HEALTH PROMOTION DI WILAYAH C DESA 8, 9, DAN 10

dokumen-dokumen yang mirip
JAMBAN SEPTIK TANK GANDA

PEMBUATAN JAMBAN KELUARGA

JAMBAN SISTEM LEHER ANGSA

KAKUS SOPA SANDAS 1. PENDAHULUAN

KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN

KAKUS VIETNAM 1. PENDAHULUAN

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN I

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENJERNIHAN AIR DENGAN MEDIA TUMBUHAN

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA I

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

KUESIONER PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia

BAK PENAMPUNGAN SUMBER AIR/ MATA AIR

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

MODUL STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

FIELD BOOK SANITATION LADDER (TANGGA SANITASI)

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

KUESIONER PENELITIAN

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

PEMBUATAN TOILET KERING

KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMBUATAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) SEDERHANA

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

Semi Permanen. Semi Permanen

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH FORMULIR INSPEKSI SANITASI : : : : : :

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

BAB. Kesehatan Lingkungan

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

ii. Tempat Penampungan Sampah Pengelolaan sampah di Pratistha Harsa dikelola oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Pengambilan sampah di

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

Sanitasi Penyedia Makanan

Transkripsi:

Makalah HEALTH PROMOTION DI WILAYAH C DESA 8, 9, DAN 10 Oleh: Fadliana Irma Yunita Galih Fatoni Iman Ruansa Dya Anggraeni Richard Dhaneswari Minerva Riani Kadir Vega Pirenea Siti Medissa NH Ria Mareza Anisah Meidina Pembimbing: dr. M. Zulkarnain, M.Med.Sc DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2008

I. PENDAHULUAN Air merupakan unsur utama bagi hidup kita di planet ini. Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas Bumi, yang meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan. Hampir separo penduduk dunia, hampir seluruhnya di negara-negara berkembang, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang tercemar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 2 miliar orang kini menyandang risiko menderita penyakit murus yang disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun. Sebagian besar penduduk bumi berada di negara-negara berkembang; kalau orang-orang ini harus mendapatkan sumber air yang layak, dan kalau mereka menginginkan ekonomi mereka berkembang dan berindustrialisasi, maka masalahmasalah yang kini ada harus disembuhkan. Namun bagaimanapun masalah persediaan air tidak dapat ditangani secara terpisah dari masalah lain. Buangan air yang tak layak dapat mencemari sumber air, dan sering kali tak teratasi. Ketidaksempurnaan dalam layanan pokok sistem saluran hujan yang kurang baik, pembuangan limbah padat yang jelek juga dapat menyebabkan hidup orang sengsara. Oleh karena itu, meskipun makalah ini memusatkan diri terutama pada air dan sanitasi, dalam jangka panjang akan sangat penting memikirkannya dari segi pengintegrasian layanan-layanan lingkungan ke dalam suatu paket pengelolaan air, sanitasi, saluran, dan limbah padat yang komprehensif. II. KEADAAN SOSIODEMOGRAFI Wilayah C yang terdapat pada Kabupaten Y Provinsi S meliputi areal seluas 10 ribu km 2. Secara administratif terdiri atas 3 desa yaitu: Desa 8 seluas 4 ribu km 2, Desa 9 dan Desa 10 masing-masing seluas 3 ribu km 2. Jumlah penduduk mencapai 3.000 jiwa yang tersebar merata di 3 Desa. Di daerah ini terdapat sungai N yang melintasi ketiga

desa yang berlokasi tidak jauh dari pemukiman dan menjadi sumber penghidupan penduduknya. Distribusi penduduk di wilayah C berdasarkan usia yang terbanyak berada pada kelompok 20-40 tahun (40%), sedangkan kelompok usia <20 tahun dan >40 tahun masing-masing 30%. Wilayah C yang terdapat pada Kabupaten Y Provinsi S meliputi areal seluas 10 ribu km 2. Secara administratif terdiri atas 3 desa, Desa 8 seluas 4 ribu km 2, Desa 9 dan Desa 10 seluas 3 ribu km 2. Jumlah penduduk mencapai 3.000 jiwa yang tersebar merata di 3 Desa.. Distribusi penduduk di wilayah C berdasarkan usia yang terbanyak berada pada kelompok 20-40 tahun (40%), sedangkan kelompok usia <20 tahun dan >40 tahun masing-masing 30%. Di daerah ini terdapat sungai N yang berlokasi tidak jauh dari pemukiman dan menjadi sumber penghidupan penduduknya. Gambar 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Pekerjaan penduduk di wilayah C terbanyak adalah sebagai nelayan (30%). Kemudian berturut-turut tidak bekerja (25%), pedagang dan buruh (15%), petani(10%) dan PNS(5%). Hal ini berpengaruh pada pendapatan perkapita yang di bawah rata-rata dan keadaan sosio ekonomi yang rendah. Pengaruh lain yang dapat diamati adalah rendahnya gizi balita yang ada di wilayah ini.

Gambar 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Kondisi perumahan penduduk kebanyakan berupa bedeng dengan sanitasi kurang baik. Dalam keseharian warga menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhannya, baik untuk air minum, memasak, maupun kebutuhan MCK. Dalam bidang penerangan daerah ini sudah terdapat fasilitas listrik. Di wilayah C memiliki 3 buah lembaga pendidikan dasar (SD negeri), dan 1 buah SLTP. Di bidang pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, seperti guru, buku, ruang kelas, ruang praktek dan perpustakaan, baik di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, masih perlu ditingkatkan. Menurut tingkat pendidikannya, penduduk di wilayah C terbagi dalam: 29% tidak dan belum pernah tamat Sekolah Dasar (SD), 29% tamat SD, 30% tamat Sekolah Menengah ' Tingkat Pertama (SMTP), 12% tamat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA). Gambar 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di daerah ini terdapat sebuah puskesmas, selain itu juga terdapat praktek bidan dan mantri. Namun bidang kesehatan masih memerlukan peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya setelah diteliti tingginya angka kejadian diare (5%) dan penyakit kulit, terutama dermatitis (8%) pada anak-anak. Sebagian besar kejadian diare terjadi pada balita di wilayah ini. Terlihat juga terdapat kaitan dengan sanitasi dan higiene serta gizi yang buruk di wilayah ini. Upaya untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat daerah C akan dilanjutkan. Sejalan dengan itu peningkatan penyuluhan dan penyediaan berbagai fasilitas pelayanan masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun di bidang sosial lainnya, diusahakan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mutu pendidikan dan keterampilan

penduduk ditingkatkan melalui berbagai kegiatan pelatihan dan peningkatan pendidikan formal yang diarahkan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan kesejahteraan di wilayah ini sehingga tingkat kesehatan meningkat. III. PERMASALAHAN III.1 Diagnosis epidemiologi Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, angka kejadian diare dan penyakit kulit pada penduduk Desa 8, 9, dan 10 menunjukkan angka yang cukup tinggi. Angka kejadian diare pada anak-anak sebesar 5% dan penyakit kulit sebesar 8%. Angka tersebut cukup meresahkan masyarakat sehingga penting menjadi perhatian tenaga kesehatan, pemerintah, tokoh masayarakat maupun masyarakat itu sendiri. Menurut data yang telah dihimpun, penyakit kulit yang banyak diderita oleh masyarakat penduduk desa mayoritas berupa Dermatitis. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penyakit kulit yang terjadi ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber air dalam melakukan kegiatan sehari-harinya seperti untuk mandi, mencuci pakaian dan alat-alat masak maupun alat-alat makan, serta buang air besar dan buang air kecil pun biasa mereka lakukan di sungai. Penyebab diare yang banyak terjadi pada anak-anak desa 8, 9 dan 10 ini juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yanng menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap sungai. Penduduk desa menggunakan sungai untuk keperluan MCK dan juga sebagai sumber air minum karena itu angka kejadian diare pada anak-anak penduduk desa ini cukup tinggi. III.2 Faktor Perilaku Permasalahan diare dan penyakit kulit yang banyak diderita oleh anak-anak di desa 8, 9, dan 10 sangat erat kaitannya dengan faktor perilaku dan lingkungan. Di bawah ini dijabarkan kedua faktor tersebut.

Tabel 1. Faktor perilaku dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadiaan diare dan penyakit kulit dermatitis. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Diare dan Perilaku: Penyakit kulit 1. Tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB dan sebelum makan. (dermatitis) 2. Membuang sampah di sungai 3. Pengetahuan tentang air bersih rendah 4. Penggunaan air sungai untuk minum, memasak, dan MCK Lingkungan: 1. Air sungai tercemar 2. Banyaknya vektor (lalat) Berdasarkan faktor-faktor di atas, berikut ini dikelompokkan berdasarkan seberapa penting faktor tersebut dan kemudahan dalam mengintervensinya. Tabel 2. Faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besar pengaruh dan kemudahan intervensi Important (+) (-) Easy (+) Tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB dan sebelum makan Pengetahuan tentang air bersih rendah Penggunaan air sungai untuk minum dan memasak Kurangnya kerjabakti masyarakat dalam membersihkan lingkungan

(-) MCK di sungai Air sungai tercemar Banyaknya vektor (lalat) III.3 Diagnosis sosial Diagnosis sosial yang dapat diangkat dari permasalahan di atas adalah: Kurangnya kesadaran akan kebersihan pribadi dan lingkungan Kurangnya pengetahuan tentang hidup bersih Kurangnya fasilitas air bersih Sosial ekonomi masyarakat yang rendah III.4 Faktor predisposing, enabling, dan reinforcing Predisposing Factors Kebiasaan, Kepercayaan, Tradisi, Pengetahuan, sikap, dsb Nonkesehatan Nonperilaku Kesejahteraan Kesehatan Pendidikan Kesehatan Enabling Factors ketersediaan fasilitas Ketercapaian fasilitas Perilaku Reinforcing Factors -sikap & perilaku petugas kesehatan, dll Predisposing factor adalah factor yang sudah ada/melekat pada diri individu yang kita didik. 1. Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan kurang 2. Tinggal di daerah dekat sungai 3. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sumber air bersih

4. Umur 5. Tingkat sosial dan ekonomi rendah Enabling factor adalah factor yang memungkinkan suatu perilaku itu terjadi 1. Tidak ada fasilitas MCK, air bersih dan pembuangan sampah 2. Gizi buruk Reinforcing factor adalah factor yang memperkuat atau mendorong perubahan perilaku 1. Dilaksanakan pertemuan dengan para petugas kesehatan dan perangkat desa untuk membentuk komitmen berperilaku hidup sehat. Dengan adanya komitmen, mereka dipaksa untuk konsisten berperilaku hidup sehat sebagai teladan bagi masyarakat desa. 2. Petugas kesehatan dan perangkat desa berperilaku hidup sehat dengan menggunakan fasilitas MCK yang baik, sumber air bersih, serta bersama masyarakat menggalakkan kegiatan pembersihan lingkungan. IV. HEALTH PROMOTION DAN HEALTH EDUCATION IV.1 Health promotion Mengingat begitu besarnya permasalahan di ketiga desa tersebut, maka perlu diupayakan sebuah promosi kesehatan guna memasyarakatkan perilaku dan kebiasaan hidup sehat bagi warga desa. Promosi kesahatan atau health promotion adalah kombinasi dari berbagai faktor pendidikan dan lingkungan yang mendukung berbagai perilaku dan kondisi kehidupan yang kondusif terhadap kesehatan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ketiga desa, maka dipilih health promotion berikut ini: Kerjabakti berkala. Pembangunan fasilitas MCK, penyaringan air, dan tempat penampungan sampah.

Pelatihan cara penggunaan dan pemeliharaan fasilitas MCK (septik tank ganda dan tempat penyaringan air) serta tempat penampungan sampah yang akan dibangun. IV.2 Health education Health education didefinisikan sebagai suatu prinsip dari individu atau kelompok masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan promosi, keterjagaan dan restorasi kesehatan, Tujuan health education adalah modifikasi perilaku masyarakat kearah positif dalam hal ini berperilaku hidup sehat. Health education yang dipilih bagi warga di ketiga desa yaitu: Memberikan informasi mengenai diare dan penyakit kulit dan cara mengenali gejala penyakit yang timbul sedini mungkin sehingga mencegah komplikasi. Penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, meliputi penggunaan air bersih, dan pengolahan sampah. Informasi diberikan melalui penyuluhan dan poster. Draft Penyuluhan Diare dan Penyakit Kulit - Mengenali tanda-tanda diare dan penyakit kulit - Penyebab dan pencegahan diare dan penyakit kulit - Penanganan dini diare dan penyakit kulit - Cara meningkatkan gizi balita Sanitasi Lingkungan Air bersih - Pengenalan sumber-sumber air bersih - Pentingnya penggunaan air bersih - Cara-cara mengolah air bersih Sampah - Akibat membuang sampah sembarangan - Cara pengolahan sampah yang tepat

Contoh poster mencuci tangan Contoh poster pengelolaan sampah Contoh poster oralit V. RENCANA KERJA

V.1 Tim Kerja Ketua Pelaksana Galih Fatoni (vepala Desa) Wakil Ketua Iman Ruansa (Kepala Puskesmas) Sekretaris Dya Anggraeni (Bidan Puskesmas) Bendahara Dhaneswari (Bidan Puskesmas) Koor. Pelaksana Desa 8 Irma Yunita Ria Mareza Richard Koor. Pelaksana Desa 9 Minerva Riani Vega Pirenea Siti Medissa Koor. Pelaksana Desa 10 Fadliana Anisah Meidina V.2 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan health promotion wilayah C dapat dilihat pada lampiran 1. V.3 Rencana Biaya

No Kegiatan Biaya Sumber Dana 1 Pembuatan proposal Rp. 50.000,- Dana bantuan dari dinas kesehatan kota 2 Pengadaan alat publikasi - Pembuatan selebaran - Pembuatan spanduk - Pembuatan poster - Pembuatan artikel Rp. 100.000,- Rp. 150.000,- Rp. 100.000,- Rp. 50.000,- 3 Pemasangan spanduk Rp. 200.000,- 4 Sewa gedung dan peralatan (kursi, Rp. 1.500.000,- sound system, LCD) 5 Penyuluhan - Materi penyuluhan - Honor tim pemberi penyuluhan - Transportasi Rp. 200.000,- Rp. 300.000,- Rp. 500.000,- 6 Dokumentasi Rp. 150.000,- 7 Keamanan Rp. 200.000,- 8 Pembuatan: - Jamban septik tank ganda: Setiap desa @ 3 jamban (3 desa) - Penyaringan air Setiap desa @ 2 bak Penyaring (3 desa) - Pengolahan sampah Setiap desa @ 1 bak (3 desa) Rp. 22.500.000,- Rp. 6.000.000,- Rp. 3.000.000,- Total biaya yang dibutuhkan Rp. 45.200.000,- Dana bantuan dari pemerintah/instansi swasta/tokoh masyarakat V.4 Rencana Pembuatan V.4.1 Pembuatan Jamban Septik Tank Ganda a. Pendahuluan Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sebagai berikut : 1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;

2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah; 3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain; 4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan; 5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah; 6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat. Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada : 1) Keadaan daerah datar atau lereng; 2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam; 3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur. Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan: 1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur. 2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lubang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir. 3) Mudah dan tidaknya memperoleh air. Ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas, yaitu : 1) kakus/jamban sistem cemplung atau galian 2) Jamban sistem leher angsa

3) Jamban septik tank ganda 4) Kakus Vietnam 5) Kakus sopa sandas b. Uraian Singkat Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk. Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali. c. Bahan 1) Batako/batu bata 2) Kayu/bambu 3) Papan atau bahan dinding 4) Pasir 5) Bahan atap (seng, genteng) 6) Semen 7) Pipa plastik/ pralon besar dan kecil 8) Batu kali dan kerikil 9) Kawat 10) Tali 11) Kloset atau mangkokan leher angsa. d. Peralatan 1) Cangkul/alat penggali

2) Alat pertukangan kayu dan batu e. Pembuatan 1) Pilih satu model bak penampung pada Gambar 1. Gambar 1. Model Bak Penampung 2) Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah seperti dalam Gambar 2. Gambar 2. Jarak Sumber Air dan Kakus 3) Bangunlah konstruksi seperti Gambar 3.

Gambar 3. Konstruksi Kakus 4) Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll) seperti Gambar 4. Gambar 4. Pengisian Bahan Proses 5) Buat penutup bak dan letakkan di atas bak seperti Gambar 5. Gambar 5. Penutup bak 6) Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran diubah melalui bak kontrol (Gambar 6).

Gambar 6. Jamban Siap Pakai 7) Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk (Gambar 7). Gambar 7. Pemanfaatan Kotoran f. Penggunaan 1) Tutup lubang pembuangan dibuka 2) Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar 3) Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya. g. Pemeliharaan 1) Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk menghindari dinding bak). 2) Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak. 3) Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau. h. Keuntungan

1) Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah 2) Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah 2 tahun) tanpa efek kesehatan. 3) Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur. 4) Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan, serangga, bau). i. Kerugian 1) Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal. 2) Relatif lebih mahal biaya konstruksinya. V.4.2 Penjernihan Air dengan Cara Penyaringan a. Pendahuluan Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain. b. Uraian Singkat Cara penjernihan air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak pada penyusunan drum atau bak pengendapan dan bak penyaringan, serta susunan lapisan bahan penyaring. c. Bahan 1) 10 (sepuluh) kg arang 2) 10 (sepuluh) kg ijuk 3) pasir beton halus 4) batu kerikil

5) 2 (dua) buah kran 1 inci 6) batu dengan garis tengah 2-3 cm d. Peralatan 1) 1 (satu) buah bak penampungan 2) 1 (satu) buah drum bekas e. Pembuatan 1) Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak penampungan. 2) Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm (lihat Gambar). Gambar 1. Penyaringan Air secara Fisis f. Penggunaan 1) Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran. 2) Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak penyaringan air. 3) Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih.

Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil. g. Pemeliharaan 1) Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering 2) Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering. 3) Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan dijemur sampai kering. 4) Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat, kemudian dijemur. h. Keuntungan 1) Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya: sungai, rawa, telaga, sawah dan sumur. 2) Cara ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil. i. Kerugian 1) Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu harus diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan. 2) Bahan penyaring harus sering diganti. 3) Air harus dimasak lebih dahulu sebelum diminum. V.4.3 Pengelolaan Sampah Disetiap desa direncanakan akan dibangun 3 tempat penampungan sampah dan setiap tempat penampungan terdiri dari 2 bak sampah. Sampah yang ditampung berupa limbah rumah tangga yaitu termasuk tinja, urin, dan sampah rumah tangga. Setelah satu bak penampungan penuh lalu bak ditutup dan dipakai bak penampungan lainnya.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Dengan mengelola sampah dengan baik maka pencemaran dapat dikurangi terutama sampah-sampah yang dibuang ke sungai dan dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan penyakit kulit. Pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos dapat memperbaiki komposisi tanah yang dapat berefek pada peningkatan hasil pertanian. Selain itu kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.