BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien hospitalisasi (Abolhassani et al., 2006; Daneshmandi et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National Cancer Institute,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

Hasil Uji Validitas. Corrected Item- No. Total Correlation Penyataan (r hitung)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB V PEMBAHASAN. Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2013 pada Desember Dari 150

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

ANALISA DATA Tabel 3.10 Analisa data NO TGL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH. aorta Klien mengatakan mudah merasa lelah jika beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu hal yang paling menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk golongan tumbuhan. Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, rasa aman, dan cinta sangat penting untuk keberlangsungan hidup dan terwujudnya kesehatan optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi kebutuhan tersebut menjadi lima tingkatan piramida berdasarkan prioritas yang disebut dengan hirarki Maslow. Tingkat pertama merupakan tingkat paling dasar dari hirarki Maslow ini adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis menempati prioritas paling utama yang antara lain terdiri dari kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, seks, serta istirahat dan tidur (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dasar manusia yang berperan sebagai fungsi restorasi tubuh atau pemulihan tenaga dan stamina. Selain itu, saat seseorang tidur hormon pertumbuhan dan serotonin akan diproduksi serta pada saat seseorang tidur akan terjadi peningkatan aliran nutrisi ke dalam sel sehingga tubuh akan siap kembali untuk beraktivitas pada saat seseorang itu terbangun dari tidurnya (Daneshmandi et al., 2012). Ketidakteraturan pola tidur berkaitan erat dengan kesehatan, kesejahteraan, dan mortalitas seseorang (Daneshmandi et al., 2012). Ketika seseorang kekurangan tidur, tubuh akan terasa lemas, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, dan terjadi penurunan sistem imun (Kurniawati, Ibrahim, Nursiswati, 2012). Oleh karena itu, seseorang yang sedang terkena penyakit akan membutuhkan istirahat 1

2 dan tidur yang lebih banyak dibandingkan orang yang dalam keadaan sehat, karena salah satu hal yang mempengaruhi jumlah kebutuhan tidur seseorang ialah status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lei (2009) di China menunjukkan bahwa dari 397 pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit umum China, sebanyak 45,6% pasien melaporkan buruknya kualitas tidur mereka selama dirawat di rumah sakit/hospitalisasi dan sebanyak 57,4% pasien mengalami penurunan kualitas tidur setelah hospitalisasi. Hal tersebut membuktikan bahwa hospitalisasi membawa dampak yang cukup lama terhadap kondisi tidur seseorang, bahkan setelah seseorang tersebut melewati masa hospitalisasi. Ismaiwetri (2010) di Padang membuktikan bahwa sebanyak 55,6% (20 pasien) dari 36 pasien yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. M. Djamil mengalami gangguan tidur. Hasil studi pendahulan yang dilakukan di bangsal dewasa IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Januari 2014 menunjukkan bahwa pasien yang mengalami gangguan tidur adalah sebanyak 50% di Dahlia 4, 50% di Dahlia 2, 33,3% di Cendana 5, 30% di Cendana 3, dan 35% di Cendana 2. Mayoritas pasien mengeluhkan sering terbangun, tidur terganggu karena nyeri, penyakit yang diderita seperti sesak napas, tidak bisa tidur, kebisingan, dan sulit memulai tidur. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di bangsal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua perawat mengkaji kebutuhan tidur pasien dan ditemukan adanya indikasi masih minimnya tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur. Usaha yang biasa dilakukan oleh perawat di ruangan ini untuk mengatasi masalah gangguan tidur yaitu dengan mempertahankan

3 lingkungan rumah sakit yang tenang dan pemberian obat antinyeri. Selain itu, di rumah sakit tersebut belum tersedia panduan khusus mengenai penanganan gangguan tidur dimana panduan ini merupakan salah satu standar perawatan di rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan tipe A seperti RSUP Dr. Sardjito. Menurunnya jumlah waktu tidur adalah merupakan masalah yang biasa terjadi pada pasien hospitalisasi. Hospitalisasi secara signifikan dapat mengganggu pola tidur pasien. Akibat dari hal tersebut pasien akan mengalami gangguan tidur yang akan berdampak tidak hanya pada dirinya namun juga pada keluarga dan masyarakat (Daneshmandi et al., 2012). Sayangnya di dalam penelitiannya Daneshmandi tidak menyebutkan bentuk dampak tersebut. Gellerstedt et al. (2014) juga menuliskan bahwa mayoritas pasien rawat inap terganggu tidurnya dan mengalami penurunan kualitas tidur. Dampak lain dari gangguan tidur yang dialami oleh pasien adalah, pasien juga dapat mengalami penurunan kualitas hidup akibat gejala-gejala yang timbul dari penyakitnya, sehingga hal itu berdampak serupa terhadap kualitas tidur. Jika kualitas tidur dapat ditingkatkan maka gejala penyakit pasien juga akan membaik yang disertai dengan perbaikan kualitas hidupnya (Parish, 2009). Adanya tekanan pekerjaan, tuntutan keluarga, dan tekanan lainnya akan menjadi stresor tersendiri bagi pasien yang berdampak pada sulitnya individu untuk memulai tidur atau mempertahankan kondisi tidurnya (De Laune & Ladner, 2011). Selain itu, selain faktor fisiologis, psikologis, dan gaya hidup, lingkungan rumah sakit khususnya di ruang rawat inap yang sangat berbeda dengan lingkungan di rumah menjadi salah satu faktor yang dapat mengganggu tidur pasien (Potter et al.,

4 2011). Faktor lingkungan seperti suhu udara, bau, ventilasi, pencahayaan, dan kebisingan dapat dikurangi dengan tindakan memodifikasi lingkungan. Hal ini merupakan tindakan yang sangat tepat, namun hal ini tidak mudah dilakukan oleh perawat karena adanya kesulitan untuk mengontrol lingkungan misalnya memodifikasi sumber suara yang tidak diinginkan. Suasana ruangan yang gelap, sunyi, dan tenang merupakan tempat yang paling nyaman untuk tidur bagi siapapun. Situasi tersebut perlu diciptakan oleh perawat agar pasien dapat tidur dengan nyaman (Daneshmandi et al., 2012). Intervensi yang lebih memungkinkan untuk menciptakan situasi tersebut dapat dilakukan dengan penggunaan alat pasif yaitu eye mask (penutup mata) dan earplugs (penutup telinga). Sebelumnya kedua alat ini sudah dikenal dan biasa disediakan oleh maskapai penerbangan yang memiliki rute jarak jauh, dengan tujuan agar penumpang merasa lebih nyaman untuk beristirahat saat penerbangan. Eye mask merupakan suatu benda yang mampu melindungi mata dari pencahayaan yang terang dan earplugs adalah benda yang dapat melindungi telinga dari kebisingan lingkungan. Penelitian yang dilakukan Le Guen et al. (2013), menunjukkan bahwa kedua alat ini secara efektif membantu meningkatkan kualitas tidur pasien post operasi. Selain itu kelebihan alat ini antara lain adalah murah, sederhana, aman, dan dapat diterima dengan baik karena pasienlah yang memiliki kontrol terhadap alat ini sehingga akan meningkatkan perasaan self-control mereka. Berdasarkan uraian diatas serta masih kurangnya penelitian terkait yang dilakukan di Indonesia, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan eye mask dan

5 earplugs sebagai salah satu tindakan keperawatan yang berguna untuk meningkatkan kualitas tidur pasien dengan gangguan tidur yang menjalani rawat inap. B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh penggunaan eye mask dan earplugs terhadap kualitas tidur pada pasien yang mengalami gangguan tidur di RSUP Dr. Sardjito? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada penggunaan eye mask dan earplugs terhadap kualitas tidur pasien yang mengalami gangguan tidur di RSUP Dr. Sardjito 2. Tujuan khusus a. Mengetahui jenis gangguan tidur pada pasien di RSUP Dr. Sardjito b. Mengetahui pengaruh intervensi eye mask dan earplugs pada komponen kualitas tidur: kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat, dan disfungsi di siang hari D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam lingkup pelayanan kesehatan di rumah sakit yang lebih baik

6 2. Manfaat praktis a. Bagi perawat: Menjadi bukti ilmiah sebagai bahan pertimbangan dalam tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi pasien yang mengalami gangguan tidur. b. Bagi instansi/rumah sakit: Menjadi bukti ilmiah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dalam menangani pasien yang menjalani rawat inap. c. Bagi peneliti: Menjadi bukti ilmiah sebagai tambahan wawasan mengenai efektivitas penggunaan eye mask dan earplugs dalam meningkatkan kualitas tidur pasien rawat inap serta sebagai masukan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa dan pengembangan lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang sejenis pernah dilakukan oleh: 1. Hu et al., (2010) berjudul Effects of earplugs and eye masks on nocturnal sleep, melatonin and cortisol in a stimulated intensive care unit environment. Metode penelitian yang digunakan adalah repeated measures design. Penelitian ini dilakukan pada 14 responden di ruangan yang distimulasi seperti ICU kemudian diukur polysomnography dan sekresi hormon melatonin serta kortisol pada subjek. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan eye mask dan earplugs mampu memperbaiki tidur serta keseimbangan hormon pada responden pasien ICU yang terpapar suasana lingkungan yang bising dan pencahayaan yang buruk. Persamaan dari penelitian ini dengan yang akan

7 dilakukan oleh penulis yaitu pada variabel bebasnya yaitu penggunaan eye mask dan earplugs. Letak perbedaannya yaitu pada tempat, populasi dan sampel, metode penelitian, serta variabel terikatnya. 2. Le Guen et al., (2013) berjudul Earplugs and eye masks vs routine care prevent sleep impairment in post-anaesthesia care unit: a randomized study. Metode penelitian melibatkan 46 responden pasien PACU lalu secara acak pasien dipilih untuk tidur menggunakan atau tidak menggunakan eye mask dan earplugs saat malam pertama postoperasi. Kepada responden tersebut kemudian dilakukan pengukuran kualitas tidur dengan menggunakan Spiegel score and Medical Outcomes Study Sleep, pengkajian keperawatan, dan Actiwatch. Hasil penelitian menunjukkan kedua alat tersebut mampu memelihara kualitas tidur pasien secara signifikan. Persamaan penelitian Le Guen dengan milik peneliti yaitu pada variabel terikat dan variabel bebasnya. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada tempat, populasi dan sampel, serta metode yang digunakan.