BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa. Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar guna menyiapkan sumber daya manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai suatu tujuan. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas). Sehubungan dengan tujuan pendidikan tersebut, maka pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Upaya perbaikan mutu pendidikan dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup menyesuaikan diri dan berhasil di masa mendatang. Upaya yang telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia diantaranya adalah penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan. Pendidikan IPS menurut Somantri adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Sapriya, 2009: 11). Implementasi terhadap pembelajaran IPS di sekolah tidaklah sulit, hanya saja selalu berubah sesuai dengan keadaan masyarakat pada umumnya. IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD merupakan penghubung antara kehidupan akademis siswa dengan keseharian di lingkungan tempat tinggal mereka. Melalui IPS siswa dikenalkan 1
2 dengan lingkungan sosial sekelilingnya dimulai dari keluarga, sekolah, masyarakat desa, negara sampai pada masyarakat dunia. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Menurut Moh. Uzer Usman (Suryosubroto, 2011: 16) proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam PBM sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola PBM, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Pengamatan awal yang dilakukan selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan wawancara yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 November 2015 kepada siswa kelas V, pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Karangsari berlangsung dengan cara guru menyampaikan materi kepada siswa, kemudian siswa mengerjakan LKS dan mengerjakan tugas dari guru. Pada saat pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran ceramah, tanya jawab, dan penugasan sehingga kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar dalam pembelajaran IPS. Hal ini mengakibatkan sebagian besar siswa pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Kebiasaan bersikap pasif dalam pembelajaran mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang belum dipahami. Dalam pemberian tugas secara umum guru sudah memberikan umpan balik, yaitu dengan cara membahasnya bersama-sama dengan siswa. Namun, perlu ditingkatkan dalam pemberian penilaian tugas. Pemberian penilaian pada tugas siswa akan membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa didominasi oleh siswa yang pintar, dan yang kurang pintar sering kali merasa minder dalam pembelajaran. Saat diskusi kelompok di kelas V siswa yang pintar lebih dominan dalam mengerjakan tugas dan siswa yang kurang pintar hanya menggantungkan tugas kelompok pada siswa yang pintar. Selain itu pengelompokan di kelas V masih bersifat homogen baik dari
3 segi jenis kelamin maupun kemampuan akademik. Hal tersebut juga mengakibatkan adanya batasan kerjasama antar siswa. Siswa laki-laki hanya mau berkelompok dengan laki-laki saja dan sebaliknya siswa perempuan juga hanya mau berkelompok dengan perempuan saja. Berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester pertama, diketahui bahwa kegiatan proses belajar mengajar di SD N 2 Karangsari, Kebumen, Kebumen tahun ajaran 2015/2016 siswa kelas V, pada mata pelajaran IPS masih belum maksimal. Hal ini terbukti dengan rata-rata nila IPS yang hanya mencapai angka 55,2. Rata-rata tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang ditetapkan yaitu 65. Dari 25 siswa kelas V terdapat 16 siswa atau sebesar 64% dinyatakan belum tuntas dan untuk kriteria tuntas, yaitu siswa yang mendapatkan nilai 65 berjumlah 9 siswa atau sebesar 36 %. Data ini diperoleh dari daftar nilai hasil Ulangan Tengah Semester pertama (daftar nilai terlampir pada lampiran 1 halaman 146). Rendahnya perolehan hasil belajar IPS ini dikarenakan transfer ilmu kepada siswa belum dapat dilaksanakan secara maksimal, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal dan sulit memahami materi yang diterangkan guru. Hal inilah yang menyebabkan salah satu indikator hasil belajar yang diperoleh siswa tidak optimal. Dari hasil wawancara yang dilaksanakan dengan guru kelas, dapat dimaknai bahwa pada pembelajaran IPS bagi anak yang berkesulitan belajar sebaiknya lebih memperhatikan kesulitan apa yang dihadapi anak dalam pembelajaran IPS baik yang menuntut pemahaman, dan analisa sehingga anak dapat mengelompokkan point-point utama dalam materi IPS khususnya tentang Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Kesulitan belajar disini adalah kesulitan belajar yang dialami oleh masing- masing individu. Kesulitan belajar ini disebabkan siswa belum mampu menerima pesan dari pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Hal ini disebabkan guru hanya menggunakan media buku dalam menyampaikan materi atau pesan dalam pembelajaran, sehingga siswa jadi malas dan pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu sebaiknya guru perlu meningkatkan penggunaan media sesuai dengan karakteristik siswa yang berada pada usia 7-11 tahun. Anak-anak
4 usia kelas tinggi di SD mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya (Budiman : 46). Mereka berusaha bersaing untuk meraih prestasi sebaik-baiknya. Untuk mengatasi kondisi belajar tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang mempunyai fungsi ganda yaitu pembelajaran yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) mendorong siswa terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik. Sintak pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) mencakup tahapan-tahapan konkret dalam pelaksanaan program di ruang kelas. Secara garis besar sintak pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah; (1) tim; (2) tes penempatan; (3) materi; (4) belajar kelompok; (5) skor dan rekognisi; (6) kelompok pengajaran; (7) tes fakta. Penerapan tahapan-tahapan konkret tersebut akan membuat siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dalam belajar kelompok. Menurut Slavin (1984) ada beberapa manfaat model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang memungkinkannya memenuhi kriteria pembelajaran efektif, diantaranya adalah; (1) meminimalaisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin; (2) melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang heterogen; (3) memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasionalnya yang cukup sederhana; (4) memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang yang diberikan dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas; dan (5) memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap positif diantara mereka (Miftahul Huda : 2013). Selain model, media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran sebagai alat komunikasi juga berfungsi merangsang siswa untuk belajar. Menurut Azhar Arsyad (1996) Media pembelajaran adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Pesan tersebut adalah pesan dari pengirim (guru) ke penerima (siswa), sehingga dapat merancang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa,
5 sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman : 28). Penggunaan media berbasis visual mampu memberi kesan yang baik dalam bidang media pembelajaran. Media pembelajaran berbasis visual adalah media pembelajaran yang menyalurkan pesan lewat indra pandang atau penglihatan. Media visual dapat memberi informasi secara simbolis,dan memperjelas fakta dari suatu peristiwa, objek atau keadaan sehingga akan mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu agar penyampaian pesan dalam pembelajaran ini mudah diterima oleh siswa maka salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan penggunaan media berbasis visual. Media visual ini dirasa akan mampu membangkitkan keaktifan siswa. Mengacu pada hal tersebut, perlu adanya strategi yang tepat dalam pembelajaran IPS. Salah satu upaya guru untuk dapat memotivasi siswa agar terjadi peningkatan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi atau karakteristik siswa kelas V, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang dipadukan dengan penggunaan media visual. Dengan demikian diharapkan penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan penggunaan media visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS sehingga siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian kolaboratif dengan guru kelas V dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualisation (TAI) dengan Media Visual dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD N 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Apakah kendala dan solusi dalam penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan bertujuan untuk: 1. mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia untuk siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016. 2. mendeskripsikan peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajarn tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual untuk siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016. 3. mendeskripsikan kendala dan solusi dalam penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia untuk siswa kelas V SD Negeri 2 Karangsari Tahun Ajaran 2015/2016 7 D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Memberikan informasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual berupa gambar untuk meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (1984) yang mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat mendorong siswa terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Pembelajaran menyenangkan 2) Melatih siswa untuk bekerja kelompok. 3) Meningkatkan pembelajaran IPS tentang perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. b. Bagi Guru 1) Menambah wawasan guru tentang tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual berupa gambar. 2) Sebagai acuan guru untuk menambah variasi model pembelajaran inovatif yaitu tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual berupa gambar dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. 3) Melatih guru dalam mengajar kelompok-kelompok kecil c. Bagi Peneliti 1) Mengembangkan kemampuan peneliti mengenai penggunaan tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan media visual berupa gambar.
2) Menambah bekal pengetahuan peneliti sebagai calon guru dalam mengelola pembelajaran. 8