BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Umum Masal Perkotaan. Jabodetabek. Jaringan. Rencana Umum.

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

BAB V ANALISIS TINGKAT KESIAPAN KOTA SURAKARTA TERHADAP DIMENSI MOBILITAS CERDAS

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Surat Pernyataan... Lembar Pengesahan Tugas Akhir... Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir...

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAWASAN TERPADU STASIUN PASAR SENEN

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN STASIUN TERPADU MANGGARAI JAKARTA SELATAN CONTEXTUAL ARCHITECTURE

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TERPADU PASAR SENEN

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berjalan Kaki Sebagai Moda Transportasi

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

PENGANTAR TRANSPORTASI

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. kota yang diminati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan semakin banyaknya

Peran Transportasi. (Studi Kasus: Stasiun KA Patukan, Gamping, Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

ELECTRONIC ROAD PRICING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan banyak munculnya perusahaan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Bab VI Simulasi Rancangan Kawasan TOD Dukuh Atas

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TOD

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dalam rangka menyelesaikan permasalahan Kota Administrasi Jakarta Pusat yang berupa peningkatan jumlah kendaraan pribadi, tingkat kemacetan, permasalahan guna lahan, dan juga penurunan kualitas lingkungan yang berdampak pada penurunan kualitas hidup, maka perencanaan kawasan dengan konsep Transit-Oriented Development (TOD) direkomendasikan untuk segera diaplikasikan. Hasil studi menyatakan bahwa Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki potensi pertumbuhan dan pembangunan yang pesat sehingga harus disegerakan penyelenggaraan kawasan TOD pada sejumlah titik seperti Kawasan TOD Dukuh Atas, Kawasan TOD Harmoni, Kawasan TOD Juanda, dan Kawasan TOD Senen. Pengembangan kawasan transit dengan konsep TOD di kawasan tersebut akan mendukung penyelesaian sejumlah masalah transportasi, lingkungan, ekonomi, dan guna lahan yang terjadi. Atas dasar hasil pengamatan lapangan pada tingkat kepentingan kawasan atas regional Kota Administrasi Jakarta Pusat, tingkat urgensi pada kompleksitas permasalahan, ragam jenis kegiatan yang ditawarkan kawasan, tingkat transit, dan jumlah pilihan moda serta peluang yang ada, maka prioritas rencana diberikan pada Kawasan TOD Senen. Permasalahan seperti peningkatan jumlah kendaraan pribadi, kemacetan, inefisiensi dalam pemanfaatan lahan hingga tidak adanya akses yang baik utamanya bagi pejalan kaki dan sepeda cukup menjadi concern dalam perencanaan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penyesuaian ragam teori yang disesuaikan dengan temuan lapangan untuk menentukan panduan perencanaan kawasan TOD yang tepat. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa penerapan 9 (sembilan) standar TOD yang merupakan hasil sintesis, sangat cocok digunakan sebagai panduan dalam perencanaan masing-masing kawasan TOD di Jakarta Puast. Perencanaan detil kawasan dapat diukur secara jelas melalui skor yang diberikan atas kondisi sebelum dan sesudah sehingga dalam pemberian rencana dapat diketahui besaran 158

pengaruh yang diberikan. Selain itu adanya peringkat membuat masing-masing kawasan untuk terpacu menciptakan kawasan TOD dengan peringkat yang paling baik. Dalam realisasi perencanaan Kawasan TOD Senen, kunci keberhasilan rencana terletak pada konsistensi pemerintah, developer, swasta, dan masyarakat untuk menyepakati prinsip-prinsip TOD dan kesembilan poin perwujudan kawasan TOD. Konsistensi ini dapat dimulai dengan menyetujui usulan rencana yang menekankan keterbukaan akses pada Kawasan TOD Senen terhadap ragam moda transportasi (utamanya transportasi umum), penciptaan kawasan yang ramah pejalan kaki, dan juga penguatan atas kegiatan ekonomi di Kawasan TOD Senen yang menciptakan kawasan transit di Senen ini menjadi sebuah tempat. Dengan demikian, atas ragam pertimbangan dari masalah, analisis poin standar dan juga strategi pengembangan, Kawasan TOD Senen direkomendasikan untuk dikembangkan dengan mengusung konsep besar Pengembangan Kawasan Urban Center TOD Senen yang Kompetitif sebagai Perwujudan Sistem Transportasi Berkelanjutan 2025. Konsep perencanaan ini ditawarkan sebagai jawaban atas ragam permasalahan dan hasil analisis komprehensif yang telah dilakukan penulis. Dengan mengedepankan penataan blok, penciptaan akses dan keterbukaan blok, dan penyediaan fasilitas pejalan kaki serta penguatan atas kegiatan dan ragam fungsi dan/atau guna lahan kawasan, maka rencana ini sesuai untuk segera direalisasikan. Perencanaan ini tentu saja akan menciptakan Kawasan TOD Senen yang baik yang mendukung terwujudnya sistem transportasi yang berkelanjutan dan dapat menopang kegiatan perkotaan yang juga berkelanjutan di Kota Administrasi Jakarta Pusat. 7.2 Rekomendasi Rekomendasi yang diberikan adalah rekomendasi atas kebijakan dan/atau perencanaan lain di luar dari yang telah diusulkan penulis. Harapannya, rekomendasi atas beberapa program dan/atau kebijakan ini dapat mendukung kesuksesan rencana. Adapun beberapa rekomendasi yang diberikan berupa: 159

1. Pembatasan jumlah kendaraan yang masuk ke dalam kawasan dengan pengaturan lalu lintas dan sirkulasi dalam kawasan perencanaan. Pembatasan ini diberlakukan untuk menekan jumlah kendaraan pribadi yang masuk dan keluar kawasan yang berpotensi menimbulkan kemacetan. 2. Pemberlakuan sistem zona merah parkir pada ruang pejalan kaki dan badan jalan dan penerbitan aturan parkir berkenaan dengan sanksi parkir di zona merah. 3. Penyusunan tarif parkir yang didasarkan pada pertimbangan harga sewa lahan sehingga dapat meninggikan tarif parkir yang akan berdampak pada pengurangan kendaraan pribadi. 4. Pengawalan kegiatan pedagang kaki lima di ruang pejalan kaki oleh petugas yang berwenang sehingga tidak muncul adanya PKL liar yang mengganggu akses utamanya akses berjalan pejalan kaki. 5. Peningkatan layanan transportasi umum oleh PT. Transportasi Jakarta dengan meningkatkan jumlah bus dan peningkatan frekuensi utamanya koridor yang melayani Kawasan TOD Senen. 6. Peningkatan layanan transportasi oleh PT. Kereta Api Indonesia terkait dengan frekuensi dan juga tujuan commuter line yang melayani Kawasan TOD Senen. 7. Peningkatan layanan transportasi untuk kenyamanan dan keamanan pengguna transportasi umum oleh semua pengusaha bus dan juga transportasi umum lain yang melayani mobilitas khususnya di Kawasan TOD Senen. 8. Penerapan dan pengembangan konsep Transit-Oriented Development yang disegerakan pada ketiga kawasan lain di Jakarta Pusat yang akan membantu menguraikan permasalahan transportasi, guna lahan, ekonomi, dan lingkungan di Kota Administrasi Jakarta Pusat. 7.3 Saran Saran perencanaan kawasan transit dengan penerapan konsep Transit- Oriented Development di Jakarta Pusat khususnya di Kawasan TOD Senen adalah sebagai berikut: 160

1. Saran untuk pemerintah Pemerintah sebagai pemegang kunci atas penataan kota dan kawasan dan pemegang kendali atas kebijakan, disarankan untuk mengambil sikap tegas dan berani dalam mengambil langkah dalam perencanaan TOD. Meskipun telah diamanatkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah DKI Jakarta 2030, perencanaan TOD yang dapat menyelesaikan masalah adalah rencana yang disegerakan perwujudannya dan memberikan banyak pengaruh atas pertumbuhan kawasan. Selebihnya diharapkan dalam perencanaan kawasan TOD, penekanan diberikan kepada prioritas pejalan kaki sehingga rencana TOD tidak sebatas menambah bangunan dengan dalih integrase tanpa mempertimbangkan pertumbuhan jumlah pejalan kaki dan penekanan jumlah kendaraan pribadi. 2. Saran untuk developer dan swasta Developer dan swasta menjadi bagian penting yang turut dalam penyuksesan realisasi rencana. Dukungan pihak swasta dan pengembang yang tidak hanya berorientasi pada kentungan semata juga sangat diharapkan. Kemanfaatan dari perencanaan sistem yang terkadang menjadi lebih esensial daripada desain cantik yang tidak memperhatikan aspek sosial masyarakat akan menjadi ganjalan dalam perwujudan kawasan TOD yang baik. Selain melihat peluang atas keuntungan yang akan didapatkan dari pertumbuhan suatu kawasan, dukungan pembiayaan atas penyediaan fasilitas umum dan fasilitas pejalan kaki yang secara langsung tidak berbuah keuntungan haruslah didukung dalam rangka penambahan nilai pada kawasan. Dengan dukungan yang demikian, baik pemerintah maupun swasta dan/atau developer dapat mendapatkan keuntungan dengan memberikan hal positif bagi masyarakat luas. 3. Saran untuk masyarakat Masyarakat adalah poin penting yang harusnya turut andil dalam keberhasilan rencana. Masyarakat adalah elemen penting dalam proses perencanaan, pembangunan, dan juga pengendalian yang mengawal kinerja pemerintah, swasta dan/atau developer. Masyarakat adalah pihak yang akan terkena dampak langsung dari rencana sehingga pandangan mereka atas rencana 161

dan segala kepentingannya yang bersinggungan dengan rencana perlu didengarkan dan dipertimbangkan. Selain itu, diharapkan masyarakat juga mulai berpikiran terbuka atas rencana yang menawarkan kebaikan dengan tidak memperhatikan keuntungan individu, keluarga, dan golongan saja. Masyarakat diharapkan memberikan dukungan penuh utamanya dalam perwujudan kawasan yang lebih teratur, tertata, dan minim kendaraan pribadi. Masyarakat diharapkan berkenan mengurangi ego dan turut dalam pembangunan kawasan yang lebih baik. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan pemahaman atas keuntungan dari nilai lingkungan yang lebih baik. Pemahaman atas segala manfaat dari perwujudan rencana juga menjadi sangat penting bagi masyarakat. 4. Saran untuk akademisi Dalam pengembangan rencana ini, pihak akademisi bertugas untuk mengawal terjadinya pembangunan. Studi terkait proses pembangunan hingga evaluasi atas keberhasilan rencana menjadi perlu untuk penciptaan kawasan TOD yang baik. Selain itu, pihak akademisi juga dapat menyempurnakan usulan rencana penulis dengan memberikan detil desain dari arahan dan rekomendasi rencana penulis. Lebih lanjut, perencanaan atas kawasan TOD lain di Jakarta Pusat juga sangat diperlukan untuk mendukung rencana ini sebagai sebuah sistem transportasi berkelanjutan yang mengurai permasalahan di Kota Administrasi Jakarta Pusat. 162