ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur, lingkungan, pola pemeliharaan dan musim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan. Sampel yang digunakan berupa darah 100 ekor ayam buras yang diambil dari Bukit Jimbaran. Pengambilan darah dilakukan melalui vena pectoralis dan dibuat preparat ulas darah tipis. Preparat ulas darah difiksasi menggunakan metanol dan diwarnai menggunakan Giemsa 10%. Preparat ulas darah yang telah diwarnai ditetesi dengan minyak emersi dan diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Leucocytozoon sp. dan menghitung intensitas Leucocytozoon sp. per 100 sel darah merah. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan 31% sampel terinfeksi Leucocytozoon sp. dengan intensitas infeksi 1-3 parasit per 100 sel darah merah. Prevalensi infeksi berdasarkan jenis kelamin yaitu, ayam buras jantan sebesar 33,3% dan betina sebesar 30%. Prevalensi infeksi Leucocytozoon sp. tidak berbeda nyata (P>0,05) antara ayam buras jantan dan betina. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. i
ABSTRACT Leucocytozoonosis is one of the diseases that rarely caused the higher effect in farm industry. The case of Leucocytozoonosis determined by age, environtment, management system and season. The aim of this research is to understand the prevalence and intensity of Leucocytozoon sp. that infected chiken in Bukit Jimbaran, subdistrict Kuta Selatan. Total 100 chicken blood samples had taken from Bukit Jimbaran, subdistrict Kuta Selatan. Blood sample had been taken through pectoralis vein and had made thin blood smear. Thin blood smear fixationed with methanol and stained with Giemsa 10%. Thin blood smear was droped by emersion oil and examined with microscope to identify the presence of Leucocytozoon sp. infection and count the intensity of Leucocytozoon sp. in 100 red blood cells. Data were collected and analyzed by using descriptive method and chi-square. The result showed that 31% blood sample infected by Leucocytozoon sp. with infection intensity 1 3 parasite in 100 red blood cells. Prevalence of infection based on sex shows that Leucocytozoon sp. infection in male 33,3% and female 30%. There was no significant difference in prevalence of Leucocytozoon sp. infection between male and female chicken (P>0.05). Keyword: Prevalence, Intensity, Leucocytozoon sp. chicken, Bukit Jimbaran. ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam buras merupakan jenis ayam asli Indonesia yang banyak dipelihara oleh masyarakat. Penyebarannya hampir terdapat diseluruh wilayah Indonesia dan dapat dijumpai didaerah pedesaan maupun perkotaan. Salah satu wilayah penyebaran ayam buras di Indonesia adalah Provinsi Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, pada tahun 2013 populasi ayam buras di Provinsi Bali sebanyak 4.116.138 ekor yang tersebar disembilan kabupaten kota. Pada umumnya, dalam pemeliharaan ayam buras peternak masih menggunakan sistem tradisional dengan cara diumbar. Beberapa tahun terakhir banyak peternak yang telah menggunakan sistem modern dalam pemeliharaan ayam buras. Dalam menjalankan usaha peternakan ayam buras ternyata masih banyak masalah yang sering dialami oleh peternak. Masalah masalah tersebut antara lain penyakit, cekaman lingkungan (bencana alam, suhu ekstrim, kualitas lingkungan yang kurang baik) dan juga faktor pakan. Masalah yang sering menyebabkan kerugian yang berarti pada peternakan ayam buras adalah serangan penyakit (Melasari, 2015). Penyakit pada unggas umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit. Protozoa merupakan salah satu jenis parasit yang dapat menginfeksi darah dan saluran pencernaan pada unggas. Protozoa darah yang menyerang unggas adalah Leucocytozoon, Plasmodium dan Haemoproteus (Zajac dan Conboy, 2012). Infeksi protozoa darah pada unggas menyebabkan terjadinya malaria unggas (Bowman, 2014). Leucocytozoonosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Leucocytozoon sp. Penyakit ini juga disebut malaria like disease (Levine,1994). Menurut Soekardono dan Partosoedjono (1986) spesies Leucocytozoon yang menyerang ayam di Indonesia teridentifikasi adalah spesies Leucocytozoon caulleryi 1
dan Leucocytozoon sabrazesi. Leucocytozoonosis ditularkan oleh vektor lalat hitam (Simulium sp.) dan Culicoides sp. (Zajac dan Conboy, 2012). Infeksi pada unggas muda akan menimbulkan gejala berupa kelemahan, lesu, dyspnoea, dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam (Springer, 1997). Unggas dewasa yang terserang akan mengalami kelesuan, anemia, kepucatan, dan penurunan produksi (Permin dan Hensen, 1998). Gejala klinis yang muncul sangat tergantung pada intensitas atau jumlah Leucocytozoon sp. yang beredar pada sirkulasi darah (Tabbu, 2002). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Shutler et al., (1996) pada 972 sampel darah anak itik menemukan intensitas infeksi Leucocytozoon sp. berkisar antara 0 67 parasit per 1000 sel darah. Kejadian penyakit umumnya meningkat secara signifikan pada akhir tahun sampai pertengahan tahun. Hal ini ditengarai berkaitan erat dengan media dan lingkungan yang mendukung perkembangan vektor penyebarnya yaitu saat musim hujan. (Apsari et al., 2010) Bukit Jimbaran terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang memiliki ketinggian 28 sampai dengan 2.750 meter diatas permukaan laut dengan luas 101,13 km 2, temperatur sekitar 24 30 0 C, dan curah hujan rata rata 1.864 mm (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2014). Bukit Jimbaran digolongkan sebagai dataran tinggi kering dengan kondisi lingkungan yang gersang dan banyak ditumbuhi semak semak belukar. Kejadian Leucocytozoon sp. di Bukit Jimbaran khususnya, belum pernah dilaporkan tetapi secara umum kejadian Leucocytozoon sp. di Bali pernah dilaporkan oleh Apsari et al pada tahun 1999 dengan prevalensi pada ayam buras sebesar 53,58%. Prevalensi Leucocytozoon sp. pada itik di Bali sebesar 23,75% dan insidensi infeksi Leucocytozoon sp. di kabupaten Badung mencapai 50% (Apsari et al., 2004). Penelitian yang dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam menemukan prevalensi Leucocytozoon sp. pada ayam broiler sebesar 30% sedangkan pada itik sebesar 24% (Hanafiah et al., 2007). Penelitian pada ayam pedaging di kabupaten Bone tidak ditemukan adanya infeksi Leucocytozoon sp. (Melasari, 2015). Pemeriksaan pada 100 sampel ayam buras pada beberapa pasar tradisional di Kota Palangkaraya menunjukan prevalensi infeksi Leucocytozoon sp. sebesar 35% (Hadiputri, 2015). Berdasarkan dampak yang dapat ditimbulkan dan prevalensi serta insidensi infeksi Leucocytozoon sp. pada penelitian yang pernah lakukan pada ayam buras dan itik di Bali, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendeteksi keberadaan Leucocytozoon sp. pada ayam buras di
Bukit Jimbaran. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai prevalensi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Berapa prevalensi infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran? 2. Berapa intensitas infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prevalensi infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran. 2. Untuk mengetahui intensitas infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalensi dan intensitas infeksi Leucocytozoon sp. pada ayam buras di Bukit Jimbaran. Hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah, Balai Besar Veteriner, Pemangku kebijakan dan para peternak dalam melakukan tindakan pengendalian dan pencegahan penyakit Leucocytozoonosis.