BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor Lapangan (On-Site Factors) Yang Mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas memiliki bermacam-macam arti, masing-masing. bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MENGENAI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR LAPANGAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA DAN KUALITAS KERJA TUKANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI YOGYAKARTA

`BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

BAB II LANDASAN TEORI. masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN UMUM PENELITIAN

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA OUTSOURCING/TENAGA KONTRAK YANG MEMPENGARUHI KINERJA WAKTU DALAM PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tersebut anatara lain manpower, material, machines, method, money.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono

Hariyono Seputro Youngky Pratama 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAN VARIABEL PRODUKTIVITAS PEKERJAAN FASADE KACA PADA BANGUNAN GEDUNG TINGGI PERKANTORAN DI KAWASAN KUNINGAN JAKARTA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengalaman kerja 5-10 tahun, 21 responden dengan pengalaman kerja > 10 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

ANALISIS WAKTU PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK APARTEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING PADA PEKERJAAN KOLOM DAN BALOK MEGA TRADE CENTER MANADO. Ronny Walangitan ABSTRAK

ANGKET / QUESTIONER ANGKET VARIABEL BEBAS (MONITORING X1) 7. Apakah Anda berada ditempat kerja selama jam waktu bekerja?

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

Kata kunci : harga satuan pekerjaan pasangan bata,sni, Work Study.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan proyek konstruksi di Kota Yogyakarta saat ini sangat

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.10 Oktober 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara hasil keluaran dan masukan (output dan input). Adapun berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. kontraktor adalah mendekati waktu penyelesaian proyek. lembur menurut tukang adalah Gaji atau upah pekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka akan memuat teori dan hasil penelitian penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki nilai mean tertinggi daripada faktor-faktor lainnya.

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PRODUKTIVITAS JUMLAH TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN PASANGAN BATA DENGAN METODE WORK STUDY

PETUNJUK PENGISIAN tanda ( ) Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah tanda ( = )

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu penyelesaian proyek bisa dipercepat dari kurun waktu normal dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, baik pembangunan dibidang struktur maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

ANALISA PRODUKTIFITAS PEKERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING: STUDI KASUS PADA PROYEK X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk dunia usaha, individu sebagai pelakunya sangat diharapkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1) Faktor-faktor yang dinyatakan menentukan kualitas pekerja proyek. dievaluasi dalam penelitian ini adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Factors Influencing Contractor Performance in Indonesia: A Study of Non Value-Adding Activities

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat yang telah mengalami beberapa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan tertentu yang harus

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang banyak menggunakan tenaga kerja. Kontribusi pekerja dalam merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah

Manajemen Pelaksanaan Pembangunan Konsolidasi Dam di Hilir Syphon Lemurung Kabupaten Kediri

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi biaya dan waktu, dalam pelaksanaan suatu proyek. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Teknik Sipil ITP Vol. 4 No.1 Januari 2017 ISSN:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pembangunan jalan baru yang sedang dilaksanakan di berbagai tempat,

BAB VIII DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA. Daftar Kuantitas dan Harga - 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS KERJA TUKANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI YOGYAKARTA. Oleh : IVAN EVANI NPM :

EFEKTIVITAS WAKTU KERJA KELOMPOK TUKANG

ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING: STUDI KASUS PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6

Pertemuan ke - 4 SUMBERDAYA MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan di dunia industri membuat setiap perusahaan harus memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII ASPEK PRODUKSI SYAFRIZAL HELMI

BABH TELAAH PUSTAKA. Sumber daya manusia menempati posisi yang amat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang terpenting pula. (Kusumadiantho, dalam Jurnal Universitas Pelita Harapan Volume i dan ii, 2000).

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan proyek pertama penyelesaian proyek menjadi lebih lambat dari jadwal tambahan waktu penyelesaian sebesar 138 hari

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Lapangan (On-Site Factors) Yang Mempengaruhi Produktivitas On-site berarti tempat dimana proyek konstruksi dilaksanakan, sehingga faktor-faktor yang diperhatikan adalah faktor-faktor dalam level proyek. Tukang sebagai pihak yang terlibat langsung dan sangat dekat dengan aktivitas-aktivitas dalam proyek adalah salah satu yang harus diperhatikan kinerjanya. Faktor-faktor on-site yang mempengaruhi produktivitas tukang di lapangan sangatlah penting untuk diidentifikasi dan dimengerti sebagai langkah awal untuk meningkatkan produktivitas dalam proyek konstruksi. ( Disadur Angky Hartanto dan Rudy Cahyono :2007 ) Dalam beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, terdapat sejumlah faktor-faktor lapangan yang mempengaruhi produktivitas tukang pada proyek konstruksi seperti yang terdapat pada Tabel 2.1. Faktor-faktor ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ini. Tabel 2.1 Faktor-Faktor Lapangan Yang Mempengaruhi Produktivitas No. Faktor-Faktor Lapangan Yang Mempengaruhi Produktivitas Sumber A B C D E F G H I J K L M 1 Motivasi para tukang 2 Kemampuan tukang 3 Keletihan 4 Kurangnya program intruksi

No. Faktor-Faktor Lapangan Yang Mempengaruhi Produktivitas Tabel 2.1 Tabel Lanjutan Sumber A B C D E F G H I J K L M 5 Peralatan yang dipakai sudah usang atau sering rusak 6 Cuaca buruk 7 Jam lembur Kurangnya pengakuan 8 atas hasil pekerjaan 9 Ketersediaan material 10 Ketersediaan peralatan 11 Ketersediaan peralatan pertukangan 12 Absen dan pergantian tukang 13 Datang terlambat, tapi pulang lebih awal Gangguan pada saat 14 melakukan pekerjaan (interferensi) 15 Kelompok tukang yang tidak seimbang(terlalu banyak/terlalu sedikit) 16 Kurangnya ruang untuk bekerja (overcrowded) 17 Kecelakaan kerja 18 Kondisi kerja yang kurang aman 19 Pemogokan/penghentian proyek 20 Kurangnya koordinasi antar kelompok kerja 21 Lokasi proyek yang jauh dari tempat tinggal tukang 22 Bermalas-malasan 23 Kerusakan pada bangunan 24 Desain yang salah

No. Faktor-Faktor Lapangan Yang Mempengaruhi Produktivitas Tabel 2.1 Tabel Lanjutan Sumber A B C D E F G H I J K L M 25 Desain yang rumit 26 27 28 29 30 31 32 Lingkup dan Desain yang berubah Kurangnya komunikasi antar tukang Kurangnya kontrol jadwal yang dilakukan manajemen Kurangnya perencanaan site Letak penyimpanan material yang terlalu jauh dari area kerja Prosedur permintaan material yang rumit Letak tempat istirahat dan toilet yang terlalu jauh dari area kerja Sumber : A. Adrian, 1987. B. Borcheding, 1976. C. Borcheding, Sebastian, and Samelson, 1980. D. Do, 1997.

E. Chang, and Ogunlana, 1998. F. Hinze, 1978. G. Hinze, Ugwu, and Hubbard, 1985. H. Kaming, Olomolaiye, Holt, and Harris, 1997b. I. Kaming, Olomolaiye, Holt, Kometa, and Harris, 1996. J. Maloney, 1983. K. Thomas, 1992. L. Thomas, and Napolitan, 1995. M. Thomas, and Raynar, 1997. ( Disadur Angky Hartanto dan Rudy Cahyono :2007 ) 2.1.1 Definisi Dari Faktor Lapangan Menurut Angky Hartanto dan Rudy Cahyono : 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tukang yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Motivasi para tukang Motivasi para tukang secara tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Maloney (1983) menyatakan bahwa pengaruh motivasi yang tinggi pada tukang dapat menghasilkan tingkat usaha yang lebih tinggi pula.

2. Kemampuan tukang Atribut-atribut dari tukang yang dapat mempengaruhi produktivitas antara lain : skill, kualifikasi, pelatihan dan pengalaman kerja, serta tenaga fisik maupun mental. Pengalaman yang kurang dari tukang baru biasanya menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan kerja yang lambat sehingga memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. 3. Keletihan Pernyataan bahwa jam lembur dapat mengurangi produktivitas proyek dikemukakan oleh beberapa orang (Thomas, 1992; Thomas dan Raynar, 1997). Hal ini dapat terjadi apabila jam lembur dikaitkan dengan faktor keletihan tukang. Dengan banyaknya jam kerja lembur akan mengakibatkan tukang mengalami kelelahan sehingga kerja yang dilakukan menjadi lambat. 4. Kurangnya program instruksi Mandor jarang memberikan pengarahan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh para tukang sebelum mereka bekerja sehingga para tukang tidak dapat bekerja dengan efektif.

5. Peralatan yang dipakai sudah usang atau sering rusak Peralatan yang kurang memadai sehingga tukang tidak dapat bekerja lebih cepat dan efisien. 6. Cuaca buruk Iklim yang terlalu dingin atau terlalu panas membuat para tukang tidak dapat bekerja maksimal. Juga jika terjadi hujan yang membuat pekerjaan terhenti untuk sementara. 7. Jam lembur Dilakukan untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek ataupun mengejar keterlambatan. Tetapi, jam lembur dapat menyebabkan keletihan karena penambahan jam kerja sehingga sering terjadi slow work. 8. Kurangnya pengakuan atas hasil pekerjaan Atasan tidak memberikan pujian atas hasil usaha keras tukang, kritikan terhadap tukang serta tidak adanya rekomendasi terhadap tukang yang berkemampuan. 9. Ketersediaan material Supplier terlambat atau salah mengirim material, kerusakan material, penyimpanan material yang kurang teratur serta transportasi material dari tempat penyimpanan jauh.

10. Ketersediaan peralatan Peralatan yang ada kurang memadai untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Sebagai contoh: jumlah molen yang kurang, jumlah truk untuk transportasi yang kurang. 11. Ketersediaan perlengkapan pertukangan Kurang lengkapnya perlengkapan seperti obeng, palu, cangkul yang mengakibatkan tukang tidak dapat bekerja dengan baik. 12. Absen dan pergantian tukang Hinze et al., (1985) membagi absen menjadi 2 macam, yaitu absen sukarela dan absen tidak sukarela. Absen sukarela yaitu absen yang terjadi ketika tukang sebenarnya mampu untuk bekerja tetapi karena beberapa alasan memutuskan untuk tidak bekerja. Sementara absen tidak sukarela adalah absen yang diakibatkan oleh cedera atau sakit. Business Roundtabel s menemukan beberapa alasan yang menyebabkan pergantian ini antara lain hubungan yang buruk dengan bos, pekerjaan yang lebih baik di tempat lain, manajemen yang buruk, perencanaan yang buruk, tekanan yang berlebih dan kurangnya peralatan. 13. Datang terlambat, tapi pulang lebih awal Perilaku tukang yang dapat mengurangi jam kerjanya. Hal ini dapat terjadi bila manajemen tidak melakukan pengawasan yang baik sehingga produktivitas tukang turun.

14. Gangguan pada saat melakukan pekerjaan (interferensi) Termasuk didalamnya supervisor sering menunda pemeriksaan terhadap kualitas maupun kuantitas hasil kerja tukang sehingga tukang harus menunggu untuk dapat melanjutkan aktivitas berikutnya dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa (pemeriksa kurang ahli). 15. Kelompok tukang yang tidak seimbang (terlalu banyak/terlalu sedikit) Tukang banyak namun yang dikerjakan sedikit atau komposisi tukang yang tidak sebanding. 16. Kurangnya ruang untuk bekerja (overcrowded) Tukang terganggu saat bekerja karena ada tukang lain yang bekerja pada area yang sama dengan pekerjaan yang berbeda. 17. Kecelakaan kerja Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang tidak direncanakan, tidak terkontrol, tidak disukai, dimana keadaan tersebut mengganggu fungsi normal seseorang atau kelompok dan mengakibatkan cedera atau hampir cedera (Anton, Thomas J., 1989). 18. Kondisi kerja yang kurang aman Pada dasarnya tukang bekerja pada kondisi yang berbahaya, misalnya pekerjaan pada galian dalam, pada tebing atau pada tempat yang tinggi.

19. Pemogokan/penghentian proyek Hal ini diakibatkan adanya force majeur berupa bencana alam atau adanya konflik antara tukang dan atasan sehingga proyek terhenti. 20. Kurangnya koordinasi antar kelompok kerja Tidak adanya kerjasama yang baik ketika bekerja dengan tim lain, misalnya antara tukang bekisting dan tukang pembesian. Tukang pembesian tidak dapat memulai pekerjaannya sebelum pekerja bekisting menyelesaikan pekerjaannya. 21. Lokasi proyek yang jauh dari tempat tinggal tukang Jarak proyek yang jauh membuat tukang bermalas-malasan untuk berangkat ke proyek setiap harinya. 22. Bermalas-malasan Merokok, minum, berbincang dengan tukang lainnya, telepon. 23. Kerusakan pada bangunan Kerusakan pada struktur bangunan karena terjadi bencana atau keteledoran pelaksana proyek sehingga menyebabkan rework. 24. Desain yang salah Hasil pekerjaan yang tidak sesuai harapan karena desain yang tidak benar sebagai akibat dari kurangnya perencanaan yang dilakukan.

25. Desain yang rumit Dapat menyebabkan salah interpretasi pada tukang sehingga salah dalam melakukan pekerjaan sehingga harus dilakukan pembongkaran kembali dan rework. 26. Lingkup dan Desain yang berubah Change order adalah perubahan permintaan dari lingkup dan desain pekerjaan yang asli. Change order yang mengakibatkan rework memberi dampak berupa keterlambatan dan gangguan pada proyek, seperti gangguan urutan pekerjaan, menurunnya motivasi para tukang. 27. Kurangnya komunikasi antar tukang Tidak adanya komunikasi (obrolan) pada saat bekerja sama sebagai satu tim, kurangnya informasi baik dari mandor maupun atasan. 28. Kurangnya kontrol jadwal yang dilakukan manajemen Pelaksanaan proyek yang lebih lambat daripada yang dijadwalkan karena kurangnya kontrol manajemen terhadap sumber daya material, alat, dan tukang. 29. Kurangnya perencanaan site Site layout harus direncanakan dengan baik sesuai dengan metode-metode dan urutan kerja yang digunakan dalam proyek sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan dengan baik dan lapangan proyek dapat dimaksimalkan sebaik mungkin. 30. Letak penyimpanan material yang terlalu jauh dari area kerja Tukang dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk berjalan dari tempatnya bekerja ke tempat penyimpanan material dan peralatan bila ternyata material dan peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia. 31. Prosedur permintaan material yang rumit Jam kerja tukang berkurang karena harus banyak berjalan untuk prosedur permintaan material ketika material yang dibutuhkan tidak tersedia. 32. Letak tempat istirahat dan toilet yang terlalu jauh dari area kerja Tukang jadi banyak membuang waktu untuk kembali bekerja setelah jam istirahat proyek selesai. 2.2 Teori Produktivitas Banyak pendapat yang menyampaikan pengertian dari produktivitas, beberapa adalah sebagai berikut ini (disadur Citra : 2012) : 1. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 ) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil ( jumlah barang dan jasa ) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya ) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.

2. Sedangkan George J. Washinis ( Rusli Syarif,1991: 1 ) memberi pendapat bahwa Produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna dan hasil guna. Daya guna menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam yang diperlukan untuk mengusahakan hasil tertertu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan. 3. Menurut profesor Luis Sabourin (Rusli Syarif,1991: 1) adalah Rumusan tradisional dari produktivitas total tidak lain adalah ratio dari apa yang dihasilkan terhadap saluran apa yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut. 4. Menurut Mukiyat ( 1998: 481 ) bahwa produktivitas kerja biasanya dinyatakan dengan suatu imbangan dari hasil kerja rata-rata dalam hubungannya dengan jam kerja rata-rata dari yang diberikan dengan proses tersebut. 5. Sedangkan konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (J. Ravianto,1986: 18): a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya. b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan

cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas. c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh. d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi. e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik. 2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Menurut Sukarna disadur Citra : 2012 produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut ini : 1. Motivasi untuk meraih prestasi kerja. 2. Upah kerja

3. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. 4. Kemampuan memimpin perusahaan. 5. Fasilitas kerja. Sedangkan untuk mengukur produktivitas kerja digunakan beberapa variabel sebagai berikut ini : 1. Kecepatan waktu bekerja 2. Penghematan waktu bekerja 3. Kedisiplinan bekerja 4. Tingkat absensi Di Indonesia, penelitian serupa dilakukan oleh Kaming pada tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu : 1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor : desain rekayasa, metoda konstruksi, urutan kerja dan pengukuran kerja. 2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor : perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja. 3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor : keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja dan partisipasi.

4. Faktor manusia, terdiri atas faktor : tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan dan hubungan kerja. 2.3 Teori Kualitas Menurut ISO 8402 dan ISO 9000 menyebutkan bahwa : kualitas adalah kombinasi dari karakteristik antara barang dan jasa sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kepuasan konsumennya. Banyak pendapat yang menyampaikan pengertian dari kualitas, beberapa adalah sebagai berikut ini : 1. Menurut Wungu dan Brotoharsojo (2003:57) bahwa Quality (kualitas) adalah segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan mutu atau kualitas hasil kerja dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka. 2. Menurut Elliot (1993) kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbedadan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan. 3. Menurut Juran (1962) kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Crosby (1979) kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability, dan cost effectivenes.

2.3.1 Pengertian Kualitas Kerja Kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Sedangkan menurut Wilson dan Heyel (1987:101) mengatakan bahwa Quality of work (kualitas kerja) menunjukkan sejauh mana mutu seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan, kelengkapan, dan kerapian. 2.3.2 Ciri-Ciri Kualitas Kerja Menurut Basu Swastha kualitas kerja mengacu pada sumber daya manusia, kualitas sumber daya manusia mengacu pada : 1. Ketepatan Dalam pelaksanaan pekerjaan, yang termasuk dalam ketepatan kerja adalah sebagai berikut ini : Ketepatan ukuran seperti panjang pemasangan sengkang. Ketepatan ketebalan seperti tebal plesteran sesuai dengan ukuran. 2. Kesempurnaan Dalam pelaksanaan pekerjaan yang termasuk dalam kesempurnaan kerja adalah kesesuaian hasil seperti dalam perencanaan.

Contoh : dinding yang rata dan tak bergelombang, pemasangan batu bata yang tegak. 3. Penampilan Meliputi kondisi tempat saat bekerja, apakah rapi atau tidak, tebuang siasia atau tidak. Contoh : pengecatan halus tidak tebal tipis dalam pengecatan.