IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan pertambahan jumlah penduduk menuntut kota untuk memenuhi penyediaan berbagai macam fasilitas kebutuhan baik sarana maupun prasarana dalam menunjang segala aktifitas masyarakat. Perkembangan kota yang paling menonjol serta pesat adalah pertumbuhan toko modern. Salah satu toko modern yang sedang berkembang saat ini adalah minimarket. Tujuan studi adalah a). Mengetahui sebaran dan tingkat pelayanan minimarket b). Mengetahui sebaran dan pengaruh keberadaan minimarket terhadap warung tradisional c). Mengetahui pengaruh perkembangan minimarket terhadap arahan fungsi Kelurahan Tigaraksa, dan d). Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan minimarket. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dan kualitatif dengan didukung dengan data hasil studi literatur, observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data kebijakan (survey sekunder), survey primer berupa peninjauan lapangan dan penyebaran kuisioner terhadap responden yang meliputi pengelola minimarket, pembeli minimarket, pengelola warung tradisional, dan masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa a). pola sebaran minimarket yaitu pola menyebar dan tingkat pelayanannya sudah mencukupi b). Pola keberadaan warung dengan pola menyebar c). Pengaruh perkembangan minimarket adalah jumlah minimarket melebihi standar yang seharusnya 2 gerai pada Kelurahan Tigaraksa sehingga 67% warung mengalami penurunan omset. d). Persepsi 82 % masyarakat menyukai berbelanja di minimarket karena lebih lengkap, memiliki areal areal parkir yang luas, dan pembeli menyetujui bahwa adanya perkembangan minimarket. Kata Kunci: Minimarket, Warung Tradisional, Persepsi Masyarakat 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan toko modern tidak hanya berkembang di pusat-pusat perkotaan tetapi juga sudah memasuki daerah hinterland dengan tujuan melayani masyarakat tanpa harus membebani pelayanan di pusat kota. Kecamatan Tigaraksa merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Tangerang dimana didalam RTRW telah ditetapkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Berdasarkan pengamatan awal perkembangan minimarket di Kelurahan Tigaraksa dapat dibilang cukup pesat yaitu berjumlah 13 gerai dan jarak antara satu minimarket ke minimarket lainnya berdekatan sehingga tidak sesuai dengan jarak yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 14 tahun 2011 yaitu 300 meter, dan jarak antar minimarket dengan warung tradisional yang seharusnya kurang lebih 200 meter juga tidak sesuai. Hal ini membuat persaingan antara minimarket dengan warung tradisional tidak bisa dipisahkan. 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sebaran lokasi dan tingkat pelayanan minimarket di Kelurahan Tigaraksa 2. Mengetahui sebaran dan pengaruhkeberadaan minimarket terhadap warung tradisional. 3. Mengetahui pengaruh perkembanga minimarket terhadap arahan fungsi Kelurahan Tigaraksa 4. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan minimarket di Kelurahan Tigaraksa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 1
2. Landasan Teori penelitian ini dilandasi oleh : 1) Kebijakan Minimarket di Kabupaten Tangerang Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Thn 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun persyaratan pendirian pasar tradisional dan toko modern akan disajikan dalam Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1 Persyaratan Pendirian Pasar Tradisonal dan Toko Modern Pasar Tradisional Toko Modern a. Memperhitungkan a. Memperhitungkan kondisi sosial kondisi sosial ekonomi ekonomi masyarakat, masyarakat dan keberadaan Pasar keberadaan Pasar Tradisional, Usaha Tradisional, Pusat Kecil dan Usaha Perbelanjaan dan Menengah yang ada di Toko Modern wilayah yang serta Usaha Kecil, termasuk koperasi, bersangkutan; b. Memperhatikan jarak yang ada di antara Hypermarket wilayah bersangkutan b. Menyediakan yang areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 (seratus meter per segi) dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai luas lantai penjualan Pusat penjualan Pasar Perbelanjaan dan/atau Tradisional; dan c. Menyediakan Toko Modern; dan d. Menyediakan fasilitas fasilitas yang yang menjamin Pusat menjamin Pasar Perbelanjaan dan Tradisional yang Toko Modern yang bersih, sehat bersih, sehat (hygienis), aman, (hygienis), aman, tertib dan ruang tertib dan ruang publik publik yang yang nyaman. nyaman. Sumber: Perpres No. 112 Thn 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Sedangkan batasan luas lantai penjualan Toko Modern dan sistem penjualan serta jenis barang dagangan dapat dirangkum sebagaimana di Tabel 2. Tabel 2 Batasan Luas Lantai Penjualan Toko Modern dan Sistem Penjualan Serta Jenis Barang Dagangan Jenis Toko Modern Luas Lantai (m 2 ) Sistem Jual/ Jenis Barang Dagangan a. Minimarket < 400 Eceran b. Supermarket 400 Barang konsumsi 5.000 (makanan dan c. Hypermarket > 5.000 minuman rumah tangga) d. Departement > 400 Eceran Store Barang konsumsi (sandang dan perlengkapannya e. Perkulakan > 5.000 Grosir Barang konsumsi Sumber: Perpres No. 112 Thn 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 2) Kebijakan Pemerintah Tentang Minimarket Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 14 Tahun 2011 tentang Penataan Toko Modern Dan Pembinaan Pedagang Kecil. Toko Modern adalah toko dengan system pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun Grosir yang berbentuk Perkulakan. Minimarket adalah bangunan gedung dengan luas kurang dari 400 m2, dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang secara eceran dan hanya terdiri dari satu penjual dengan sistem pelayanan mandiri Pedagang kecil adalah pelaku usaha perdagangan yang berskala Mikro dan Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU No. 20 Tahun Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 2
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. 3) Tinjauan Kebijakan di Kecamatan Tigaraksa berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Tahun 2011 digunakan untuk mengetahui pengaruh minimarket terhadap arahan fungsi di Kleurahan Tigaraksa. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tigaraksa, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Metode analisis menggunakan analisis kuantitatif yaitu bentuk analisis yang dilakukan dengan model-model dan persamaan matematis yang dikerjakan. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat sebaran yang ada di wilayah studi sesuai dengan kondisi eksisting, analisis GIS. Metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) digunakan pada responden pembeli minimarket dan masyarakat masing masing responden berjumlah 100. Sampel secara bertujuan (pusposive sampling) digunakan pada responden pengelola minimarket dan pengelola warung masing masing responden berjumlah 13 dan 45. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Sebaran dan Tingkat Pelayanan Minimarket Pola keberadaan minimarket di Kelurahan Tigaraksa adalah pola menyebar, Perkembangan minimarket mulai pada tahun 2004 dengan jumlah gerai minimarket 1 bertambah hingga 13 gerai pada tahun 2015. Sedangkan mengenai tingkat dan jangkauan pelayanan berdasarkan perhitungan menunjukan minimarket sudah mencukupi dan jaraknya cukup dekat karena berada dalam satu lingkup pelayanan. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan kondisi minimarket untuk melayani penduduk di Kelurahan Tigaraksa sudah cukup karna minimarket dikelurahan tigaraksa dengan pola menyebar dan berada pada penggunaan lahan perdagangan dan jasa. Jangkauan Pelayanan Minimarket Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 14 Tahun 2011 Tentang Penataan Toko Modern dan Pembinaan Pedagang Kecil untuk mengetahui Jangkauan Pelayanan Minimarket. Perkembangan minimarket Kelurahan Tigaraksa menunjukkan kecenderungan menyebar di beberapa titik, khususnya disepanjang Jalan Aria Jaya Sentika, Jalan Ki Mas Laeng, Jalan Aria Wangsakara. Dengan demikian diketahui bahwa sebaran minimarket di Kelurahan Tigaraksa masih dalam satu radius pelayanan karena jarak yang berdekatan. Gambar 1 Peta Sebaran Minimarket Gambar 2 Peta Jangkauan Pelayanan Minimarket 4.2 Sebaran Warung dan pengaruh keberadaan minimarket terhadap warung tradisional Warung tradisional di Kelurahan Tigaraksa berjumlah 87 dengan jumlah sampel 45 responden warung tradisional. Sebaran warung tradisional diwilayah studi menunjukan adanya pola menyebar. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 3
tradisonal masih dalam satu jangkauan tetapi dengan adanya hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena sampai sekarang kehadiran warung tradisional di Kelurahan Tigaraksa masih banyak dijumpai walaupun memang omset pendapatan setelah adanya minimarket berkurang. Tetapi jika hal tersebut dibiarkan dapat membuat warung tradisional yang tidak mampu bersaing akan menutup usahanya atau gulung tikar. Gambar 3 Peta Sebaran Warung Tradisional Berdasarkan hasil dari data quesioner pengaruh keberadaan minimarket terhadap warung tradisional dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu omset pendapatan, dan jumlah konsumen warung, a) Omset pendapatan Tabel 3 Omset Pendapatan Warung Tradisional No Omset Pendapatan Jumlah % 1 Menurun 30 67% 2 Tidak Berpengaruh 15 33% Jumlah 45 100% Sumber : hasil analisis 2016 b) Jumlah Kondisi Warung Tabel 4 Jumlah Warung Berdasarkan Kedatangan Konsumen Perhari Sebelum dan Sesudah Berdirinya Minimarket Jumlah Konsumen Sebelum % Sesudah % 20-40 12 27 20 44 41-60 16 36 10 22 61-80 3 7 2 4 81-100 5 11 5 11 101-120 3 7 4 9 121-140 5 11 3 7 > 140 1 2 1 2 Jumlah 45 100 45 100 Sumber : Hasil Analisis 2016 Penyebaran minimarket yang kurang terkendali menyebabkan saling berdekatan dengan warung tradisional maupun dengan minimarket lainnya, dan berdasarkan radius pelayananpun minimarket dan warung Gambar 4 Peta Jangkauan Pelayanan Minimarket dan Warung Tradisional 4.3 Pengaruh Perkembangan Minimarket Terhadap Arahan Fungsi di Kelurahan Tigaraksa Perkembangan minimarket di wilayah studi telah sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Perkembangan jumlah minimarket melebihi standar yang seharusnya 2 gerai pada Kelurahan Tigaraksa. Pengaturan distribusi minimarket dalam tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan (SNI 03-1733- 2004) kawasan perumahan sebagai lokasi minimarket harus memiliki tidak kurang dari 1.500 KK (Kepala Keluarga) Tabel 5 Kebutuhan Minimarket Kelurahan KK Minimarket Di wilayah Studi Kebutuhan Minimarket Tigaraksa 3.346 13 gerai 2 Sumber: Hasil Analisis 2016 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 4
4.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Minimarket Hasil persepsi masyarakat adalah 82% masyarakat lebih suka berbelanja ke minimarket, 74% berpendapat minimarket perlu di tambah, 85% masyarakat menyadari perkembangan minimarket 5 tahun terakhir pesat, namun 76% masyarakat tidak terlibat dalam pendirian minimarket. Hasil persepsi pembeli minimarket pada hari kerja adalah jarak rumah ke minimarket 20% ½ - 2 km, 17% pembeli sering membeli produk makanan, 27% pembeli berbelanja ke minimarket 2 3 kali dalam seminggu, 28% pembeli berpendapat karna lokasi yang dekat rumah, selain itu 13% pembeli menjawab diberi kemudahan karena lokasi yang dekat. 43% berpendapat Kebutuhan pembeli terpenuhi dan 32% pembeli menyetujui jika minimarket diperbanyak. Hasil persepsi pembeli minimarket pada hari libur adalah jarak rumah ke minimarket 21% ½ - 2 km, 23% pembeli sering membeli produk makanan, 31% pembeli berbelanja ke minimarket 2 3 kali dalam seminggu, 34% pembeli berpendapat karna lokasi yang dekat rumah, selain itu 22% pembeli menjawab diberi kemudahan karena lokasi yang dekat. 51% berpendapat Kebutuhan pembeli terpenuhi dan 40% pembeli menyetujui jika minimarket diperbanyak 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Sebaran minimarket di wilayah studi menunjukan adanya pola sebaran yang menyebar. Perkembangan minimarket mulai pada tahun 2004 dengan jumlah gerai minimarket 1 bertambah hingga 13 gerai pada tahun 2015. Sedangkan mengenai tingkat dan jangkauan pelayanan berdasarkan perhitungan menunjukan minimarket sudah mencukupi dan jaraknya cukup dekat karena berada dalam satu lingkup pelayanan. 2. Sebaran warung tradisional diwilayah studi menunjukan adanya pola menyebar. Berdasarkan omset pendapatan dari 45 responden menjawab 67% pendapatan menurun setelah ada minimarket, tetapi minimarket sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap warung karena sampai saat ini keberadaan warung tradisional masih lebih banyak dibanding minimarket. 3. Perkembangan minimarket di Kelurahan Tigaraksa sudah sesuai dengan Peraturan Zonasi karena sudah diizinkan dan telah berdiri pada kawasan perdagangan dan jasa skala kecamatan. Tetapi jika dilihat dari KLB, KDB, dan Kesesuaian Kebijakan masih banyak minimarket yang melanggar peraturan. 4. Hasil persepsi 82% masyarakat berminat berbelanja ke minimarket, dan 74% berpendapat minimarket perlu di tambah, 85% masyarakat menyadari perkembangan minimarket 5 tahun terakhir pesat, namun 76% masyarakat tidak terlibat dalam pendirian minimarket. Pembeli minimarket umumnya jarak rumah ke minimarket 21% ½-2 km, karena 34% pembeli berpendapat bahwa lokasi minimarket lebih dekat, selain itu 22% pembeli menjawab di beri kemudahan karena lokasinya dekat sehingga 40% pembeli setuju jika lokasi minimarket diperbanyak. 5.2 Saran Untuk mencapai tujuan dalam studi ini, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pemerintah harus mempertegas peraturan yang mengatur mengenai pembangunan minimarket mengingat di lokasi studi tingkat pelayanan minimarket sudah terpenuhi, serta mengenai luas bangunan minimarket, luas parkir dan jam operasional karena masih banyak minimarket ysng tidak mamatuhi peraturan terkait. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 5
2. Sebagian besar pedagang warung tradisional mengalami penurunan jumlah konsumen, omset penjualan setelah adanya Minimarket. Oleh karena itu perlunya inovasi baru seperti menambah produk dagangan buah atau sayuran segar yang tahan lama agar image lengkap dapat terbentuk dibenak pembeli. Serta menata ulang barang dagangan warung/toko agar lebih gampang mencari dan terlihat rapi karena seringkali warung tradisional memajang dagagannya dengan sembarang. Dan menyediakan kursi diteras agar pembeli dapat beristirahat sejenak. 3. Kebijakan dalam pengaturan pada perusahaan Alfamidi disamaratakan dengan kebijakan minimarket lainnya yaitu luas lantai minimarket < 400 meter persegi. Hal ini dipertimbangkan karena dari hasil survey luas lantai minimarket tidak 200-400 meter persegi melainkan >400 meter persegi. 4. Pemeritah daerah diharapkan dapat menselaraskan kebijakan daerah dengan kebijakan lain diatasnya agar dapat terjadi titik temu yang akurat dalam peraturan tentang penataan ritel tradisional dan ritel modern. 5. Pemilik usaha warung tradisional diharapkan membuat sebuah wadah organisasi agar dapat menyelesaikan masalah terkait persaingan antara minimarket dengan warung tradisional yang semakin berkembang. Dan mulai membentuk suatu koperasi atau tabungan agar dapat saling membantu dalam menambah modal usaha. DAFTAR PUSTAKA 1) [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang. 2014. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031. 2) [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2014. Kecamatan Tigaraksa Dalam Angka Tahun 2014. 3) Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 4) Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Penataan Toko Modern dan Pembinaan Pedagang Kecil. 5) K Wardhani. 2014. Identifikasi Sebaran Minimarket di Kelurahan Bantarjati. (Tugas Akhir). Bogor: Fakultas Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan. 6) O Handayani. 2015. Identifikasi Keberadaan Minimarket di Jalan Raya Sukaraden Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. (Tugas Akhir). Bogor: Fakultas Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pakuan. 7) A Aulia, Adisti Madella Elmanisa dan Myra P Gunawan. 2009. Pola Distribusi Spasial Minimarket di Kota-Kota Kecil: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol. 20 No 2, Agustus 2009, hlm. 78-94. 8) Ayu Triadi Dewi, Ni Komang. 2013. Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung Tradisional Di Kota Singaraja. Jurnal Jurusan Pendidikan Geografi, Volume 3, No. 1. 9) Iffah, Melita, dkk. 2001. Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus: Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Tata Kota dan Daerah. Volume 3. Nomor 1 (hlm 55-64) 10) Setyawarman. Adityo. 2009. Pola Sebaran Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta). Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 6
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro. 11) Setiawan, Jeri, dkk. 2012. Pengaruh Keberadaan Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, Volume. 10, No.1 (hlm 1-7). PENULIS 1. Alvianie Nurul Marilys, ST., Alumni (2017) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FT-Unpak 2. Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si., Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, FTUnpak. 3. Ir. Ichwan Arief, M.si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak 7