BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang pesat. Salah satunya ditandai dengan kebijakan pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan, sedangkan perusahaan yang baru berdiri atau berkembang

BAB I PENDAHULUAN. para manager perusahaan Indonesia diharuskan untuk memberikan laporan. perusahaan-perusahaan Indonesia semakin terpuruk.

BAB I PENDAHULUAN. apalagi jika perusahaan tersebut sampai menutup usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang selalu berubah akhir-akhir ini telah mempengaruhi kegiatan dan

1 BAB I PENDAHULUAN. besar dirasakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam sektor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. (MEA) pada akhir tahun MEA atau AEC (ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. semakin kuat, cerdas dan semakin berisiko. Perluasan industri biasa dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang pesat. Perkembangan dan kemajuan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Indonesia sangat bergantung kepada ekonomi kapitalisme global

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

BAB I PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas, ada beberapa hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

MANFAAT RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB I PENDAHULUAN. besar. Di mana Subprime Mortage yang terjadi di Amerika Serikat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan harga. (KDPPLK-PSAK paragraf 07 tahun 2009). Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 Tahun 2009 Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin canggih menjadikan perusahaan berusaha akan tetap eksis dan

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

2015 PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

BAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan rasio pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan keuntungan (Meidera, 2013). Modal juga

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya masyarakat maupun investor mengukur sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau memenangkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik. perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di dunia saat ini semakin menunjukkan kemajuan yang pesat, ditandai dengan banyaknya aktifitas ekonomi dalam skala internasional. Di Indonesia sendiri, sekarang telah mengalami perkembangan perekonomian yang pesat. Salah satunya ditandai dengan kebijakan pemerintah yang telah memunculkan integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. MEA sendiri merupakan suatu integrasi yang luas, dimana tidak ada batasan wilayah dalam bidang perekonomian dan negara dapat masuk dengan bebas dalam persaingan pasar. Perusahaan-perusahaan di Indonesia tentunya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan dalam skala nasional hingga internasional. Oleh karena itu, agar dapat bersaing dan beroperasi dengan baik, suatu perusahaan perlu untuk memperhatikan segala aspek termasuk aspek keuangan. Dalam aspek keuangan ini manajer dapat melihat hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan yang akan dicapai perusahaan. Keuntungan tersebut berkaitan dengan laba yang akan diperoleh untuk kelangsungan hidup usahanya, sehingga perusahaan tentu akan menghindari kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam aspek keuangan atau bahkan kebangkrutan. 1

2 Saat ini Indonesia sedang menghadapi masa MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN. MEA merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-5 di Singapura pada tahun 1992 tersebut para Kepala Negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. Kemudian dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. (www.tarif.depkeu.go.id Januari 2016). Dampak dari MEA adalah terbentuknya pasar bebas dan di bidang permodalan, barang dan jasa serta tenaga kerja. MEA tentunya membawa berbagai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Salah satu sektor yang terpengaruh oleh MEA adalah sektor properti dimana akan adanya peningkatan sektor properti terkait dengan adanya MEA. Selain pengaruh MEA banyak faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia saat ini. Seperti yang kita ketahui sepanjang tahun 2015 telah terjadi pelemahan rupiah terhadap mata uang dolar Amerika (US) yang cukup tajam.hal ini berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat dan penurunan IHSG pada pasar modal Indonesia. Maka dari itu investor atau calon investor perlu melakukan peninjauan yang lebih teliti untuk menanamkan investasi kepada beberapa perusahaan. Pengetahuan tentang risiko merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap investor maupun calon investor.

3 Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang meningkat diatas Rp 11.000 (Dat 03 waspada Online, September 2013). Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (exchange rate) dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Sumber : (http://www.sahamok.com/grafik-usd-vs-idr-rupiah/) GAMBAR 1.1 NILAI TUKAR RUPIAH DAN DOLLAR US Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga cost of Goods Sold (COGS) pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung ganmdum untuk diolah jadi

4 beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service Coverage Ratio (DSCR).Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang dikategorikan suspend oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga pencatatan saham dihapus jika perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara financial maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka (Nur Firdaus, 2013).Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar modal diantaranya terlihat dibawah ini : TABEL 1.1 DAFTAR PERUSAHAAN DELISTING Nama perusahaan Tahun Keterangan PT Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008 Delisting karena kesulitan likuiditas Apexindopratama Duta Tbk. Delisting karena kesulitan Maret 2009 (Apex) likuiditas Siwani Makmur Tbk (SIMA) Januari 2011 Kondisi operasional dan keuangan yang memburuk Suryainti Permata Tbk (SIIP) Februari 2012 Delisting karena penyelesaian utang yang berlarut-larut PT Cipendawa Tbk (CPDW) 30 Juni 2013 Suspend PT Panca Wiratama Sakti Tbk (PWSI) 2013 Suspend PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) 2013 Suspend PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) 2013 Suspend PT Metro Batavia (Batavia Air) Januari 2013 Pailit alias Bangkrut PT Amstelco Indonesia Tbk Februari 2013 Suspend Indo Setu Bara Resources Tbk (CPDW) 2013 Suspend PT Amstelco Indonesia (INCF) 2013 Suspend (Sumber : data diolah dari www.sahamok.com/emiten/saham-delisiting)

5 Berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami krisis likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham, perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atas kesulitan likuiditas yang mengakibatkan financial distressmaka akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan. Perkembangan pasar modal merupakan salah satu indikator yang terus dipantau. Pemantauan terhadap pasar modal dilakukan selain karena pasar modal merupakan bagian dari sistem keuangan. Hal yang dipantau dari pasar modal antara lain adalah nilai transaksi dan volume transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah emiten, serta indeks harga saham gabungan (IHSG).Eugene F.Brigham dan Joel F.Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2010:190) Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk utang jangka menengah dan jangka panjang serta saham perseroan. Perusahaan bisa dide-listing dari Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress atau sedang mengalami kesulitan keuangan. Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami financial distress dimana jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, dimana ditunjukkan dengan semakin turunnya

6 kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur (Hanifah, 2013). Kebangkrutan ialah kondisi kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasiperusahaan untuk menghasilkan laba, sedangkan kesulitan keuangan (financial distress) adalah tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi (Platt dan Platt dalam Agusti,2013). Semua perusahaan perlu untuk melakukan prediksi financial distress, tidak terkecuali perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki jumlah paling banyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress antara lain dapatmempercepat tindakan guna mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan,pihak manajemen perusahaan dapat mengambil tindakan merger atau takeover agarperusahaan mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik,serta memberikan tanda peringatan dini atau awal terhadap terjadinya kebangkrutandi masa yang akan datang. Terdapat indikator kesulitan keuangan yang dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, sampai laporan keuangan perusahaan. Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan bisa bervariasi antara kesulitan likuiditas, dimana perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya hingga kesulitan solvabilitas, dimana kewajiban financial perusahaan sudah melebihi kekayaan perusahaan sehingga perusahaan tidak mampu untuk membayarnya.

7 Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Menurut Platt dan Platt (2002), menyatakan bahwa financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Brigham dan Daves (2003), kesulitan keuangan terjadi atas serangkaian kesalahan, pengambilan keputusan yang kurang tepat dan kelemahan-kelemahan yang saling berhubungan yang dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta kurangnya upaya pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Menurut Wruck (1990) financial distress merupakan suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang ataupun biaya bunga. Financial distress itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan financial distress yang paling ringan sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan financial distress yang paling berat (Brahmana, 2007). Adapun kesulitan keuangan jangka pendek yang biasanya bersifat sementara dan mungkin tidak begitu parah, jika tidak ditangani secepat mungkin akibatnya dapat berkembang menjadi kesulitan keuangan yang besar dan jika terjadi berlarut-larut, perusahaan bisa dilikuidasi ataupun direorganisasi. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap financial distress adalah financial ratios, dimana bisa dilihat di dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Adapun dalam hal ini financial ratios digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress. Menurut Aksoy dan Ugurlu (2006),

8 rasio keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya terjadi. Pada umumnya penelitian tentang kebangkrutan, kegagalan, maupun financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan sebagai prediksi dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Iramani, 2007). Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan, dimana informasi tersebut sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat oleh manajer perusahaan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh(altman, 1968) dalam penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan dapat bemanfaat untuk memprediksi kegagalan atau kebangkrutan suatu perusahaan dengan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar 94% dan 95% benar dalam penelitiannya. Model Altman ini dikenal dengan Z-Score, yaitu score yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan. Beberapa penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan antara lain adalah Brahmana (2007), Alifiah, et al (2012), Almilia dan Kritijadi (2003), dan Platt dan Platt (2002). Penelitian financial distress dan kebangkrutan perusahaan seperti yang telah dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) menggunakan sampel pada beberapa industri. Untuk mengontrol perbedaan industri maka digunakan industry normalizing ratios. Platt dan Platt (2002)

9 melakukan penyelidikan stabilitas dan kelengkapan model kebangkrutan berdasarkan industryrelative ratio yang dibandingkan dengan rasio tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya. Hasil dari penelitian Platt dan Platt (2002) memberikan bukti bahwa industry-relative ratio memiliki tingkat klasifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2012), menganalisis beberapa penyebab perusahaan mengalami financial distress dengan menggunakan financial ratio dan management capability sebagai prediktor. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2005-2010. Hasil penelitian menyatakan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif terhadap prediksi perusahaan yang sedang mengalami financial distress, sedangkan variabel-variabel yang lainnya seperti CR, TATO, CATO, ROE, ROA, WCTA, dan management capability mempunyai hubungan negatif dalam mempengaruhi prediksi financial distress di suatu perusahaan. Penelitian terhadap prediksi financial distress ini dilakukan dengan menguji pengaruh rasio keuangan. Menurut (Harahap, 2011) terdapat beberapa rasio yang sering digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan (Growth), penilaian pasar dan rasio produktivitas. Namun, dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio profitabilitas, leverage, sales growth, dan aktivitas.profitabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan aset, return on

10 asset (ROA), yaitu dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam memberlakukan suatu aset untuk memperoleh laba. Semakin besar tingkat perusahaan untuk memperoleh laba maka akan semakin kecil tingkat perusahaan mengalami financial distress. Adapun leverage adalah suatu rasio untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban perusahaan. Rasio leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak memiliki leverage maka perusahaan tersebut menggunakan modal sendiri sepenuhnya. Jadi, semakin besar tingkat perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutangnya maka perusahaan tersebut akan terhindar dari kondisi financial distress. Rasio sales growth digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan bisa mempertahankan posisi ekonominya dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualannya dari waktu ke waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka perusahaan tersebut telah berhasil dalam menjalankan strateginya dalam hal penjualan produk dan akan terhindar dari kondisi financial distress. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Dapat juga dikatakan bahwa aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Salah satu rasio yang dapat dipakai dalam mengukur aktivitas adalah inventory turnover. Semakin tinggi inventory turnover maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh keuntungan.

11 Jadi, semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengelola atau memanfaatkan sumberdayanya maka semakin kecil tingkat perusahaan mengalami kondisi financial distress. Terdapat banyak penelitian yang meneliti tentang prediksi financial distress. Namun, terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh (Rahmy, 2015)menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distrees. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Rasio leverage juga tidak menunjukkan kekonsistenan hasil dimana penelitian yang dilakukan oleh Mestiti (2015) bahwa leverage yang diukur dengan debt ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan dalam memprediksi financial distress, sedangkan penelitian Mas ud dan Srengga (2012) menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian Mestiti (2015), menunjukkan bahwa aktivitas yang diukur dengan Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi finansial distress, sedangkan Mas ud dan Srengga (2012) arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Hasil penelitian Rahmy (2015)sales growth tidak berpengaruh terhadap financial distress, sedangkan Mestiti (2015) menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan sales growth mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress.

12 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel independen yang digunakan yaitu profitabilitas, leverage, sales growthdan aktivitas. Peneliti mengambil variabel tersebut karena tidak menemukan adanya kekonsistenan dari hasil penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan dengan alasan karena peneliti ingin melihat hasil studi tentang kesulitan keuangan (financial distress) yang akan terus berkembang di masa yang akan datang. Penelitian ini difokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur karena perusahaan pada sektor ini mendominasi pasar modal di Indonesia, sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan terhadap semua perusahaan di Indonesia. Adanya ketidak konsistenan hasil dari penelitian terdahulu, maka peneliti ingin mengangkat kembali topik yang sama mengenai kondisi financial distress yang dipengaruhi beberapa variabel bebas. Oleh karena itu, penelitian ini diberijudul pengaruh profitabilitas, leverage, sales growth dan aktivitas terhadapfinancial distress perusahaan manufaktur periode 2013-2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 2. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015.

13 3. Apakah sales growth berpengaruh signifikan terhadap financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 4. Apakah aktivitas berpengaruh signifikan terhadap financial Distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menguji dan megukur pengaruh profitabilitas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 2. Menguji dan mengukur pengaruh leverage terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 3. Menguji dan mengukur pengaruh sales growth terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 4. Menguji dan mengukur pengaruh aktivitas terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Secara umum dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi peneliti diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kesulitan keuangan perusahaan (financial distress) dan dapat menjadi bekal bagi peneliti saat bekerja di perusahaan nantinya.

14 2. Bagi investor dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan investasi pada perusahaan dalam rangka menghindari kebangkrutan. 3. Bagi manajemen, penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan dari informasi yang dihasilkan. 4. Bagi akademisi, dapat digunakan untuk memperluas wacana dan untuk referensi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai rasio keuangan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress perusahaan. 5. Bagi STIE Perbanas Surabaya dapat menambah referensi dan koleksi karya tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa STIE Perbanas Surabaya. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori dan penelitian terdahulu sebagai acuan dasar teori dan analisis serta beberapa penelitian sebelumnya yang akan mendukung penelitian ini, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai gambaran populasi dan sampel yang digunakan dalam studi empiris, pengidentifikasian variabel-

15 variabel penelitian dan penjelasan mengenai cara pengukuran variabel-variabel tersebut. Selain itu juga dikemukakan teknik pemilihan data dan metodeanalisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN DATA Pada bab ini akan diuraikan penjelasan mengenai gambaran subyek penelitian yang digunakan beserta analisis data dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya.