bahwa komitmen organisasi dapat mempengaruhi motivasi individu untuk melakukan sesuatu hal. Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan 4

5 tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi (Wiener, 1982) dalam (Sumarno, 2005:591). Porter et. al dalam Sumarno (2005:588) menyatakan bahwa komitmen organisasi yang kuat akan mendorong individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi. Individu berkomitmen tinggi akan berpandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik bagi organisasi. Komitmen tinggi dapat meningkatkan kinerja manajerial pada suatu organisasi, sedangkan individu dengan komitmen rendah akan memungkinkan rendahnya kinerja manajerial (Randall, 1990) dalam (Sumarno, 2005:588). Penelitian yang dilakukan oleh Sumarno (2005), serta Sardjito dan Muthaher (2007) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hubungan antara kinerja manajerial dan partisipasi penganggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Catur (2008) menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa komitmen organisasi tidak dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial. Gaya kepemimpinan adalah variabel lain yang diusulkan dalam penelitian ini. Menurut Fiedler dan Chemers dalam Sumarno (2005:589) gaya kepemimpinan adalah derajat hubungan antara seseorang dan teman sekerjanya. Decoster dan Fertakis (1968) dalam Nor (2007:7) membagi gaya kepemimpinan menjadi dua dimensi yaitu pertama, struktur inisiatif (initiating sructure) yang menunjukkan perilaku pemimpin yang dihubungkan dengan kinerja pekerjaan. Kedua, gaya kepemimpinan pertimbangan (consideration) yang menunjukkan hubungan dekat, saling mempercayai dan saling memperhatikan antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang diarahkan pada 5

6 keterbukaan dan lebih bersifat humanis yang oleh Coster dan Fertakis disebut dengan consideration (Sumarno, 2005:589). Penelitian yang dilakukan oleh Catur (2008) menunjukkan hasil bahwa gaya kepemimpinan dapat memoderasi hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarno (2005) dan Nor (2007) menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap hubungan antara partisipasi penganggaran dan kinerja manajerial. Seperti perusahaan lain, rumah sakit juga memiliki struktur manajemen yang tentu saja dalam menjalankan aktivitas kegiatannya membuat anggaran sebagai alat untuk menilai kinerja manajemen. Proses penyusunan anggaran berbeda-beda menurut jenis perusahaan yang melakukan penganggaran. Proses penganggaran pada rumah sakit dapat dilakukan dari atas ke bawah (top down) atau dari bawah ke atas (bottom up). Dalam proses penganggaran top down manajemen puncak (top management) menyusun anggaran untuk organisasi secara keseluruhan, termasuk untuk operasi level bawah (lower level). Di lain pihak, proses penganggaran partisipatif (participative budgeting) merupakan pendekatan penyusunan anggaran dari bawah ke atas (Anthony dan Govindarajan, 2002:87). Dalam proses penyusunan anggaran bottom up, rumah sakit melibatkan seluruh manajer (kepala bagian/bidang/unit dan sub bidang/bagian/unit), selanjutnya partisipasi dari seluruh manajer (kepala bagian/bidang/unit dan sub bidang/bagian/unit) tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Nor (2007), menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi partisipasi penganggaran maka semakin meningkat kinerja manajerial. 6

7 Peneliti lain seperti Sumarno (2005) menemukan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Rumah sakit yang menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah rumah sakit-rumah sakit yang terdapat di Kota Denpasar. Dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Bali, jumlah rumah sakit yang terdapat di Kota Denpasar jauh lebih banyak, seperti tampak pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Daftar Rumah Sakit yang Terdapat di Provinsi Bali Kabupaten/Kota Badung Denpasar Buleleng 1. RSUD. Kapal 2. RS. Graha Asih 1. RSU. Wangaya 2. RS. Polda Trijata 3. Badan RS Indera 4. RSUP. Sanglah 5. RS. Dharma Yadnya 6. RS. Manuaba 7. RS. Surya Husada 8. RS. Puri Raharja 9. RS. Udayana Dps 1. RSUD. Singaraja 2. RS. REM Singaraja 3. RS. Parama Siddhi Nama Rumah Sakit 3. RS. Bali Aga 10. RS. Kasih Ibu 11. RS. Prima Medika 12. RS. Bhakti Rahayu 13. RS. Sari Dharma 14. RSB. Harapan Bunda 15. RSB. Puri Bunda 16. RS. Dharma Husada 17. RS. Bali Medistra 4. RS. Kerta Husada 5. RS. Karya Darma Husada Bangli 1. RSUD. Bangli 2. RSJP. Bangli Gianyar 1. RSU. Sanjiwani 3. RSK Ibu dan Anak Ganesa 2. RSB. Ari Santi Jembrana 1. RSUD. Negara 2. RS. Darma Sentana 3. RSB. Kertayasa 4. RSK Ibu dan Anak Bunda Karangasem 1. RSUD. Amlapura Klungkung 1. RSUD Semarapura 2. RS. Bintang Tabanan 1. RSUD Tabanan 2. RS. Darma Kerti 3. RS. Gelgel 4. RS. Wisma Prasanti 5. RS. Bhakti Rahayu Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Bali,

8 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah rumah sakit di Kota Denpasar jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Bali. Banyaknya jumlah rumah sakit di Kota Denpasar dapat memicu persaingan yang ketat antara rumah sakit-rumah sakit terebut. Dalam menghadapi persaingan, manajemen rumah sakit berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan meningkatkan kinerja rumah sakit. Anggaran sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan rumah sakit. Dalam hal ini manajer rumah sakit yang mempunyai komitmen tinggi terhadap sasaran anggaran akan berpandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik untuk mencapai sasaran anggaran tersebut. Gaya kepemimpinan demokratis dan bersifat keterbukaan memungkinkan adanya fleksibelitas dalam proses penyusunan anggaran. Gaya kepemimpinan tersebut memberikan peluang kepada manajer rumah sakit untuk terlibat dalam perancangan arah organisasi, mengekspresikan ide-ide mereka tentang bagaimana sebaiknya rumah sakit beroperasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memanfaatkan bakat mereka secara efektif. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar? 2) Apakah komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar? 8

9 3) Apakah gaya kepemimpinan mampu memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui apakah komitmen organisasi mampu memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar. 3) Untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan mampu memoderasi pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial pada rumah sakit di Kota Denpasar Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kegunaan teoritis maupun kegunaan praktis, adalah sebagai berikut : 1) Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan serta dapat memberikan tambahan bukti empiris mengenai pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial, serta variabel pemoderasi 9

10 komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial. 2) Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bukti empiris bagi para pengambil keputusan antara lain manajer serta tim penyusun anggaran, serta bagi konsultan manajemen mengenai pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderasi, sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam membuat keputusan yang melibatkan atau tidak melibatkan pelaksana atau bawahan dalam penyusunan anggaran serta mempertimbangkan penggunaan anggaran sebagai dasar pengukuran kinerja manajemen. 1.3 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab dan subbab yang tersusun sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Kajian pustaka merupakan bab yang mengemukakan dasar-dasar teori yang mendukung pembahasan, yang meliputi pengertian anggaran, 10

11 fungsi anggaran, tujuan penyusunan anggaran, jenis-jenis anggaran, tahapan-tahapan penyusunan anggaran, manfaat dan kelemahan anggaran, proses penganggaran, manajemen partisipatif dan penganggaran partisipatif, kinerja manajerial, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial, pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dimoderasi dengan komitmen organisasi, pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dimoderasi dengan gaya kepemimpinan. Pada bab ini dicantumkan juga hasil penelitian sebelumnya, dan rumusan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi deskripsi responden, karakteristik responden, uji instrumen penelitian, trasformasi data, deskripsi variabel, uji asumsi klasik, analisis dan pembahasan pengujian hipotesis, serta keterbatasan penelitian. 11

12 Bab V Simpulan dan Saran Dalam bab ini diuraikan simpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan juga saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh. 12