BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pondasi merupakan bagian dari struktur bawah kontruksi yang memiliki

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

METODE PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN BEKISTING PRECAST UNTUK PILECAP DAN TIE BEAM DI PT. PP (Persero) Tbk PADA PROYEK GEDUNG LANDMARK JAKARTA.

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang sedang dihadapi masyarakat di Provinsi Sumatera

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mengikuti kegiatan Kerja Praktek pada Pembangunan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat menuntut adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

Perencanaan Pondasi Jembatan dan Perbaikan Tanah untuk Oprit Jembatan Overpass Mungkung di Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono STA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PENGANTAR PONDASI DALAM

Struktur dan Konstruksi II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada suatu lokasi

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

LOKASI BH 140 (35+782)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB I PENDAHULUAN. pondasi pada bangunan gedung, jalan dan konstruksi-konstruksi lainnya, sehingga

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan taraf pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

III - 1 BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dampak pada perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dengan trend

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur bangunan yang


BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB I PENDAHULUAN. beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas :

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kembang susut yang relatif tinggi dan mempunyai penurunan yang besar.

BAB III METODE PELAKSANAAN

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

LAPORAN TUGAS AKHIR Perencanaan Box Culvert Untuk Penanganan Kerusakan Jembatan Citepus Pada Ruas Jalan Padjadjaran Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam kurun waktu kurang lebih 11 tahun setelah terjadi krisis moneter

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak,

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambar- gambar yang akan menjadi acuan dalam perancangan,. Berikut adalah gambar dan

SUB STUKTUR PONDASI, RETAINING WALL, DAN BASEMENT

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM 3.2. METODE PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR TUJUH LANTAI DI PONTIANAK. Arikris Siboro 1), M. Yusuf 2), Aryanto 2) Abstrak

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah ilmu pengetahuan mengenai penerapan teknologi struktur. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan struktur yang makin lama semakin canggih dengan bantuan teknologi yang selalu berkembang. Dimana salah satu perkembangan teknologi yang paling berkembang adalah teknologi beton precast. Hal ini berbanding lurus dengan adanya peningkatan yang pesat dalam penggunaan teknologi precast. Akan tetapi, penggunaan teknologi precast tersebut harus didukung dengan perencanaan yang matang untuk menghasilkan produk yang optimal dan tepat guna sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam aturan struktur gedung bertingkat sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI) yang telah di tetapkan. Proyek pembangunan Gedung Kantor Landmark Jakarta ini merupakan salah satu gedung bertingkat dengan konsep superblok. yang terdiri dari 3 tingkat lantai dibawah permukaan tanah atau yang lebih dikenal dengan lantai basement, dan 15 tingkat diatas permukaan tanah. Dengan ketinggian per lantai basement 4,2 meter dan per lantai menara/tower adalah 3,2 meter. Luas lantai per lantai basement sekitar 25.626,67 m2 atau 26,6 ha sedangkan luas rata-rata per lantai menara/tower yaitu 3.500 m2 atau 3,5 ha. Gedung terdiri dari 4 tower dan 1 lantai podium yang terletak pada lantai dasar seluas lantai basement. Proyek Landmark Jakarta dibangun di daerah Pluit Jakarta Utara, tepatnya di jalan Pluit Selatan Raya. Secara umum, kondisi tanah permukaan di Jakarta Utara adalah berupa tanah endapan lempung sangat lunak dan berlumpur. Disamping itu lokasi proyek juga terletak berdekatan dengan waduk pluit yang hanya mempunyai jarak selebar ruas jalan sekitar 9 meter. Adanya pekerjaan lantai basement tentunya akan ada pekerjaan penggalian tanah yang merupakan langkah awal berdirinya sebuah bangunan gedung. Pada tanah galian untuk basement dapat dilakukan dengan beberapa metode tergantung kondisi tanah, geometri galian dan terutama kondisi lapangan dalam arti luas area yang tersedia dan I-1

bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, peranan penyelidikan tanah menjadi sangat menentukan dalam membuat keputusan tentang metode yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui gambaran mengenai susunan tanah, sifat fisik, besarnya daya dukung tanah dan ketebalan tiap lapisan tanah serta kedalaman muka air tanah di lapangan. Maka dari itu, dilokasi rencana proyek telah dilakukan Pekerjaan Penyelidikan Tanah dengan metode Penyondiran (Dutch Cone Penetration Test/DCPT). Dari data hasil penyelidikan tanah yang sudah dilakukan, perencanaan gedung pun menyesuaikan dengan kondisi tanah existing. pekerjaan di mulai dari pekerjaan persiapan, dilanjutkan pekerjaan struktur bawah atau sub-structure yang mencangkup pekerjaan tiang pancang, retaining wall, pekerjaan galian yang dibagi kedalam beberapa zona dengan cara pengerukan bertahap sesuai elevasi gambar kerja yang sudah disetujui. Pekerjaan galian mencapai kedalaman -13 meter dari tanah existing. lanjut pekerjaan dewatering, kemudian pekerjaan pilecap, yang dilakukan bersama dengan tie beam lalu diteruskan pekerjaan pelat lantai basement. Masalah terjadi saat melakukan pekerjaan pilecap dan tie beam. Sebelum memasang pembesian, bekisting harus dipasang untuk mendapatkan bentuk dari tipe masing-masing pilecap sesuai gambar. Pada perencanaan awal bekisting pilecap menggunakan batako. Tapi setelah di implementasikan dilapangan kondisi tanah tidak memungkinkan untuk melaksanakan sesuai dengan perencanaan awal. Adapun beberapa bagian bisa terpasang tapi bekisting lamakelamaan selalu amblas dan roboh. Karena perencanaan awal kurang sesuai dengan kondisi lapangan dan dianggap akan menghambat proses konstruksi maka harus dipikirkan jalan keluar dari permasalahan dilapangan. Dari kendala tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi alternatif karena bekisting batako tidak dapat diimplementasikan pada proyek Landmark Jakarta. dengan demikian, dari kasus diatas timbul dugaan-dugaan penyebab faktor runtuhnya bekisting batako pada pekerjaan pilecap dan tie beam. Dari hasil penyelidikan tanah, sample yang diambil dari beberapa titik didapat rata-rata dengan Nilai N-SPT = 0-5 sampai kedalaman 13 m dari tanah existing. kondisi tanah berupa tanah lempung sangat lunak dan berlumpur. akibatnya I-2

pekerjaan pasir urug dan lantai kerja tidak bisa dipasang sesuai perencanaan. Dengan sifat pasir yang mudah larut pada tanah berlumpur maka sudah dipastikan akan memerlukan bahan perkuatan tambahan. karena tanah tidak mampu menopang bekisting dengan baik, maka mengakibatkan runtuhnya bekisting. Penyelidikan tanah pada proyek Landmark Jakarta dilaksanakan oleh PT.Haerte Widya Konsultan selaku Konsultan perencana struktur dengan pihak-pihak terkait. Melalui rapat koordinasi yang dilakukan pihak kontraktor yaitu PT.Pembangunan Perumahan dan pihak dari owner baik dari konsultan ataupun management kontruksi bertuturut-turut yaitu PT.Haerte Widya konsultan dan PT.Prosys Propertindo maka untuk mencari jalan keluar permasalahan yang terjadi maka dalam proyek Landmark Jakarta direncanakan penggunaan metode precast bekisting untuk pekerjaan pilecap dan tie beam sebagai pengganti bekisting konvensional. Metode precast bekisting adalah usulan re-desain dari pihak kontraktor yang diajukan ke konsultan struktur. Penggunaan precast. baik secara metode konstuksi maupun material konstruksi akhir-akhir ini mulai banyak digunakan. Hal ini dikarenakan beberapa keuntungan, antara lain: mempercepat waktu pekerjaan, mempermudah pekerjaan, serta kontrol kualitas yang lebih terjaga. pihak konsultan struktur menyetujui re-desain usulan kontraktor. Mutu beton yang dipakai untuk precast bekisting fc 30 Mpa atau K-450. Dari beberapa referensi kajian dan jurnal yang didapat, yang pertama kajian tentang kuat tekan beton setelah terekspos air laut, air sungai, air rawa dan air hujan (Madia Gunawan 2001) alumni Universitas Indonesia dengan alamat website http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20239197-s34938 Madia%20Gunawan ditarik kesimpulan bahwa dari hasil penelitian laboratorium terjadi penurunan mutu beton jika terkena air yang mengandung unsur klorida yang tinggi yaitu pada kondisi normal curing 28 hari. Tapi setelah dites rendam dengan air laut selama 56 hari rendaman terjadi penambahan kuat tekan dari beton, itu karena seiring bertambahnya umur beton. Yang kedua dari kajian tentang Alternatif Desain Basement Pada Tanah Lunak Pada Rencana Museum Suramadu Sisi Surabaya (Ari Anggia Ritonga 2009) ditarik kesimpulan bahwa Konstruksi basement menggunakan alternatif desain dinding penahan yaitu dengan cara pemasangan Turap atau dengan menggunakan I-3

Diagfram Wall, agar kuat untuk menahan beban akibat struktur atas serta mampu menahan tekanan tanah dan air tanah (up-lift stress) yang berada pada tanah lunak. dengan alamat website http://digilib.its.ac.id/alternatif-desain-basementpada-tanah-lunak-pada rencana-museum-suramadu-sisi-surabaya-7793html. Yang ketiga dari kajian tentang Tinjauan Aspek Geoteknik Konstruksi basement di Tanah Lunak, Studi kasus pembuatan Basement Pasar Atum IV Surabaya ditarik kesimpulan bahwa konstruksi penahan tanah pada basement menyesuaikan dengan kondisi masing-masing sesuai kadar air tanah. selama penurunan yang terjadi tidak melebihi nilai yang diijinkan. Yang keempat dari Jurnal tentang Alternatif Perkuatan Tanah Lempung Lunak (Soft Clay) menggunakan cerucuk dengan variasi panjang dan diameter Cerucuk ditarik kesimpulan bahwa Semakin besar diameter cerucuk secara keseluruhan memberikan peningkatan daya dukung. Kenaikan pertambahan dari variasi diameter dengan panjang tetap diperoleh persentase peningkatan pada daya dukung batas sebesar 64,407%. Dari keempat referensi Jurnal dan kajian diatas metode pekerjaan dan pelaksanaan dengan bekisting precast pada pilecap dan tie beam bisa diimplementasikan di proyek Landmark Jakarta. Dengan berubahnya desain dari sistem bekisting konvensional menjadi precast bekisting, akan tetap menjaga kualitas mutu beton pada pondasi. Mengingat pentingnya peranan pilecap dan tiebeam sebagai penyalur beban dari struktur atas dalam memikul beban sebagai akibat dari adanya gaya-gaya yang terjadi, seperti berat sendiri, gaya angin, gaya gempa dan lain-lain. Karena untuk memenuhi syarat konstruksi kuat dan kokoh agar tidak terjadi penurunan (settlement) pada bangunan. untuk elevasi pilecap dan tiebeam adalah satu level dengan pelat lantai basement 3, maka pengerjaannya dilakukan secara bersamaan. Disamping itu pihak owner sebagai pengguna jasa dan kontraktor sebagai penyedia jasa juga tidak mau mengambil resiko dalam keterlambatan proses konstruksi akibat dari struktur bawah yang tidak memenuhi syarat konstruksi. Dengan metode precast bekisting sebagai solusi alternatif diharapkan dalam setiap tahapan pekerjaan yang berkaitan pada lantai basement 3 tidak mengalami keterlambatan karena faktor runtuh dan amblasnya bekisting batako pada pekerjaan pilecap dan tie beam yang berada pada tanah lempung lunak dan berlumpur di proyek Landmark Jakarta. I-4

Oleh karena dampak negatif yang ditimbulkan sangatlah banyak, maka kajian ini layak dilakukan, untuk mengetahui metode perencanaan dan pelaksanaan precast bekisting pada pilecap dan tie beam. Saya juga termasuk sebagai anggota Tim proyek perkantoran Landmark Jakarta yang mengikuti dan mengamati proses pelaksanaan pekerjaan precast bekisting pilecap dan tie beam. Dari setiap proses pekerjaan persiapan, pembesian, pengecoran, perawatan sampai proses pemasangan dilapangan, saya membuat dokumentasi dari setiap tahapannya. Dalam pelaksanaannya pemakaian dengan metode precast bekisting untuk pilecap dan tie beam mungkin masih banyak terdapat kekurangan. ada beberapa catatan yang perlu untuk ditambahkan sebagai saran untuk lebih baik lagi yaitu: a. Penelitian hanya mengkaji satu titik pilecap dari banyak type dalam satu titik lokasi. Dari desain perhitungan hanya ada tiga type panel precast yang dihasilkan. Akan lebih lengkap jika lebih dari satu titik yang dikaji. b. Diameter dan panjang perkuatan cerucuk kayu tidak bisa dijadikan patokan karena tingkat kejenuhan tanah berbeda-beda dimasing-masing titik pilecap. c. Modul panel precast masih terlalu berat untuk di-setting manual. Desain perhitungan disesuaikan menurut kebutuhan banyaknya pekerja yang memasang dalam satu titik. d. Dari bahan/material dan peralatan kerja yang digunakan bisa membuat alternatif lain yang lebih hemat dan efisien. Disamping masih sedikit yang memakai metode tersebut diharapkan akan ada kajian yang lebih mendalam membahas tentang metode precast bekisting di indonesia. I-5

Tabel 1.1 Kajian yang Berkaitan dengan Penelitian Tentang Metode Perencanaan dan Pelaksanaan Bekisting Precast untuk Pilecap Dan Tie beam. No. Judul Penelitian Keyword Deskripsi Kuat Tekan Beton Kuat Tekan 1. Setelah Terekspos Air Beton, Tes Mutu beton tidak turun Laut, Air Sungai, Air rendam beton signifikan, meningkat Rawa dan Air Hujan. dengan air garam setelah umur 56 hari 2. Alternatif Desain Setelah dianalisa Alternatif desain Basement Pada Tanah didapatkan desain struktur basement, tanah Lunak Pada Museum pondasi yang dinilai lunak Suramadu Sisi Surabaya efektif 3. Dengan menggunakan Analisa Penurunan Pada prefabricated vertical Tanah Lunak Akibat Penurunan, tanah drainage (PVD) untuk Timbunan(Studi Kasus lunak, Timbunan mencapai konsolidasi Runway bandara medan 90% dengan jangka waktu baru) tertentu 4. Perkuatan tanah lempung lunak (soft clay) menggunakan cerucuk dengan variasi panjang dan diameter cerucuk Perkuatan, lempung lunak (soft clay), Cerucuk Semakin besar diameter cecucuk memberikan peningkatan daya dukung batas diperoleh dengan persentase sebesar 64,40% I-6

Tabel 1.2 Studi Kelayakan Tentang Penerapan Metode Perencanaan dan Pelaksanaan Bekisting Precast Untuk Pilecap Dan Tie beam. No. Judul Penelitian Keyword Deskripsi 1. Metode Perencanaan dan Pelaksanaan bekisting metode precast untuk pilecap dan tie beam Metode perencanaan dan pelaksanaan, precast, pilecap dan tiebeam Mutu beton tetap terjaga, bisa menahan gaya-gaya yang bekerja I.2 Identifikasi Masalah Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi subuah proyek, sering muncul permasalahan-permasalahan yang tidak terduga. Begitu juga dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Salah satu diantara banyaknya masalah yang timbul adalah pada pelaksanaan pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. Pada awalnya bekisting menggunakan batako, Melihat kondisi dilapangan ternyata tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai perencanaan awal. Di beberapa titik yang dikerjaan, bekisting batako mengalami keruntuhan dan selalu amblas. telah diketahui bahwa lapisan tanah dikategorikan tanah lempung lunak dan berlumpur dengan nilai SPT 0-5. Maka salah satu solusi yang diajukan adalah pemakaian bekisting dengan metode precast. Karena dikhawatirkan jika tidak segera di carikan solusi, maka akan menimbulkan permasalahan-permasalah baru dalam proses pelaksanaan konstruksi. Oleh karena itu, kajian ini dibuat sebagai solusi alternatif perubahan dari bekisting batako (konvensional) menjadi metode precast. Sehingga dapat mengurangi potensial problem yang akan terjadi. I.3 Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi diatas permasalahan utama yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah: 1. Untuk mendapatkan solusi alternatif dari kendala yang terjadi dilapangan pada pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. I-7

2. Untuk mendapatkan tahapan dari metode perancangan dan metode pelaksanaan bekisting precast yang akan digunakan pada pilecap dan tie beam. I.4 Batasan Masalah Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada keterbatasan data-data maupun ilmu yang dikuasai, maka perlu dipakai batasan masalah yang meliputi: 1. Standar standar perencanaan yang dipakai berpedoman pada : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002 Metode uji dan kriteria penerimaan sistem rangka pemikul momen beton bertulang precast untuk bangunan gedung RSNI XXXX. Pedoman teknik Tata cara pelaksanaan pondasi cerucuk kayu diatas tanah lembek No.029/T/BM/1999 lampiran No.6 keputusan Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. 2. Hanya Membahas Metode Perancangan dan Pelaksanaan bekisting precast. I.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Memberikan solusi alternatif dari kendala yang terjadi dilapangan pada pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. 2. untuk mengetahui tahapan-tahapan metode perancangan dan metode pelaksanaan bekisting precast pada pekerjaan pilecap dan tie beam yang sesuai dengan SOP (standar operational prosedur). 3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan di proyek. I.6 Sistematika Pembahasan 1. Bab I Pendahuluan : Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, serta ruang lingkup yang membatasi hal-hal yang akan dikaji dan dilakukan dalam penelitian. 2. Bab II Tinjauan Pustaka : Bab ini membahas tentang dasar-dasar yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi literatur terdiri I-8

dari data teknis, perhitungan struktur serta metode yang akan digunakan. 3. Bab III Metodologi Penelitian : Bab ini membahas tentang penjelasan pengerjaan penelitian ini dari awal hingga akhir yang akan dilakukan secara sistematis atau berurutan. Metodologi mencakup hal-hal yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan : Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai perancangan, sampai dengan pelaksanaan pekerjaan precast bekisting pilecap dan tie beam. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran : Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. I-9