BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah ilmu pengetahuan mengenai penerapan teknologi struktur. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan struktur yang makin lama semakin canggih dengan bantuan teknologi yang selalu berkembang. Dimana salah satu perkembangan teknologi yang paling berkembang adalah teknologi beton precast. Hal ini berbanding lurus dengan adanya peningkatan yang pesat dalam penggunaan teknologi precast. Akan tetapi, penggunaan teknologi precast tersebut harus didukung dengan perencanaan yang matang untuk menghasilkan produk yang optimal dan tepat guna sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam aturan struktur gedung bertingkat sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI) yang telah di tetapkan. Proyek pembangunan Gedung Kantor Landmark Jakarta ini merupakan salah satu gedung bertingkat dengan konsep superblok. yang terdiri dari 3 tingkat lantai dibawah permukaan tanah atau yang lebih dikenal dengan lantai basement, dan 15 tingkat diatas permukaan tanah. Dengan ketinggian per lantai basement 4,2 meter dan per lantai menara/tower adalah 3,2 meter. Luas lantai per lantai basement sekitar 25.626,67 m2 atau 26,6 ha sedangkan luas rata-rata per lantai menara/tower yaitu 3.500 m2 atau 3,5 ha. Gedung terdiri dari 4 tower dan 1 lantai podium yang terletak pada lantai dasar seluas lantai basement. Proyek Landmark Jakarta dibangun di daerah Pluit Jakarta Utara, tepatnya di jalan Pluit Selatan Raya. Secara umum, kondisi tanah permukaan di Jakarta Utara adalah berupa tanah endapan lempung sangat lunak dan berlumpur. Disamping itu lokasi proyek juga terletak berdekatan dengan waduk pluit yang hanya mempunyai jarak selebar ruas jalan sekitar 9 meter. Adanya pekerjaan lantai basement tentunya akan ada pekerjaan penggalian tanah yang merupakan langkah awal berdirinya sebuah bangunan gedung. Pada tanah galian untuk basement dapat dilakukan dengan beberapa metode tergantung kondisi tanah, geometri galian dan terutama kondisi lapangan dalam arti luas area yang tersedia dan I-1
bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, peranan penyelidikan tanah menjadi sangat menentukan dalam membuat keputusan tentang metode yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui gambaran mengenai susunan tanah, sifat fisik, besarnya daya dukung tanah dan ketebalan tiap lapisan tanah serta kedalaman muka air tanah di lapangan. Maka dari itu, dilokasi rencana proyek telah dilakukan Pekerjaan Penyelidikan Tanah dengan metode Penyondiran (Dutch Cone Penetration Test/DCPT). Dari data hasil penyelidikan tanah yang sudah dilakukan, perencanaan gedung pun menyesuaikan dengan kondisi tanah existing. pekerjaan di mulai dari pekerjaan persiapan, dilanjutkan pekerjaan struktur bawah atau sub-structure yang mencangkup pekerjaan tiang pancang, retaining wall, pekerjaan galian yang dibagi kedalam beberapa zona dengan cara pengerukan bertahap sesuai elevasi gambar kerja yang sudah disetujui. Pekerjaan galian mencapai kedalaman -13 meter dari tanah existing. lanjut pekerjaan dewatering, kemudian pekerjaan pilecap, yang dilakukan bersama dengan tie beam lalu diteruskan pekerjaan pelat lantai basement. Masalah terjadi saat melakukan pekerjaan pilecap dan tie beam. Sebelum memasang pembesian, bekisting harus dipasang untuk mendapatkan bentuk dari tipe masing-masing pilecap sesuai gambar. Pada perencanaan awal bekisting pilecap menggunakan batako. Tapi setelah di implementasikan dilapangan kondisi tanah tidak memungkinkan untuk melaksanakan sesuai dengan perencanaan awal. Adapun beberapa bagian bisa terpasang tapi bekisting lamakelamaan selalu amblas dan roboh. Karena perencanaan awal kurang sesuai dengan kondisi lapangan dan dianggap akan menghambat proses konstruksi maka harus dipikirkan jalan keluar dari permasalahan dilapangan. Dari kendala tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi alternatif karena bekisting batako tidak dapat diimplementasikan pada proyek Landmark Jakarta. dengan demikian, dari kasus diatas timbul dugaan-dugaan penyebab faktor runtuhnya bekisting batako pada pekerjaan pilecap dan tie beam. Dari hasil penyelidikan tanah, sample yang diambil dari beberapa titik didapat rata-rata dengan Nilai N-SPT = 0-5 sampai kedalaman 13 m dari tanah existing. kondisi tanah berupa tanah lempung sangat lunak dan berlumpur. akibatnya I-2
pekerjaan pasir urug dan lantai kerja tidak bisa dipasang sesuai perencanaan. Dengan sifat pasir yang mudah larut pada tanah berlumpur maka sudah dipastikan akan memerlukan bahan perkuatan tambahan. karena tanah tidak mampu menopang bekisting dengan baik, maka mengakibatkan runtuhnya bekisting. Penyelidikan tanah pada proyek Landmark Jakarta dilaksanakan oleh PT.Haerte Widya Konsultan selaku Konsultan perencana struktur dengan pihak-pihak terkait. Melalui rapat koordinasi yang dilakukan pihak kontraktor yaitu PT.Pembangunan Perumahan dan pihak dari owner baik dari konsultan ataupun management kontruksi bertuturut-turut yaitu PT.Haerte Widya konsultan dan PT.Prosys Propertindo maka untuk mencari jalan keluar permasalahan yang terjadi maka dalam proyek Landmark Jakarta direncanakan penggunaan metode precast bekisting untuk pekerjaan pilecap dan tie beam sebagai pengganti bekisting konvensional. Metode precast bekisting adalah usulan re-desain dari pihak kontraktor yang diajukan ke konsultan struktur. Penggunaan precast. baik secara metode konstuksi maupun material konstruksi akhir-akhir ini mulai banyak digunakan. Hal ini dikarenakan beberapa keuntungan, antara lain: mempercepat waktu pekerjaan, mempermudah pekerjaan, serta kontrol kualitas yang lebih terjaga. pihak konsultan struktur menyetujui re-desain usulan kontraktor. Mutu beton yang dipakai untuk precast bekisting fc 30 Mpa atau K-450. Dari beberapa referensi kajian dan jurnal yang didapat, yang pertama kajian tentang kuat tekan beton setelah terekspos air laut, air sungai, air rawa dan air hujan (Madia Gunawan 2001) alumni Universitas Indonesia dengan alamat website http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20239197-s34938 Madia%20Gunawan ditarik kesimpulan bahwa dari hasil penelitian laboratorium terjadi penurunan mutu beton jika terkena air yang mengandung unsur klorida yang tinggi yaitu pada kondisi normal curing 28 hari. Tapi setelah dites rendam dengan air laut selama 56 hari rendaman terjadi penambahan kuat tekan dari beton, itu karena seiring bertambahnya umur beton. Yang kedua dari kajian tentang Alternatif Desain Basement Pada Tanah Lunak Pada Rencana Museum Suramadu Sisi Surabaya (Ari Anggia Ritonga 2009) ditarik kesimpulan bahwa Konstruksi basement menggunakan alternatif desain dinding penahan yaitu dengan cara pemasangan Turap atau dengan menggunakan I-3
Diagfram Wall, agar kuat untuk menahan beban akibat struktur atas serta mampu menahan tekanan tanah dan air tanah (up-lift stress) yang berada pada tanah lunak. dengan alamat website http://digilib.its.ac.id/alternatif-desain-basementpada-tanah-lunak-pada rencana-museum-suramadu-sisi-surabaya-7793html. Yang ketiga dari kajian tentang Tinjauan Aspek Geoteknik Konstruksi basement di Tanah Lunak, Studi kasus pembuatan Basement Pasar Atum IV Surabaya ditarik kesimpulan bahwa konstruksi penahan tanah pada basement menyesuaikan dengan kondisi masing-masing sesuai kadar air tanah. selama penurunan yang terjadi tidak melebihi nilai yang diijinkan. Yang keempat dari Jurnal tentang Alternatif Perkuatan Tanah Lempung Lunak (Soft Clay) menggunakan cerucuk dengan variasi panjang dan diameter Cerucuk ditarik kesimpulan bahwa Semakin besar diameter cerucuk secara keseluruhan memberikan peningkatan daya dukung. Kenaikan pertambahan dari variasi diameter dengan panjang tetap diperoleh persentase peningkatan pada daya dukung batas sebesar 64,407%. Dari keempat referensi Jurnal dan kajian diatas metode pekerjaan dan pelaksanaan dengan bekisting precast pada pilecap dan tie beam bisa diimplementasikan di proyek Landmark Jakarta. Dengan berubahnya desain dari sistem bekisting konvensional menjadi precast bekisting, akan tetap menjaga kualitas mutu beton pada pondasi. Mengingat pentingnya peranan pilecap dan tiebeam sebagai penyalur beban dari struktur atas dalam memikul beban sebagai akibat dari adanya gaya-gaya yang terjadi, seperti berat sendiri, gaya angin, gaya gempa dan lain-lain. Karena untuk memenuhi syarat konstruksi kuat dan kokoh agar tidak terjadi penurunan (settlement) pada bangunan. untuk elevasi pilecap dan tiebeam adalah satu level dengan pelat lantai basement 3, maka pengerjaannya dilakukan secara bersamaan. Disamping itu pihak owner sebagai pengguna jasa dan kontraktor sebagai penyedia jasa juga tidak mau mengambil resiko dalam keterlambatan proses konstruksi akibat dari struktur bawah yang tidak memenuhi syarat konstruksi. Dengan metode precast bekisting sebagai solusi alternatif diharapkan dalam setiap tahapan pekerjaan yang berkaitan pada lantai basement 3 tidak mengalami keterlambatan karena faktor runtuh dan amblasnya bekisting batako pada pekerjaan pilecap dan tie beam yang berada pada tanah lempung lunak dan berlumpur di proyek Landmark Jakarta. I-4
Oleh karena dampak negatif yang ditimbulkan sangatlah banyak, maka kajian ini layak dilakukan, untuk mengetahui metode perencanaan dan pelaksanaan precast bekisting pada pilecap dan tie beam. Saya juga termasuk sebagai anggota Tim proyek perkantoran Landmark Jakarta yang mengikuti dan mengamati proses pelaksanaan pekerjaan precast bekisting pilecap dan tie beam. Dari setiap proses pekerjaan persiapan, pembesian, pengecoran, perawatan sampai proses pemasangan dilapangan, saya membuat dokumentasi dari setiap tahapannya. Dalam pelaksanaannya pemakaian dengan metode precast bekisting untuk pilecap dan tie beam mungkin masih banyak terdapat kekurangan. ada beberapa catatan yang perlu untuk ditambahkan sebagai saran untuk lebih baik lagi yaitu: a. Penelitian hanya mengkaji satu titik pilecap dari banyak type dalam satu titik lokasi. Dari desain perhitungan hanya ada tiga type panel precast yang dihasilkan. Akan lebih lengkap jika lebih dari satu titik yang dikaji. b. Diameter dan panjang perkuatan cerucuk kayu tidak bisa dijadikan patokan karena tingkat kejenuhan tanah berbeda-beda dimasing-masing titik pilecap. c. Modul panel precast masih terlalu berat untuk di-setting manual. Desain perhitungan disesuaikan menurut kebutuhan banyaknya pekerja yang memasang dalam satu titik. d. Dari bahan/material dan peralatan kerja yang digunakan bisa membuat alternatif lain yang lebih hemat dan efisien. Disamping masih sedikit yang memakai metode tersebut diharapkan akan ada kajian yang lebih mendalam membahas tentang metode precast bekisting di indonesia. I-5
Tabel 1.1 Kajian yang Berkaitan dengan Penelitian Tentang Metode Perencanaan dan Pelaksanaan Bekisting Precast untuk Pilecap Dan Tie beam. No. Judul Penelitian Keyword Deskripsi Kuat Tekan Beton Kuat Tekan 1. Setelah Terekspos Air Beton, Tes Mutu beton tidak turun Laut, Air Sungai, Air rendam beton signifikan, meningkat Rawa dan Air Hujan. dengan air garam setelah umur 56 hari 2. Alternatif Desain Setelah dianalisa Alternatif desain Basement Pada Tanah didapatkan desain struktur basement, tanah Lunak Pada Museum pondasi yang dinilai lunak Suramadu Sisi Surabaya efektif 3. Dengan menggunakan Analisa Penurunan Pada prefabricated vertical Tanah Lunak Akibat Penurunan, tanah drainage (PVD) untuk Timbunan(Studi Kasus lunak, Timbunan mencapai konsolidasi Runway bandara medan 90% dengan jangka waktu baru) tertentu 4. Perkuatan tanah lempung lunak (soft clay) menggunakan cerucuk dengan variasi panjang dan diameter cerucuk Perkuatan, lempung lunak (soft clay), Cerucuk Semakin besar diameter cecucuk memberikan peningkatan daya dukung batas diperoleh dengan persentase sebesar 64,40% I-6
Tabel 1.2 Studi Kelayakan Tentang Penerapan Metode Perencanaan dan Pelaksanaan Bekisting Precast Untuk Pilecap Dan Tie beam. No. Judul Penelitian Keyword Deskripsi 1. Metode Perencanaan dan Pelaksanaan bekisting metode precast untuk pilecap dan tie beam Metode perencanaan dan pelaksanaan, precast, pilecap dan tiebeam Mutu beton tetap terjaga, bisa menahan gaya-gaya yang bekerja I.2 Identifikasi Masalah Dalam proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi subuah proyek, sering muncul permasalahan-permasalahan yang tidak terduga. Begitu juga dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Salah satu diantara banyaknya masalah yang timbul adalah pada pelaksanaan pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. Pada awalnya bekisting menggunakan batako, Melihat kondisi dilapangan ternyata tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai perencanaan awal. Di beberapa titik yang dikerjaan, bekisting batako mengalami keruntuhan dan selalu amblas. telah diketahui bahwa lapisan tanah dikategorikan tanah lempung lunak dan berlumpur dengan nilai SPT 0-5. Maka salah satu solusi yang diajukan adalah pemakaian bekisting dengan metode precast. Karena dikhawatirkan jika tidak segera di carikan solusi, maka akan menimbulkan permasalahan-permasalah baru dalam proses pelaksanaan konstruksi. Oleh karena itu, kajian ini dibuat sebagai solusi alternatif perubahan dari bekisting batako (konvensional) menjadi metode precast. Sehingga dapat mengurangi potensial problem yang akan terjadi. I.3 Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi diatas permasalahan utama yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah: 1. Untuk mendapatkan solusi alternatif dari kendala yang terjadi dilapangan pada pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. I-7
2. Untuk mendapatkan tahapan dari metode perancangan dan metode pelaksanaan bekisting precast yang akan digunakan pada pilecap dan tie beam. I.4 Batasan Masalah Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada keterbatasan data-data maupun ilmu yang dikuasai, maka perlu dipakai batasan masalah yang meliputi: 1. Standar standar perencanaan yang dipakai berpedoman pada : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002 Metode uji dan kriteria penerimaan sistem rangka pemikul momen beton bertulang precast untuk bangunan gedung RSNI XXXX. Pedoman teknik Tata cara pelaksanaan pondasi cerucuk kayu diatas tanah lembek No.029/T/BM/1999 lampiran No.6 keputusan Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. 2. Hanya Membahas Metode Perancangan dan Pelaksanaan bekisting precast. I.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Memberikan solusi alternatif dari kendala yang terjadi dilapangan pada pekerjaan bekisting pilecap dan tie beam. 2. untuk mengetahui tahapan-tahapan metode perancangan dan metode pelaksanaan bekisting precast pada pekerjaan pilecap dan tie beam yang sesuai dengan SOP (standar operational prosedur). 3. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan di proyek. I.6 Sistematika Pembahasan 1. Bab I Pendahuluan : Bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan, serta ruang lingkup yang membatasi hal-hal yang akan dikaji dan dilakukan dalam penelitian. 2. Bab II Tinjauan Pustaka : Bab ini membahas tentang dasar-dasar yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Studi literatur terdiri I-8
dari data teknis, perhitungan struktur serta metode yang akan digunakan. 3. Bab III Metodologi Penelitian : Bab ini membahas tentang penjelasan pengerjaan penelitian ini dari awal hingga akhir yang akan dilakukan secara sistematis atau berurutan. Metodologi mencakup hal-hal yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan : Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai perancangan, sampai dengan pelaksanaan pekerjaan precast bekisting pilecap dan tie beam. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran : Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya. I-9