SNI Standar Nasional Indonesia. Kopi bubuk. Badan Standardisasi Nasional ICS

dokumen-dokumen yang mirip
SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

Pupuk kalium sulfat SNI

Pupuk dolomit SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Minyak goreng. Badan Standardisasi Nasional ICS

Pupuk amonium sulfat

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Minuman sari buah SNI

Pupuk SP-36 SNI

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Jahe untuk bahan baku obat

Pupuk amonium klorida

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

DTT. IB. 5Nl. Standar Nasional lndonesia. snl tcs. Tepung singkong. Dewan Standardisasi Nasional - DSN

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Tuna dalam kemasan kaleng

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Kata kunci: fasa gerak, asam benzoat, kafein, kopi kemasan, KCKT. Key word: mobile phase, benzoic acid, caffeine, instant coffee package, HPLC

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Pupuk tripel super fosfat

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Kopi bubuk ICS 67.140.20 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat mutu... 1 5 Pengambilan contoh... 2 6 Cara uji... 2 7 Syarat lulus uji... 4 8 Higiene... 5 9 Pengemasan... 5 10 Syarat penandaan...5 Lampiran A (normatif) Cara uji kafein.... 6 Tabel 1 Syarat mutu kopi bubuk... 1 i

Prakata Standar ini merupakan revisi SNI 01-3542-1994, Kopi bubuk. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 93S, Makanan dan Minuman. Maksud dan tujuan penyusunan standar ini adalah sebagai acuan, sehingga kopi bubuk yang beredar di pasaran dapat terjamin mutu dan keamanannya. Standar ini selain diutamakan untuk melindungi konsumen dari segi kesehatan dan keselamatan juga untuk: - Melindungi produsen, - Mendukung perkembangan agro industri, - Menunjang ekspor non-migas. Dalam merumuskan standar ini telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut. - Undang-undang RI No. 7/1996, tentang Pangan; - Undang-undang RI No. 8/1999, tentang perlindungan konsumen; - Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan; - Peraturan Perundang-undangan di bidang makanan, Jilid I Edisi III, Dit.Jen POM Departemen Kesehatan RI 1993/1994. Standar ini telah dibahas dan disepakati dalam rapat konsensus nasional pada tanggal 17 Desember 2002 di Jakarta. ii

Kopi bubuk 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, higiene, pengemasan dan syarat penandaan untuk kopi bubuk. 2 Acuan normatif SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman SNI 01-2896-1998, Cara uji cemaran logam dalam makanan SNI 01-4866-1998, Cara uji cemaran arsen dalam makanan SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba AOAC, Official Methods of Analysis (1990) 930.08 Caffeine in Roasted Coffee, Chromatographic-Spectrophotometric Method. AOAC, Official Methods of Analysis: 16 th Edition Volume 2:1995, Chapter 30 p2 Caffeine in Roasted Coffee : Chapter 44 p4 Preparation & Use of Clarifying Reagent. 3 Istilah dan definisi kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tanpa mengurangi rasa dan aromanya serta tidak membahayakan kesehatan 4 Syarat mutu Syarat mutu kopi bubuk seperti tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 1 Syarat mutu kopi bubuk No. Kriteria uji Satuan Persyaratan I II 1 2 3 4 5 1 Keadaan: 1.1. Bau - normal normal 1.2. Rasa - normal normal 1.3. Warna - normal normal 2 Air % b/b maks. 7 maks. 7 3 Abu % b/b maks. 5 maks. 5 1 dari 10

Tabel 1 (lanjutan) No. Kriteria uji Satuan Persyaratan I II 1 2 3 4 5 4 Kealkalian abu mlxn. NaOH 100g 57 64 min. 35 5 Sari kopi % b/b 20 36 maks. 60 6 Kafein (anhidrat) % b/b 0,9-2 0,45-2 7 Bahan bahan lain - tidak boleh ada boleh ada 8 Cemaran logam: 8.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 2,0 maks. 2,0 8.2 Tembaga (Cu) mg/kg maks. 30,0 maks. 30,0 8.3 Seng (Zn) mg/kg maks. 40,0 maks. 40,0 8.4 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0/250,0 * maks. 40,0/250,0 * 8.5 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,03 maks. 0,03 9 Arsen (As) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0 10 Cemaran mikroba: 10.1 Angka lempeng total koloni/g maks. 10 6 maks. 10 6 10.2 Kapang koloni/g maks. 10 4 maks. 10 4 * untuk yang dikemas dalam kaleng 5 Pengambilan contoh Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan. 6 Cara uji 6.1 Keadaan Cara uji bau dan rasa sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman, butir 1.2 6.2 Air Cara uji air sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman, butir 6.1. 6.3 Abu Cara uji abu sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman, butir 6.2. 6.4 Kealkalian abu Cara uji kealkalian abu sesuai dengan SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman, butir 6.5. 2 dari 10

6.5 Sari kopi 6.5.1 Prinsip Ekstraksi kopi dalam air. 6.5.2 Peralatan a) gelas piala; b) penangas air; c) pemanas listrik/oven; d) labu ukur 500 ml; e) pipet gondok 50 ml; f) corong; g) eksikator; h) neraca analitik; i) pinggan porselin. 6.5.3 Pereaksi - Aquadest. 6.5.4 Prosedur Timbang dengan teliti + 2gram contoh. Masukkan dalam gelas piala 500ml. Tambahkan 200ml air mendidih, diamkan selama 1 jam. Saring larutan contoh ke dalam labu ukur 500ml, bilas dengan air panas sampai larutan berwarna jernih. Biarkan larutan sampai suhu kamar, tambahkan air dan tepatkan sampai tanda garis. Pipet 50ml larutan ke dalam pinggan porselin yang telah diketahui bobotnya. Panaskan di atas penangas air sampai mengering, kemudian masukkan ke dalam open pada suhu 105 o C + 2 o C selama 2 jam. Dinginkan dalam eksikator dan timbang hingga bobot tetap. Perhitungan: % sari kopi = dimana: W1 x500 x100 % W x50 2 W 1 adalah bobot ekstrak; W 2 adalah bobot contoh. 6.6 Kafein Cara uji kafein sesuai dengan cara I AOAC, Official Methods of Analysis (1990) 930.08. Caffeine in Roasted Coffee, Chromartographic Spectrophotometric Method atau cara II AOAC, Official Methods of Analysis : 16 th Edition Volume 2:1995, Chapter 30 p2 Caffeine in Roasted Coffee : Chapter 44 p Preparation & Use of Clarifying Reagent (Lampiran A). 3 dari 10

6.7 Bahan bahan lain 6.7.1 Pinsip Membandingkan contoh yang diamati dengan standar yang ada. 6.7.2 Peralatan a) mikroskop; b) gelas obyek; c) gelas piala 250 ml; d) pemanas listrik; e) penyaring; f) tabung kimia. 6.7.3 Pereaksi a) air; b) larutan HNO 3 10%; c) larutan NaOH 25%. 6.7.4 Prosedur Timbang + 2 gram contoh masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan 50ml HNO 3 10%, didihkan selama 30 detik. Saring melalui kain saringan. Endapan setelah dicuci dimasukkan kembali ke dalam gelas piala dan tambahkan 50ml NaOH 25%, didihkan lagi selama 30 detik. Saring dan cuci, endapan dimasukkan ke dalam tabung kimia dan tambah air + ½ isi, kocok dan ambil sedikit untuk diperiksa dibawah mikroskop, dan bandingkan dengan standar. 6.8 Cemaran logam Cara uji cemaran logam sesuai SNI 01-2896-1998, Cara uji cemaran logam makanan. 6.9 Arsen Cara uji arsen sesuai SNI 01-4866-1998, Cara uji cemaran arsen dalam makanan. 6.10 Cemaran mikroba Cara uji cemaran mikroba sesuai SNI 19-2897-1992, Cara uji cemaran mikroba. 7 Syarat lulus uji Produk dinyatakan lulus uji, bila memenuhi persyaratan mutu seperti pada butir 4. 4 dari 10

8 Higiene Kopi harus diproduksi secara hygienis termasuk cara penyiapan dan penanganan yang mengacu pada peraturan Departemen Kesehatan RI yang berlaku tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan. 9 Pengemasan Produk dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. 10 Syarat penandaan Sesuai dengan peraturan Dep. Kes. R.I. No. 23 tahun 1992, tentang kesehatan serta PP No. 69 tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan dan atau revisinya. 5 dari 10

Lampiran A (normatif) Cara uji kafein A.1 Cara I A1.1 Acuan AOAC, Official Methods of Analysis (1990) 930.08. Caffeine in Roasted Coffee, Chromatographic-Spectrophotometric method. A1.2 Prinsip Analisa kuantitatif kafein dengan menggunakan kromatografi kolom, selanjutnya absorbance dibaca dengan menggunakan spektrofotometer. A.1.3 Peralatan a) timbangan analitik; b) labu ukur 50 ml; c) labu ukur 100 ml; d) labu ukur 250 ml; e) gelas piala; f) penangas air; g) kolom kromatografi. A.1.4 Pereaksi a) aquades; b) amonia; c) NaOH 2 N; d) selite 545; e) kloroform; f) wol kaca; g) ether; h) kafein (usp, anhidrat). A.1.5 A.1.5.1 Prosedur Pembuatan larutan standar a) Larutan kopi standar 10µg kafein /ml, 20 µg kafein /ml dan 30µg kafein /ml. b) Timbang dengan seksama 100mg kafein (USP, anhidrat) ke dalam labu ukur, larutkan dalam CHCl 3 dan tepatkan. 6 dari 10

c) Pipet 10 ml larutan tersebut diatas ke dalam labu ukur 100 ml encerkan dan tepatkan dengan CHCl 3. Selanjutnya pipet 10ml, 20ml dan 30ml larutan tersebut dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml, encerkan dan tepatkan dengan CHCl 3 untuk mendapatkan larutan standar 10µg kafein / ml, 20µg kafein / ml dan 30µg kafein / ml. A.1.5.2 Persiapan contoh a) Timbang secara seksama + 1g contoh kopi bubuk, masukkan kedalam gelas piala 100ml. b) Tambah 5 ml amonia (1 : 2), kemudian panasklan di atas penangas air selama 2 menit dan dinginkan. c) Setelah dingin pindahkan kedalam labu ukur 100ml dan tepatkan sampai tanda. d) Pipet 5 ml larutan tersebut dan campur dengan 6 g selite 545 (x). A.1.5.3 A.1.5.3.1 Persiapan kolom Kolom asam a) Tempatkan sumbat glas wol pada tabung ukuran 25 x 250ml. b) Tambahkan 3ml H 2 SO 4 4N pada 3,0g Selite 545, aduk dengan menggunakan spatula. c) Pindahkan ke dalam tabung dan padatkan dengan menggunakan tekanan agar didapatkan bentuk yang seragam. Letakkan gumpalan kecil glas wol diatas permukaan. A.1.5.3.2 Kolom basa a) Lapisan I - Tempatkan sumbat glas wol pada tabung ukuran 25 x 250ml. - Tambahkan 2ml NaOH 2N pada 3,0 g Selite 545, aduk dengan menggunakan spatula. - Pindahkan ke dalam tabung dan padatkan dengan menggunakan tekanan agar didapatkan bentuk yang seragam. Letakkan gumpalan kecil glas wol diatas permukaan. b) Lapisan II - Pindahkan + 2g contoh yang telah ditambah selite 545 (x) dengan menggunakan spatula. - Selanjutnya pindahkan sisa contoh (x) ke dalam tabung, bilas gelas piala dengan + 1g selite 545 dan padatkan dengan menggunakan tekanan agar didapatkan bentuk yang seragam. - Bilas gelas piala dengan gumpalan kecil glas wol dan letakkan diatas permukaan sampai menutup lapisan kolom basa. A.1.5.4 Penetapan a) Tempatkan kolom basa diatas kolom asam, lewatkan 150ml ether jenuh H 2 O melalui kolom basa ke kolom asam dan buang ether. Kemudian lewatkan 50 ml ether H 2 O melalui kolom asam dan buang ether jenuh tersebut. 7 dari 10

b) Tempatkan labu ukur 50 ml di bawah kolom asam, lewatkan 48 ml CHCl 3 jenuh H 2 O melalui kolom asam, cuci ujung kolom basa dengan CHCl 3 jenuh H 2 O, encerkan volume labu ukur sampai tanda dengan CHCl 3 jenuh H 2 O, campur dan baca absorbance pada panjang gelombang 276 nm sebagai blanko gunakan CHCl 3 jenuh H 2 O. c) Baca absorbance standar dengan menggunakan spktrofotometer pada panjang gelombang 276 nm. A.1.5.5 Perhitungan Hitung kadar kafein dengan menggunakan kurva kalibrasi atau persamaan regresi linier. A.2 Cara II A.2.1 Acuan AOAC, Official Method of Analysis: 16 th Edition Volume2: 1995 : Chapter 30 p.2 Caffeine in Roasted Coffee : Chapter 44p.4 Preparation & Use of Clariying Reagent A.2.2 Prinsip Analisa kuantitatif kafein secara kromatografi cair kinerja tinggi setelah kafein diekstrak dari contoh. A.2.3 Peralatan a) HPLC; b) timbangan analitik; c) pengaduk; d) corong kertas saring whatman no. 1; e) penangas air; f) vacuum filter (pore size : 0,45 µm, diameter 13 mm); g) membrane filter; h) gelas erlenmeyer 100 ml; i) gelas piala 100 ml; j) labu ukur 500 ml; k) labu ukur 250 ml; l) labu ukur 100 ml; m) labu ukur 50 ml; n) syringe dengan membrane filter ( pore size : 0,4 µm, diameter 13 mm); o) tabung reaksi; p) syringe 50 µl. A.2.4 Pereaksi a) Pb asetat; b) PbO; 8 dari 10

c) Aquadest; d) aquadest filter; e) standar kafein (merk); f) etanol absolute; g) metanol ( gradien grade for liquid chromatography). A.2.5 Persiapan aquades filter Aquadest difilter menggunakan vakum filter dengan membrane filter (pore size: 0,45 µm, diameter 47mm) A.2.6 Persiapan larutan induk a) Timbang seksama standar kafein 0,125g. b) Larutkan dengan ethanol absolut : aquadest filter ( 1 : 4 ) ke dalam labu ukur 250 ml dan tepatkan sampai pada garis. A.2.7 Persiapan larutan standar a) Pipet masing-masing 2ml, 5ml, dan 10ml larutan standar induk ke dalam labu ukur 50ml. b) Kemudian tambahkan dengan aquadest filter sampai tanda garis. A.2.8 Persiapan larutan Pb-asetat a) Timbang 115g Pb asetat dan 60g PbO. b) Larutkan dengan aquadest dalam labu ukur 500ml sampai semua PbO larut dan terbentuk larutan berwarna putih keruh. c) Tepatkan dengan aquadest sampai tanda garis. A.2.9 Persiapan larutan uji a) Timbang + 1g contoh kopi bubuk ke dalam erlenmeyer 100ml. b) Larutkan dengan + 40ml aquades, tambahkan 1ml Pb asetat. c) Panaskan dalam penangas air pada suhu 100 C selama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu kamar d) Pindahkan kedalam labu ukur 100ml dengan menggunakan corong dan bilas erlenmeyer dengan aquades minimal 3 kali, kemudian tepatkan sampai tanda garis, selanjutnya saring dengan kertas saring Whatman No. 1 ke dalam gelas piala 100ml. e) Pipet 10ml filtrat ke dalam labu ukur 50ml, tambahkan aquades sampai tanda garis. f) Kemudian saring filtrat dengan menggunakan syringe dengan membrane filter (pore size: 0,45 µm, diameter 13 mm) ke dalam tabung reaksi. A.2.10 Persiapan fase gerak ( mobile phase ) a) Solvent yang digunakan sebagai fase gerak (mobile phase) untuk pemeriksaan kadar kafein dengan alat HPLC adalah 70% aquadest filter dan 30% methanol (gradient grade for liquid chromatography). 9 dari 10

b) Solvent harus difilter terlebih dahulu menggunakan vakum filter dengan membrane filter (pore size : 0,45 µm, diameter 47 mm) sebelum digunakan untuk pemeriksaan. A.2.11 Prosedur Larutan standar maupun larutan uji masing-masing sebanyak 10 µl diinjeksikan dengan menggunakan syringe 50 µl ke alat HPLC, dimana kondisi alat HPLC pada saat analisa: Kolom (Column) : Hypersil ODS C 18,5 UM, 100 x 4,6mm Fase gerak (Mobil phase) : Aquadest filter; methanol ( 70% : 30% ) Kecepatan aliran ( Flow ) : 0,75ml/menit Temperatur : 35 C Detektor : VWD dengan UV 272 nm A.2.12 Pernyataan hasil Kadar kafein sampel diperoleh dari perbandingan kromatografi standar dengan kromatografi sampel yang diperoleh. 10 dari 10