PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN PADA PD. BPR ROKAN HULU Sumiati Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian, Riau. Indonesia. Sumiati35@gmail.com ABSTRAK Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara (khususnya dibidang pembiayaan perekonomian). Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.tujuan penelitian ini adalan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan Bank PD. BPR Rokan Hulu tahun 20102012. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa Kinerja keuangan PD BPR Rokan Hulu periode 20102012 ditinjau dari aspek Likuiditas kurang sehat. PENDAHULUAN Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya. Kondisi keuangan bankbank tersebut dapat digunakan oleh pihakpihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehatihatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Bank Perkreditan Rakyat sebagai salah satu bentuk lembaga/ perbankan di Indonesia yang tidak luput dari masalahmasalah yang ditimbulkan dari adanya krisis ekonomi. BPR dituntut untuk tetap bertahan hidup dan berkembang didalam mencapai tujuannya. Untuk mencapai hasil operasionalnya yang memuaskan, salah satu cara untuk mengukur apakah dalam pengelolaan usaha BPR telah melakukan sesuai dengan asasasas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku, dapat dilihat dari tingkat kesehatan keuangan bank BPR yang bersangkutan. Tingkat kesehatan keuangan bank bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melaksanakan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi suatu kewajiban dengan caracara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Bank Menurut Taswan (2010 : 6) bank adalah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yangkelebihan dana kemudian menempatkannyamelalui penjualan jasakeuangan yang pada gilirannyadapat meningkatkan kesejahteraanrakyat banyak. 2. Tingkat Kesehatan Bank a. Pengertian dan Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank Menurut Triandaru dan Totok (2006 : 35), menyebutkan bahwa pengertian kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan 1
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Sedangkan menurut Taswan (2010 : 509) tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Penilaian terhadap faktorfaktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktorfaktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian tingkat kesehatan perbankan pada prinsipnya merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya. Informasi mengenai suatu bank dapat digunakan oleh pihak pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehatihatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan beberapa aspek ketentuan dengan kriteria yang ditetapkan dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, yang belum disertai dengan kesadaran untuk benarbenar sehat secara utuh. Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, dipergunakan sebagai bahan untuk menilai, menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank agar bank bank dapat dikelola menjadi bankbank yang layak dan sehat untuk terus berkembang dalam dunia perbankan. b. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Metodologi penilaian kesehatan BPR saat ini mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 perihal Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR. Sumber penilaian tingkat kesehatan BPR berasal dari laporan bulanan dan tahunan, laporan Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK) dan manajemen BPR tersebut. Tingkat kesehatan BPR dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu BPR, yang meliputi aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas (CAMEL) serta mempertimbangkan faktorfaktor yang lain yang dapat menurunkan dan menggugurkan tingkat kesehatan bank. Nilai kredit gabungan akan menghasilkan predikat penilaian tingkat kesehatan yaitu : Tabel 2.1. Predikat Penilaian Kesehatan BPR Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank Predikat Nilai Kredit 81 100 Sehat 66 < 81 Cukup sehat 51 < 66 Kurang sehat Kurang dari 51 Tidak sehat 2
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan pihak lain, window dressing dalam pembukuan dan laporan bank, praktek bank dalam bank, kesulitan keuangan yang mengakibatkan tidak mampu memenuhi kewajiban dan jika terjadi praktek perbankan yang menyimpang. PEMBAHASAN TAHUN 2012 1. Rasio Likuiditas 1. Current Ratio /Rasio Lancar 0,17 Artinya : utang lancar satu rupiah dijamin dengan 0,17 aktiva lancer. CR 0,17 kurang bagus (kurang sehat) 2. Quick Test Ratio (Rasio Uji Cepat) 0,17 Artinya : utang lancar satu rupiah dijamin dengan 0,17 aktiva lancer yang cepat diuangkan. QTR0,17 kurang sehat 3. Net Working Capital (Modal kerja Bersih) 0,83 Artinya : NWC 0,83 bahwa bank tidak efisien dalam mengelola sumber sumber keuangan 4. Defensive Interval Ratio 487 Artinya : bank bisa beroperasi selama 487 hari tanpa adanya arus kas dari pihak eksrenal. DIR 487 bagus (sehat) namun biaya penyusutan tidak dihitung. Jika biaya penyusutan ada maka hasilnya bisa lain 2. Rasio Solvabilitas 1. Debt To Asset Ratio (DAR) 1,05 Artinya : Nilai DAR 1,05 menunjukkan bahwa aktiva yang didanai dari utang sebesar 105%. 2. Debt To Equity Ratio (DER) 2,71 Artinya : Nilai DER menunjukkan bahwa sangat tinggi pedanaan perusahaan dari utang (bukan pemilik perusahaan) 3
3. Equity Multiplier (EM) 2,59 Artinya : Nilai EM 2,59 menunjukkan bahwa porsi dalam pembiayaan aktiva yang berasal dari utang sangat besar 4. Interest Coverage (IC) 0,22 Artinya : Nilai IC 0,22 menunjukkan bahwa laba yang tersedia untuk membayar biaya bung adalah 0,22 kali dari jumlah biaya bunga yang harus dibayar 3. Rasio Profitabilitas 1. Gross Profit Margin (GPM) 0,74 Artinya :Nilai GPM 0,74 menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah pendapatan bunga, bank memperoleh laba kotor sebesar 0,74. 2. Net Profit Margin (NPM) 0,29 Artinya :Nilai NPM 0,29 menunjukkanbahwa untuk setiap 100 rupiah pendapatan bunga, bank memperoleh laba bersih sebesar 29 rupiah. 3. Return On Asset (ROA) 0,04 Artinya :Nilai ROA 0,04menunjukkan bahwa untuk setiap 100 rupiah aktiva yang dimiliki bank, maka bank memperoleh laba bersih sebesar 4 rupiah. 4. Return On Equity (ROE) 0,11 Artinya : Nilai ROE 0,11 menunjukkan bahwa untuk setiap 100 rupiah modal dari pemilik perusahaan, maka perusahaan memberikan kembalian 11 rupiah. 5. Produtivity Ratio (PR) 0,17 Artinya : Nilai PR 0,17 menunjukkan bahwa dengan aktiva 100 rupiah, maka bank memperoleh pendapatan dari bunga sebesar 17 rupiah. 4. Rasio Aktivitas a) Receivable Turn Over (RTO) 0,62 Artinya :Nilai RTO 0,62 menunjukkan bahwa bank mampu mengkonversi piutang(antar bank 4
aktiva) menjadi kas sebanyak 0,62 kali b) Ratarata Penerima Piutang 589 Artinya: RPP 589 menunjuk kan bahwa jangka waktu untuk mengubah piutang menjai kas memerlukan waktu selama selama 589 hari c) Total Asset Turn Over (TATO) 0,17 Artinya : Nilai TATO 0,17 menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah aktiva maka bank menghasilkan 0,17 rupiah pendapatan. PENUTUP Berdasarkan pembahasan mengenai analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada PD BPR Rokan Hulu periode 20102013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kinerja keuangan PD BPR Rokan Hulu periode 20102012 ditinjau dari aspek Likuiditas. Nilai rasio ini pada tahun 2010 adalah sebesar 0,28, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 0,43 dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 0,17. Ini menandakan bahwa rasio ini kurang sehat. 2. Kinerja keuangan PD BPR Rokan Hulu secara keseluruhan periode 20102012. Dilihat dari Rasio Solvabilitas bahwa aktiva didanai utang rata rata 93,33%. DAFTAR PUSTAKA Analisa Laporan Keuangan Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Pada Bank BPR Klaten. Fitri Rowaida. 2011 Bank Indonesia. Surat Edaran BI No. 11/I3/PBI/2009 Batas Maksimum Pemberian kredit BPR. 2009. Bank Indonesia. Surat Edaran BI No. 13/I/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 2011. Booklet Perbankan Indonesia Tahun 2012. Herman Damawi. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Julius R. Latumaerissa. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat. Kasmir. 2010. Dasar Dasar Perbankan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan PD. BPR Rokan Hulu 2010. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan PD. BPR Rokan Hulu 2011. Laporan Keuangan Publikasi Triwulan PD. BPR Rokan Hulu 2012. Lukman Dendawijaya. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia. S. Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty. Peraturan Bank Indonesia.Nomor 8/26/PBI/2006, Tentang Bank Perkreditan Rakyat. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta. 5
Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : AlfaBeta. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, edisi II. Jakarta : Salemba Empat. 2006. 6