BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia setelah negara China dan India. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu menimbulkan banyak permasalahan yang terjadi. Salah satu akibat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk tersebut adalah bertambahnya limbah atau buangan sampah yang dihasilkan penduduk setiap hari. Limbah sampah yang ditimbulkan terutama di daerah perkotaan telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditanggulangi oleh stakeholders yakni pemerintah, pihak swasta dan juga masyarakat. Permasalahan ini dapat dilihat dihampir sebagian kota-kota besar di Indonesia seperti di wilayah Jabodetabek, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Penanganan dan pengelolaan sampah sampai saat ini masih belum optimal. Sebagian besar penduduk masih melakukan proses penanganan dan pengelolaan sampah dengan sistem konvensional yakni Kumpul-Angkut-Buang dengan penyelesaian akhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Permasalahan lain yang berpengaruh terhadap penanganan dan pengelolaan sampah adalah tingginya biaya operasional dan semakin sulitnya ruang yang sesuai untuk pembuangannya. Berdasarkan hasil evaluasi kebersihan kota-kota di Indonesia dapat diketahui bahwa tidak seluruh sampah dapat diangkut oleh kendaraan pengangkut sampah untuk dibuang ke TPA. Salah satu contoh permasalahan kasus penanganan dan pengelolaan sampah yang terjadi yakni di Kota Bekasi. Perkembangan penduduk Kota Bekasi semakin meningkat akibat urbanisasi. Kota Bekasi berkembang menjadi metropolitan karena meningkatnya pembangunan di berbagai bidang seperti industri, perdagangan, pelayanan jasa, dan lain-lain. Kota Bekasi yang jaraknya berdekatan dengan Jakarta sebagai Ibukota negara dan menjadi daerah penyangga menyebabkan Kota Bekasi memiliki peran yang besar termasuk dalam permasalahan perkotaan yaitu sampah.
Data BPS Kota Bekasi tahun 2003 mencatat, bahwa dengan luas Kota Bekasi ± 21.049 hektar, tingkat pertambahan penduduk dalam kurun waktu 1999-2004 relatif sangat tinggi yaitu 3,95 persen. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kota Bekasi diperkirakan bertambah 606.363 jiwa (33,51%) jika dibandingkan tahun 2002. Peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat membesar volume timbulan sampah dan permasalahan lingkungan. Akibat perkembangan kewilayahan, pertambahan penduduk, meningkatnya kepadatan penduduk dan kecendrungan gaya hidup yang semakin konsumtif menimbulkan kompleksitas masalah sampah. Data non fisik Adipura (2007) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 1.914.316 jiwa dan 2.066.913 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk sebesar 152.597 jiwa dari tahun 2006 ke 2007 juga diiringi dengan meningkatnya volume rata-rata timbunan sampah harian Kota Bekasi sebesar 2.790 m 3 /hari (DKP, 2007). Pengelolaan sampah Kota Bekasi masih menerapkan pendekatan konvensional. Penyelesaian sampah mengandalkan pada tempat pembuangan akhir (TPA) yang dikelola dengan sistem open-dumping. Pendekatan ini menimbulkan berbagai persoalan yakni, pencemaran udara, air permukaan dan dalam tanah, timbulnya berbagai macam penyakit, konflik sosial, konflik tata ruang, dan lainnya. 1 Permasalahan sampah yang sudah terjadi dapat diatasi dengan cara melakukan pengelolaan sampah secara terpadu dan menyeluruh. Sistem penanganan sampah yang ideal memiliki prinsip membuang sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Sistem pengelolaan yang baik dan ideal harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara daur ulang semua limbah yang dibuang, kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Salah satu pengelolaan sampah secara terpadu dan menyeluruh yang dapat dilakukan saat ini adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengelolaan sampah dengan 1 Bagong Suyoto. Fenomena Gerakan Mengolah Sampah. Prima Infosarana Media. Jakarta.
sistem ini membutuhkan kerjasama yang baik antara stakeholders terutama masyarakat, karena di sini partisipasi masyarakat sangat penting. Salah satu pengelolaan sampah yang sudah dilakukan dengan melibatkan berbagai stakeholders tersebut adalah program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan warga Perumahan Pondok Pekayon Indah, Bekasi Selatan dengan membentuk Gerakan Peduli Lingkungan (GPL). Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) adalah kelompok masyarakat yang mempunyai komitmen yang tinggi dalam upaya turut melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) lahir tanggal 4 April 2003, dipelopori oleh MTIID (Majelis Ta lim Ibu-ibu Darussalam) dan HIPPI (Himpunan Pemuda Pondok Pekayon Indah). Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) mempunyai visi untuk menciptakan Pondok Pekayon Indah menjadi lingkungan yang bersih, sehat, asri, harmoni dan lestari serta memberdayakan masyarakat dalam bidang pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Program Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) yang utama adalah pemberdayaan masyarakat, pemilahan dan pengomposan sampah, serta pembibitan/penghijauan. Beberapa Unit Pengembangan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) sudah dibentuk yaitu: Unit Pengelolaan Kompos Kawasan, Unit Taman Bacaan, Unit Arisan GPL, Unit Buletin dan Unit GPL Kids. 2 Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mencoba melihat bagaimana evaluasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan goal oriented dalam pelaksanaan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya, khususnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dan warga Perumahan Pondok Pekayon Indah, Bekasi Selatan. Gugus Tugas Pengelolaan Sampah. 2009. Gerakan Peduli Lingkungan (GPL). http://gtps.ampl.or.id/index.php?option=com_comprofiler&task=userprofile&user=96 diakses tanggal 10 Maret 2009.
1.2 Masalah Penelitian Masalah persampahan mutlak ditangani secara bersama-sama antara pemerintah, komunitas masyarakat seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat itu sendiri. Mengelola sampah pada dasarnya membutuhkan peran aktif dari masyarakat terutama dalam mengurangi jumlah timbulan sampah, memilah jenis sampah hingga berupaya menjadikan sampah menjadi lebih bermanfaat. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan komitmen secara kolektif menuju perubahan sikap atau perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. Langkah terpenting yang perlu dilakukan adalah dengan melalui pendekatan mengurangi sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), dimana kunci keberhasilannya terletak dari upaya pengurangan sampah yang dimulai dari sumbernya dengan melibatkan berbagai stakeholders. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan diteliti beberapa hal yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Sejauh mana pelaksanaan program Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat sudah dilakukan? 2. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan oleh Gerakan Peduli Lingkungan (GPL)? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL)? 4. Apakah terjadi ketercapaian tujuan program dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dalam pelaksanaan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan sejauh mana pelaksanaan program Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat sudah dilakukan.
2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan oleh Gerakan Peduli Lingkungan (GPL). 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL). 4. Menganalisis apakah terjadi ketercapaian tujuan program dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dalam pelaksanaan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu: 1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 2. Bagi kalangan akademisi, sebagai acuan literatur yang dapat membantu pada penelitian dan penulisan selanjutnya, sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat. 3. Bagi pembaca, sebagai gambaran mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Indonesia. 4. Bagi Gerakan Peduli Lingkungan (GPL), dapat menjadi masukan dalam mengembangkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang sudah dilaksanakan.