PENGARUH CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DAN NAUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii BL.)

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (Penulis Korespondensi,

KETAHANAN RUMPUT GOLF Cynodon dactylon (L) PERS PADA KONDISI SALIN DENGAN PENGGUNAAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA TANAMAN SELADA PADA KEADAAN AIR TANAH BERBEDA ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

PENDAHULUAN Latar Belakang

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

Amran Jaenudin* 1, Yora Erviani 2, dan Siti Wahyuni 3

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

SULISTIYOWATI A

SKRIPSI. Oleh : YULI SAGALA/ ILMU TANAH

Penggunaan spora cendawan mikoriza arbuskula sebagai inokulum untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

PENGARUH MACAM PUPUK KANDANG DAN INOKULASI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine Max L.) VARIETAS DETAM-1 DI TANAH REGOSOL

PENAMBAHAN MIKORIZA LOKAL RIAU UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN SEMAI MERANTI (Shorea spp.) PADA MEDIA GAMBUT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PERBAIKAN KETERSEDIAAN P DAN EFISIENSI SERAPAN P OLEH TANAMAN BAWANG PREI DENGAN PEMBERIAN ASAM-ASAM ORGANIK DAN CMA PADA TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PERTUMBUHAN Cassuarina equisetifolia BERMIKORIZA DALAM KONDISI CEKAMAN SALINITAS. Delvian dan Elfiati, D.

MIKORIZA & POHON JATI

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

Aulia. S. (Potential Time Applications Mycorrhizal and Trichoderma spp. in Peat Medium to Boost Growth Shorea leprosula Miq.

hasil pengamatan terhadap persentase infeksi mikoriza, setelah

EFEKTIFITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DENGAN PROVENAN JARAK PAGAR PADA CEKAMAN KEKERINGAN

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI MIKORIZA DAN ROCK PHOSPHATE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

Coressponding author : ABSTRACT

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU Aquilaria spp DENGAN PEMBERIAN MIKORIZA DAN MULSA PADA LAHAN TERBUKA DI TANAH ULTISOL

Volume 11 Nomor 2 September 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PANILI (Vanilla planifolia Andrews)

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

PENINGKATAN SERAPAN P TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) DI TANAH ANDISOL MELALUI PEMBERIAN TANAH LAPISAN ATAS HUTAN PINUS DAN PUPUK P

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Urea fertilizer and goat manure application for increasing N Total on Inceptisol Kuala Bekala and corn growth ( Zea mays L. )

APPLICATION OF DOSE MIKORIZA VESKULA ARBUSKULAR (MVA) AND TIME APPLICATION INCREASE CROP PRODUCTION CORN (Zea mays L.)

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN SP 18 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN PADA ANDOSOL

Pengaruh Aplikasi Cendawan Mikoriza dan Perlakuan Pemberian Air terhadap Peningkatan Kadar Asiatikosida Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Alusia Destia Sari *), Didik Hariyono dan Titin Sumarni

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

Pengaruh Pengayaan Oksigen dan Kalsium terhadap Pertumbuhan Akar dan Hasil Selada Keriting (Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Rakit Apung

TEST SOME DOSE OF Mycorrhizal BIOFERTILIZER ON THE GROWTH OF RUBBER (Hevea brasiliensis) MINI STUMP

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

EFEKTIVITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DENGAN PROVENAN JARAK PAGAR PADA CEKAMAN KEKERINGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PEMBERIAN MIKORIZA DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP PRODUKSI LEGUMINOSA PADA MEDIA TAILING LIAT DARI PASCA PENAMBANGAN TIMAH

Transkripsi:

ENGARUH CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DAN NAUNGAN TERHADA ERTUMBUHAN BIBIT KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii BL.) (The Effect of Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade to Growth of Cinnamon (Cinnamomum burmanii BL.) D e l v i a n Departemen Kehutanan Fakultas ertanian USU Jl. Tri Dharma Ujung No 1 Kampus USU Medan 20155 Telp. 061-8220605 Fax. 061-8201920 e-mail : dvilly6@yahoo.co.uk ABSTRACT Interaction between mycorrhizal inoculant dosage with level of shade was significantly affected of seedling growth of height, total dry weight matter, shoot root ratio, content, and degree of infected root by mycorrhizal. The usage of mycorrhizal inoculant dosage at 100 g per seedling which combined with level of shade 75 % gave the best for seedling growth of Cinnamon for six month old. Increasing level of shade 25 % to 75 % increased seedling growth of Cinnamon. Furthermore, seedling of Cinnamon that treated mycorrhizal inoculant dosage at 100 g per seedling was more significantly affected of seedling growth than 50 g per seedling. Key words: Mycorrhizae, Shade, Cinnamon, Dry weight matter, content. ABSTRAK Interaksi antara dosis inokulum mikoriza dan tingkat naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit, berat kering, rasio tajuk akar, serapan dan persentase akar terinfeksi. Dosis mikoriza 100 g/bibit dan tingkat naungan 75% memberikan pertumbuhan yang terbaik untuk bibit kayu manis. eningkatan naungan dari 25% sampai 75% mampu meningkat pertumbuhan bibit dengan baik. Kata kunci: Mikoriza, Naungan, Kayu Manis, Berat Kering, Serapan. ENDAHULUAN K endala utama dalam budidaya kayu manis adalah keberhasilan hidup bibit setelah pindah ke lapangan, terutama pada lahan-lahan marginal yang merupakan lahan yang masih potensial untuk pengembangan perkebunan. Untuk itu penyiapan bibit yang sehat dan baik mutlak diperlukan. Guna mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan beberapa cara, di antaranya adalah memodifikasi lingkungan tumbuh dan penggunaan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) yang banyak memberikan keuntungan bagi pertumbuhan bibit di persemaian dan setelah pindah ke lapangan. emanfaatan CMA dapat memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan daya hidup, kualitas dan laju pertumbuhan bibit yang baru dipindahkan ke lapangan (Abbott et al., 1992; Fakuara dan Setiadi, 1990). 28

engaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula... (Delvian) ertumbuhan tanaman yang bermikoriza relatif lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Hal ini disebabkan karena tanaman bermikoriza mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dan air lebih baik (Smith dan Read, 1997; Ruiz-Lozano dan Azcon, 1995). Hifa dari CMA dapat secara kimia merombak dan menyerap yang terfiksasi dengan bantuan enzim fosfatase yang dihasilkannya (Barea dan Aguilar, 1998). Selain itu CMA terbukti dapat mengekstrak Ca dan Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan bagian dari pupuk buatan (Marschner dan Dell, 1994). Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya dan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan CMA serta keberhasilan simbiosisnya dengan inang (Brundrett, 1991). Intensitas cahaya matahari yang tinggi akan meningkatkan suhu tanah, selanjutnya suhu tanah akan mempengaruhi kapasitas dan derajad perkembangan CMA dalam menginfeksi akar tanaman (Smith dan Read, 1997; Brundrett, 1991). Dari hasil penelitian Suhardi et al. (1998) diketahui bahwa pembentukan dan perkembangan cendawan mikoriza yang optimum terjadi pada suhu tanah 27-28 0 C. Cahaya dan suhu juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit di persemaian. Menurut Marschner (1995) intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan bibit tumbuh kerdil, daun kering dan gugur, bahkan dapat berakibat bibit mati. Sedangkan intensitas cahaya yang rendah atau kurang akan menimbulkan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan bibit serta menyebabkan etiolasi pada bibit (Marschner, 1995; Sitompul dan Guritno, 1995). METODE ENELITIAN ercobaan ini disusun secara faktorial dalam rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis CMA, yaitu 50 g per bibit (M1) dan 100 g per bibit (M2). Faktor kedua adalah tingkat naungan, yaitu naungan 25% (N1), naungan 50% (N2), naungan 75% (N3), dan naungan 100% (N4). Bahan naungan yang digunakan adalah bilah-bilah kayu dengan lebar 5 cm. Untuk mendapatkan tingkat naungan yang diinginkan maka jarak antar bilah kayu diatur dengan menggunakan rumus n I = ---------------- 100% n + r dimana I = intensitas cahaya (%) yang diinginkan; n = jarak antar bilah kayu (cm) dan r = lebar kayu (cm). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (uji F) pada taraf uji 5% dan dilanjutkan dengan Duncan s New Multiple Range test (DNMRT) pada taraf 5%. Adapun parameter yang diamati adalah (1) Tinggi bibit (cm), (2) Berat kering total bibit (cm), (3) Rasio tajuk akar, (4) Serapan bibit (mg/bibit), dan (6) persentase kolonisasi (%) Serapan = jaringan x berat kering anjang akar terkolonisasi ersentase kolonisasi = -------------------------------------- x 1005 29

Total panjang akar HASIL DAN EMBAHASAN HASIL Tinggi Bibit eningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 3,64 cm sedangkan pada tingkat naungan 100% hanya sebesar 1,40 cm. ada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan tinggi bibit akibat peningkatan dosis CMA berbeda tidak nyata. enggunaan naungan pada kedua dosis CMA mampu meningkatkan tinggi bibit. ada dosis CMA 50 g/bibit dan 100 g/bibit peningkatan naungan dari 25% sampai 75% menghasilkan peningkatan tinggi bibit masing-masing sebesar 3,61 cm dan 7,40 cm. enggunaan naungan 100% pada kedua dosis CMA hanya memberikan peningkatan sebesar 3,58 cm dan 5,13 cm seperti yang tampak pada Tabel 1. Tabel 1. engaruh interaksi antara dosis CMA dengan tingkat naungan terhadap tinggi (cm) bibit kayu manis 50 (M1) 30,58 c A 32,03 b A 34,19 a B 34,16 a B 100 (M2) 30,43 d A 32,41 c A 37,19 a A 35,56 b A Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti Berat Kering Total Bibit ada Tabel 2 tampak bahwa peningkatan naungan dari 25% menjadi 100% pada dosis CMA 50 g/bibit menghasilkan peningkatan berat kering total sebesar 0,405 g. Sedangkan pada dosis CMA 100 g/bibit peningkatan naungan dari 25% menjadi 75% meningkatkan bobot kering total sebesar 1,559 g dan turun menjadi 0,173 g pada tingkat naungan 100%. ada tingkat naungan yang sama peningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit mampu meningkatkan berat kering total bibit, meskipun peningkatannya tidak berbeda nyata. eningkatan terbesar terjadi pada tingkat naungan 75% (1,651 g) dan terendah pada tingkat naungan 1005 (0,189 g). Tabel 2. engaruh interaksi antara dosis CMA dengan tingkat naungan terhadap berat kering total (g) bibit kayu manis 50 (M1) 0,831 b A 1,373 a A 1,160 ab A 1,236 a A 30

engaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula... (Delvian) 100 (M2) 1,252 b A 1,601 b A 2,811 a A 1,425 b A Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti Rasio Tajuk Akar R asio tajuk akar bibit mening kat dengan meningkatnya naungan, dimana pada dosis CMA 50 g/bibit terjadi peningkatan sebesar 0,386 dengan meningkatnya naungan dari 25% menjadi 100%. ada dosis CMA 100 g/bibit peningkatan rasio tajuk akar terbesar yaitu 1,437 didapat pada tingkat naungan 75% dan turun menjadi 0,655 dengan peningkatan naungan sampai 100%. eningkatan dosis CMA pada tingkat naungan yang sama juga mampu meningkatkan rasio tajuk akar bibit. Rasio tajuk akar terbesar (3,131) diperoleh dengan dosis CMA 100 g/bibit pada tingkat naungan 75%, sedangkan terendah (1,691) pada dosis CMA 50 g/bibit dengan tingkat naungan 25% seperti yang tampak pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. engaruh interaksi antara dosis CMA dengan tingkat naungan terhadap rasio tajuk akar bibit kayu manis 50 (M1) 1,691 b A 1,952 ab A 2,008 ab A 2,077 a A 100 (M2) 1,694 c A 2,164 b A 3,131 a A 2,349 b A Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti Serapan Bibit sebesar 9,013 mg dan turun menjadi 2,551 mg dengan meningkatnya naungan erapan bibit meningkat menjadi 100%. S dengan meningkatnya naungan seperti yang tampak pada Tabel 4. ada dosis CMA 50 g/bibit terjadi peningkatan sebesar 2,83 mg dengan meningkatnya naungan dari 25% menjadi 75% dan turun menjadi 1,504 mg pada naungan 100%. ada dosis CMA 100 g/bibit peningkatan naungan 25 % menjadi 75% meningkatkan serapan eningkatan dosis CMA 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% menghasilkan peningkatan serapan sebesar 6,260 mg dan turun menjadi 1,123 mg pada naungan 100%. Sedangkan pada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan serapan yang dihasilkan tidak berbeda nyata. Tabel 4. engaruh interaksi antara dosis CMA dengan tingkat naungan terhadap serapan bibit (mg) bibit kayu manis 31

50 (M1) 0,513 c A 0,593 c A 3,343 a B 2,017 b B 100 (M2) 0,590 b A 2,807 b A 9,603 a A 3,140 b A Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti ersentase Kolonisasi Akar eningkatan naungan dari 25% sampai 100% dan penggunaan CMA pada dosis yang berbeda berpengaruh terhadap persentase kolonisasi akar. ersentase kolonisasi akar tertinggi diperoleh dengan dosis CMA sebesar 100 g/bibit pada tingkat naungan 75%, yaitu sebesar 37,19%. Sedangkan persentase kolonisasi akar terendah yaitu 30,43% dihasilkan dari perlakuan dosis CMA 100 g/bibit pada tingkat naungan 25%. Hasil selengkapnya sebagaimana yang terdapat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. engaruh interaksi antara dosis CMA dengan tingkat naungan terhadap persentase kolonisasi akar bibit kayu manis 50 (M1) 30,58 c B 32,03 b B 34,19 a AB 34,16 a AB 100 (M2) 30,43 d B 32,41 c B 37,19 a A 35,56 b A Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti EMBAHASAN B erdasarkan hasil yang diuraikan di atas terlihat bahwa pemberian CMA pada berbagai tingkat naungan meningkatkan pertumbuhan bibit kayu manis. Hal ini erat kaitannya dengan terjadinya perubahan lingkungan terutama iklim mikro sekitar bibit dengan adanya naungan. Di samping itu dengan bantuan CMA ketersediaan dan penyerapan unsur hara dan air di dalam tanah bagi pertumbuhan bibit juga meningkat. ada Tabel 1, 2, 3, 4, dan 5 tampak bahwa perlakuan tingkat naungan 75% dan dosis CMA 100 g/bibit adalah yang terbaik. ada kondisi tersebut bibit memperoleh intensitas cahaya yang tepat dan pasokan 32

engaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula... (Delvian) unsur hara yang cukup sehingga bibit mampu melakukan aktivitas metabolisme secara maksimal. eningkatan aktivitas pertumbuhan bibit tentunya akan meningkatkan berat kering bibit secara keseluruhan. Hal ini dapat dihubungkan dengan kemampuan akar bermikoriza untuk menyerap unsur hara dan air. Al- Karaki dan Clark (1998) melaporkan bahwa tanaman yang bermikoriza mempunyai berat kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza. Mikoriza tidak hanya meningkatkan berat kering tanaman tetapi juga sekaligus mempengaruhi rasio tajuk akar. Menurut Barea dan Aguilar (1998), peningkatan serapan hara dan translokasi selanjutnya ke bagian atas tanaman meningkatkan penggunaan fotosintat di bagian tajuk dan hanya sebagian kecil yang ditranslokasikan ke akar. Hal ini berhubungan dengan pengambilalihan sebagian besar fungsi akar dalam menyerap unsur hara dan air oleh mikoriza sehingga energi untuk pertumbuhan dan perkembangan akar dapat dikurangi. Akibatnya rasio tajuk akar biasanya lebih besar pada tanaman yang bermikoriza. Terjadinya peningkatan pertumbuhan bibit juga berhubungan erat dengan jumlah akar terinfeksi CMA. eningkatan persentase akar terinfeksi berhubungan dengan peningkatan dosis CMA yang diberikan. Dari penelitian Clark (1997) diketahui bahwa peningkatan jumlah inokulum mikoriza dapat meningkatkan jumlah akar terinfeksi. emanfaatan CMA dengan dosis yang lebih besar menyebabkan akar tanaman terinfeksi lebih awal dan lebih banyak sehingga pertumbuhan bibit bisa maksimum. roses infeksi CMA dipengaruhi suhu udara dan suhu tanah, dimana menurut Barea dan Aguilar (1998) kondisi cahaya yang optimal bagi perkembangan inang adalah perangsang terbaik bagi asosiasi CMA dengan inangnya. Dalam penelitian ini bibit tumbuh baik pada tingkat naungan 75% dengan kisaran suhu rata-rata 31,1-33,5 0 C. Dengan demikian berarti pada kondisi ini CMA juga dapat berkembang lebih baik. Sedangkan pada tingkat naungan yang lebih rendah diduga bibit mengalami tekanan suhu tinggi yang mengganggu proses metabolismenya. Menurut Djafaruddin (1987) kayu manis tumbuh baik pada suhu rata-rata minimum 18 0 C dan maksimum 32 0 C. erlakuan tingkat naungan 100% dimana suhu udara di bawah naungan adalah 28,9-30,2 0C juga berpengaruh kurang baik bagi pertumbuhan bibit dan perkembangan CMA. ada kondisi ini intensitas cahaya tampaknya merupakan faktor pembatas utama. Menurut Abbott et al. (1992), CMA sangat peka terhadap status kelembaban tanah dimana jika terjadi suhu rendah dengan tingkat kelembaban tanah yang tinggi akan mengganggu aktivitas mikoriza. Diduga ini karena terjadinya kekurangan oksigen sehingga aktivitas mikoriza dalam penyerapan hara dan air akan terhambat. Akibatnya proses metabolisme, seperti fotosintesis, akan terganggu dan fotosintat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta jaminan simbiosis antara akar dengan mikoriza juga berkurang. KESIMULAN enggunaan tingkat naungan 75% dan pemberian CMA dengan dosis 100 g/bibit mampu memberikan pertumbuhan bibit kayu manis yang terbaik. DAFTAR USTAKA Abbott LK, Robson AD, Jasper DA, dan Gazey C. 1992. What is the role of VA mycorrhizal hyphae in soil? Di Dalam : Read DJ, Lewis DH, Fitter 33

AH, dan Alexander IJ. (Eds). Mycorrhizas in ecosystems. CAB International. Cambridge. Hal. 406. Al-Karaki GN and Clark RB. 1998. Growth, Mineral Acquisition and Water Use by Mycorrhizal Wheat Grown Under Water Stress. J. lant Nutr. 21 : 263-276. Barea JM dan CA Aguilar. 1998. Mycorrhizas and Their Significances in Nodulating Nitrogen-Fixing lants. Advances in Agronomy. 46 : 1-54. Brundrett MC. 1991. Mycorrhizas in Natural Ecosystems. Adv. Ecol. Res. 21 : 171-313. Clark RB. 1997. Arbuscular Mycorrhizal Adaptation, Spore Germination, Root Colonization, and Hoast lant Growth and Mineral Acquisition at Low ph. lant and Soil 192 : 15-22. Djafaruddin. 1987. Bercocok Tanam Kayu Manis. Direktorat Jenderal erkebunan. Jakarta. Hal 98. Fakuara MY dan Y Setiadi. 1990. Aplikasi Mikroba dalam embangunan Hutan Tanaman Industri. Dalam EB hardiyanto (Ed.). rosiding seminar Bioteknologi Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Hal. 93-127. Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher lants. 2 nd. Academic ress. Harcourt Brace & Company, ublishers. London. San Diego. New York. Boston. Sydney. Tokyo. Toronto. 889 p. Marschner H dan Dell B. 1994. Nutrient Uptake in Mycorrhizal Symbiosis. lant and Soil. 159 : 89-102. Ruiz-Lozano JM dan Azcon R. 1995. Hyphal Contribution to Water Uptake in Mycorrhizal lants as Affected by Fungal Species and Water Status. hysiol lant. 95 : 472-478. Sitompul SM dan B Guritno. 1995. Analisis ertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University ress. Yogyakarta. Hal 178. Smith SE and Read DJ. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second edition. Academic ress. Harcourt Brace & Company ublisher. London. pp. 32-79. Suhardi, E farida, Iskandar E, dan S Rahayu. 1998. Mycorrhiza Formation and Growth of Shorea Leprosula After Charcoal and Rockphosphate in Bukit Suharto. roceeding of Yogyakarta Workshop. Bio-Refor. Japan. 34