BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih kulit, anti penuaan dini dan anti kerut. Aktivitas antioksidan dan penghambatan enzim tirosinase dari vitamin C, mengakibatkan peningkatkan kemampuan peremajaan sel, mencerahkan dan memutihkan kulit (Collven dan Pinnell, 1996). Vitamin C berperan sebagai kofaktor esensial bagi enzim lisil hidroksilase dan enzim propil hidroksilase, enzim tersebut diperlukan dalam proses biosintesis kolagen tipe I dan tipe III. Simulasi dan peningkatan sintesis kolagen dapat membantu untuk meningkatkan elastisistas kulit (Ochiai et al., 2006). Askorbil palmitat merupakan salah satu turunan dari vitamin C dengan kepolaran yang rendah (Silva dan Campos, 2000). Kendala dalam membuat sediaan vitamin C topikal adalah rendahnya penetrasi ke dalam kulit. Askorbil palmitat memiliki kemampuan menembus kulit yang lebih baik dibandingkan dengan vitamin C (Kogan dan Garti, 2006). Problem utama sediaan dengan vitamin C maupun turunannya adalah stabilitasnya, terutama degradasi dengan jalur oksidasi. Cara untuk mengatasi degradasi oksidasi adalah esklusi oksigen dalam proses produksi, penggunaan wadah yang tidak tembus oksigen, enkapsulasi, membuat sediaan pada ph rendah, meminimalkan jumlah air dalam formulasi, dan penambahan antioksidan lain dalam formulasi. 1
2 Berbagai formulasi sediaan topikal telah banyak digunakan dan dikembangkan sebagai alternatif yang efisien dan praktis dalam sistem penghantaran obat. Salah satunya dengan mengembangkan formulasi sediaan topikal mikroemulsi. Kelebihan mikroemulsi sebagai sediaan topikal antara lain bersifat stabil secara termodinamika, jernih, transparan. Penggunaan mikroemulsi tidak hanya pada pembuatan yang mudah dan biayanya murah tetapi sediaan topikal mikroemulsi dapat meningkatkan kecepatan permeasi obat (Terjarla, 1999). Tipe mikroemulsi secara signifikan mempengaruhi stabilitas mikroemulsi (Spiclin et al., 2001). Proses pembuatan mikroemulsi dikenal dengan dua jenis, yaitu tehnik high energy dan low energy (Tirnaksiz et al., 2010). Proses pembuatan dari kedua jenis ini berbeda, pada proses high energy digunakan alat yang dapat memperkecil ukuran droplet dari mikroemulsi tanpa memperhatikan konsentrasi surfaktan yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan yang dapat membentuk ukuran globul mikroemulsi. Proses low energy adalah proses menrunkan ukuran globul emulsi dengan cara menrunkan tegangan permukaan dari fase dispersi dan terdispersi dengan mengoptimalkan konsentrasi surfaktan maupun menggunakan surfaktan gabungan. Myers (2006) menyatakan surfaktan gabungan dapat meningkatkan stabilitas dari globul dan terbentuknya ukuran globul yang lebih kecil dibandingkan dengan emulsi biasa karena surfaktan gabungan ini dapat menurunkan tegangan permukaan dari globul emulsi. Surfaktan gabungan dapat dikombinasi antra tween 80 dan lesitin. Lesitin mempunyai sifat yang sangat lipofilik sehingga lesitin tidak mampu membentuk emulsi yang isotropic antara air dan minyak tanpa adanya surfaktan yang lain, lesitin memiliki karakteristik membentuk lapisan film yang kaku (Radomska dan Wojciechowska, 2005).
3 Penambahan surfaktan non ionik yaitu tween 80 dapat meningkatkan sifat lipofilik dari lesitin sehingga dapat menurunkan lapisan film interfasial dan dapat membentuk sediaan mikroemulsi (Jufri et al.,2006). Tipe mikroemulsi M/A sebagai suatu sistem pembawa dapat meminimalisir terjadinya reaksi oksidasi dari askorbil palmitat. Tipe mikroemulsi M/A memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan tipe A/M, dikarenkan fase minyak mampu melindungi zat aktif askorbil palmitat yang berada pada fase minyak, medium dispersi dapat menghalangi oksigen berinteraksi dengan zat aktif (Spiclin et al., 2001). Perlu dilakukan penelitian askorbil palmitat untuk memperbaiki stabilitas dan transpor, dengan membuat formulasi sediaan mikroemulsi tipe M/A, mikroemulsi memiliki karakteristik ukuran globul yang lebih kecil, memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga memiliki kesetimbangan termodinamika yang lebih baik dibandingkan dengan emulsi biasa, sediaan mikroemulsi juga dapat meningkatkan transpor obat melewati kulit (Kweon et al., 2004). Hasil dari penelitian diharapkan dapat memperoleh data stabiltas fisik dan kimia dari askorbil palmitat, selaian itu juga dapat melihat profil transpor melewati kulit dengan membran buatan yang menyerupai lapisan kulit, membran buatan tersebut adalah membran yang terimpregnasi dengan isopropil miristat (Dias et al., 1999). Data stabilitas fisik, kimia dan transport melewati membran impregnasi isopropil miristat dari askorbil palmitat diharapkan dapat menjadi data pendukung dalam proses pengembangan formulasi sediaan topikal dengan bahan aktif askorbil palmitat.
4 B. Perumusan Masalah Berdasar pada latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan 1. Apakah mikroemulsi dapat terbentuk dari kombinasi surfaktan tween 80 dan lesitin? 2. Bagaimana stabilitas fisik askorbil palmitat dalam mikoemulsi dengan tipe 3. Bagaimana stabilitas kimia askorbil palmitat dalam mikoemulsi dengan tipe 4. Bagaimana pelepasan askorbil palmitat dalam mikroemulsi? 5. Bagaimana askorbil palmitat dalam mikroemulsi dapat melewati membran terimpregnasi isopropil miristat? C. Keaslian Penelitian Pada penelitian ini dilakukan penelitian tentang stabilitas dan difusi sediaan mikroemulsi askorbil palmitat, dari penelusuran pustaka, belum pernah dilakukan penelitian mikroemulsi sediaan askorbil palmitat dengan surfaktan tween 80 dan lesitin, dan profil transpor melewati membran yang terimpregnasi isopropilmiristat, adapun penelitian yang sudah dilakukan dan tekait dengan penelitian ini dapat dilihat dalam publikasi Polona et al., (2003), yang mempublikasikan bahwa askorbil palmitat dalam sediaan mikroemulsi dapat mencegah efek radikal bebas yang diinduksi oleh sinar ultraviolet. Splicin et al., (2001) mempublikasikan stabilitas askorbil palmitat dalam sediaan mikroemulsi topikal, dengan melihat pengaruh tipe M/A dan A/M terhadap stabilitas sediaan askorbil palmitat. Kristl et al., (2003)
5 memaparkan efek dari penambahan suatu pembawa koloid terhadap stabilitas askorbil palmitat. Dalam penelitian ini, sebagai pembeda dari penelitian yang telah dilakukan adalah formula penyusun dari sediaan yang lebih murah dan mudah didapat. Pada penelitian sebelumnya digunakan surfaktan yang relatif lebih mahal dan sulit didapatkan. Pada penelitian ini komponen penyususn formula mikroemulsi menggunakan surfaktan gabungan tween 80 dan lesitin yang relatif murah dan mudah didapat, kemudian melihat stabiltas askorbil palmitat pada sistem mikroemulsi dengan menggunakan surfaktan gabungan tersebut berserta transpor dan pelepasannya. D. Faedah yang diharapkan Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan sediaan mikroemulsi sebagai salah satu sistem penghantaran kosmetik yang baik, stabil dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam permeasi kulit dari askorbil palmitat sebagai bahan aktif obat, isopropil miristat sebagai fase minyak, propilenglikol sebagai kosurfaktan dan lesitin dengan tween 80 sebagai surfaktan. Mampu menciptakan sediaan kosmetik yang memiliki stabilitas tinggi dan ukuran droplet yang berkisar antara 10-100 nm diharapkan dapat mempercepat permeasi mikroemulsi ke dalam kulit dengan membran impregnasi isopropil miristat sebagai model, sehingga, dapat meningkatkan efektivitas dari askorbil palmitat.
6 E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahuai stabilitas fisik, kimia dan transpor sediaan mikroemulsi askorbil palmitat sehingga dapat memberikan alternatif sistem penghantaran transdermal dalam bentuk sediaan mikroemulsi topikal. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui mikroemulsi dapat terbentuk dari kombinasi surfaktan tween 80 dan lesitin? b. Mengetahui stabilitas fisik askorbil palmitat dalam mikroemulsi dengan tipe c. Mengetahui stabilitas kimia askorbil palmitat dalam mikroemulsi dengan tipe d. Mengetahui pelepasan askorbil palmitat dalam mikroemulsi? e. Mengetahui askorbil palmitat dalam mikroemulsi dapat melewati membran terimpregnasi isopropil miristat?