Prosiding Farmasi ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

IDENTIFIKASI ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH PIPI DAN EYE SHADOW DENGAN METODE KLT DAN KCKT

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DARI SEDIAAN TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS DAN KERUPUK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SILDENAFIL SITRAT DALAM SEDIAAN PERMEN KARET CINTA SECARA KLT-DENSITOMETRI YULIANI SO

Nina Jusnita 1, Lioba Sripadma Septifani Nandu 2 Fakultas Farmasi UTA 45 Jakarta ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B DALAM KERUPUK BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI PASAR ANTASARI KOTA BANJARMASIN

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ZAT RHODAMIN B PADA PERONA PIPI (BLUSH ON) YANG BEREDAR DI SURAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS RHODAMIN B PADA SIRUP BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

PRASILIA NOERICA

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DAN PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA SAUS CABAI BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK DI KOTA MEDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA KERUPUK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B PADA KUE BERWARNA MERAH DI PASAR ANTASARI KOTA BANJARMASIN

ANALISIS RHODAMIN B PADA JAJANAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TIGA LINGGA KABUPATEN DAIRI

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

Ananda, et al, Validasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Lipstik yang Beredar...

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan yaitu untuk memperbaiki warna,

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PEMERIKSAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK JENIS PEMERAH PIPI YANG DIJUAL DI PUSAT PASAR KOTA MEDAN

ANALISIS RHODAMIN B PADA MAKANAN JAJANAN ANAK DI SEKITAR SDN 2 DAN SDN 3 KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

4 Hasil dan Pembahasan

PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DALAM SEDIAAN TRADISIONAL BENTUK TABLET SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET TUGAS AKHIR

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

ANALISIS PARASETAMOL PADA JAMU PEGAL LINU YANG BEREDAR DI SURAKARTA DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI TUGAS AKHIR

Spektrofotometri uv & vis

BAB III METODE PENELITIAN. Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Analisis Kandungan Rhodamin B pada Sediaan Eye Shadow yang Dijual di Kota Bandung dengan Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Spektrofotometri Uv-Vis Analysis Content of Rhodamine B on Eye Shadow Supply Sold in Bandung by Using Thin Layer Chromatography UV-Vis Spectrophotometric 1 Emy Cahya Aisa Ena, 2 Anggi Arumsari, dan 3 Diar Herawati 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 cahyaaisa@gmail.com, 2 anggiarumsari@yahoo.com, 3 diarmunawar@gmail.com Abstract. Rhodamine B is a synthesis colorant used for coloring paper and textiles. Rhodamine B also often added intentionally to cosmetic products. The usage of Rhodamin B may cause irritation and cancer. The study aimed to determine levels of Rhodamin B in eye shadow. Qualitative analysis used thin-layer chromatography (TLC) method by n-butanol-etil asetat ammonia (7:2:3) as mobile phase and silica gel GF 254 as stationery then detected under UV light at λ 366 nm. Quantitative analysis used preparative TLC method and UV-Vis spectrophotometer at 557 nm maximum wavelength. The result of optimization wear is validated for linearity, precision, accuracy, limit of detection, and limit of quantitation. Results of this study showed samples analyzed contain Rhodamin B. the range of Rhodamin B assay in three samples of eye shadow is 0,308-0,415 µg/g. linearity give a correlation coefficient (r) 0,9928. Detection and quantitation limits are calculated 0,670 ppm dan 2,236 ppm. Percent recovery for three different concentrations was calculated 101,8%, 98,20% and 100,9%. Keywords: Eye shadow, Rhodamine B, Thin-layer chromatography, UV-Vis spectrophotometric. Abstrak. Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang digunakan sebagai pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B juga sering ditambahkan secara sengaja ke dalam produk kosmetik. Penggunaan Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi dan merupakan zat yang dapat menyebabkan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Rhodamin B dalam eye shadow. Analisis kualitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-butano-etil asetat-amoniak (7:2:3) dan fase diam silika gel GF 254 kemudian dideteksi dibawah sinar UV pada λ 366 nm. Analisis kuantitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis preparatif dan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimal 557 nm. Validasi hasil dibuktikan dengan penentuan linearitas, presisi, akurasi, batas deteksi, dan batas kuantitas. Hasil penelitian ini menunjukan sampel eye shadow yang diperiksa mengandung Rhodamin B. Kadar Rhodamin B dalam sampel dengan kadar berkisar antara 0,308-0,415 µg/g. linearitas memberikan nilai koefisien korelasi (r) 0,9928. Batas deteksi dan batas quantitasi sebesar 0,670 ppm dan 2,236 ppm. Persen perolehan kembali untuk tiga konsentrasi berbeda besar 101,8%, 98,20% dan 100,9%. Kata kunci: Eye shadow, Rhodamin B, Kromatografi lapis tipis, spektrofotometer UV-Vis. A. Pendahuluan Di zaman modern ini penggunaan kosmetik untuk menambah estetika semakin meningkat. Kosmetika berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 445/Menkes/Per/V/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin luar) gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, mempebaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu produk kosmetik yang sering digunakan khususnya bagi para wanita yaitu eye shadow. Make up mata merupakan salah satu kosmetik yang tertua dan paling banyak digunakan. Banyak tipe dari make up ini yang digunakan untuk memperindah penampilan dari mata, salah satunya dari eye shadow. Eye shadow di produksi dalam formula krim, stick, liquid, powder, pressed cake (digunakan dengan pub atau brush). 94

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Sediaan Eye Shadow yang Dijual... 95 Pemakaiannya secara kering atau basah dan diformulasikan sesuai dengan kebutuhan (Wasitaatmadja,1997). Hasil investigasi BPOM pada kosmetik yang tidak memiliki ijin produksi ditemukan adanya pewarna sintetik yang dilarang yakni rhodamin B. Rhodamin B merupakan pewarna sintetik yang banyak digunakan dalam industra cat, tekstil dan kertas. Di Indonesia, peraturan mengenai pelarangan dan pembatasan zat warna yang digunakan dalam kosmetika diatur melalui rupakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per /V/1985 mengenai Bahan Kosmetika dan Zat Warna Kosmetika, yang meliputi zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Guanjar,1985). Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No 33086/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika terdapat beberapa zat warna yang dilarang penggunaannya, merupakan pewarna untuk tekstil, dalam sediaan kosmetika karena berpengaruh buruk untuk kesehatan. Zat warna tersebut salah satunya adalah Merah K10 (Rhodamin B, C.I.Food Red 15, D&C Red No.19). Meskipun telah dilarang oleh pemerintah, penggunaan zat warna sintetik berbahaya masih belum terkendali. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan akibat penggunaaan zat warna sintetik tersebut, ketertarikan akan harga yang sangat terjangkau. Berdasarkan permasalahan yang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode identifikasi bahan kimia zat warna Rhodamin dari sediaan kosmetik eye shadow yang diperdagangkan di beberapa pasar kota Bandung dengan metode Kromatografi Lapis Tipis-Spektrofotometri Sinar Tampak. Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai teknik analisis rhodamin B dari eye shadow serta membuat masyarakat lebih hati-hati dalam memilih dan membeli produk kosmetik. B. Landasan Teori Kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan dampak kecantikan dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono, 2007). Eye shadow adalah kosmetik yang diterapkan pada kelopak mata dan di bawah alis. Hal ini biasanya digunakan untuk membuat mata pemakainya menonjol atau terlihat lebih menarik. Eye shadow menambah kedalaman dan dimensi untuk mata seseorang, melengkapi warna mata, atau hanya menarik perhatian pada mata. Eye shadow datang dalam berbagai warna dan tekstur. Hal ini biasanya terbuat dari bubuk dan mika, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk cair, pensil, atau bentuk mousse. Sinonim Rhodamin B adalah D dan C Red no.19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizhen Rhodamine, Brilliant Pink B. Rhodamin B termasuk golongan pewarna sintetik yang berbentuk kristal berwarna hijau atau bubuk padat ungu kemerahan yang larut dalam air dan alkohol, tidak berbau, membentuk suatu warna merah kebiru-biruan yg fluoresen, sukar larut dalam asam hidroklorik, dan larutan sodium. Rhodamin B digunakan sebagai pewarna tambahan yang digunkan dalam obat-obatan, makanan, kosmetik, pewarna kain dan banyak produk lain termasuk pembersih mulut, anti pembekuan, sabun, dan lain-lain (Depkes RI, 1994 dan syah, 2005). Kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan dampak kecantikan dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang Farmasi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017

96 Emy Cahya Aisa Ena, et al. lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono, 2007). Eye shadow adalah kosmetik yang diterapkan pada kelopak mata dan di bawah alis. Hal ini biasanya digunakan untuk membuat mata pemakainya menonjol atau terlihat lebih menarik. Eye shadow menambah kedalaman dan dimensi untuk mata seseorang, melengkapi warna mata, atau hanya menarik perhatian pada mata. Eye shadow datang dalam berbagai warna dan tekstur. Hal ini biasanya terbuat dari bubuk dan mika, tetapi juga dapat ditemukan dalam bentuk cair, pensil, atau bentuk mousse. Sinonim Rhodamin B adalah D dan C Red no.19, Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizhen Rhodamine, Brilliant Pink B. Rhodamin B termasuk golongan pewarna sintetik yang berbentuk kristal berwarna hijau atau bubuk padat ungu kemerahan yang larut dalam air dan alkohol, tidak berbau, membentuk suatu warna merah kebiru-biruan yg fluoresen, sukar larut dalam asam hidroklorik, dan larutan sodium. Rhodamin B digunakan sebagai pewarna tambahan yang digunkan dalam obat-obatan, makanan, kosmetik, pewarna kain dan banyak produk lain termasuk pembersih mulut, anti pembekuan, sabun, dan lain-lain (Depkes RI, 1994 dan syah, 2005). Bahaya Rhodamin B Terhadap Tubuh Rhdamin B memiliki toksisitas yang rendah, konsumsi dalam jumlah yang besar maupun berulang dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tubuh, antara lain: a. Jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. b. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, pada kelopak mata. Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebabnya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. c. Jika masuk dalam tubuh maka akan mengendap pada jaringan hati dan lemak, tidak dapat dikeluarkan dalam jangka waktu lama dan bersifat karsinogenik (penyebab kanker). d. Bila dikonsumsi dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kankere hati. Bila mengkonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lambat laun jumlahnya terus bertambah. Dampaknya akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian. e. Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Djarismawati, 2004). Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan migrasi deferensial komponen sampel yang dibawa oleh fasa gerak dan ditahan secara selektif fasa diam. Fase gerak dapat berupa cairan atau gas, sedangkan fasa diam dapat berupa padatan atau cairan. Campuran zat yang akan dipisahkan berupa larutan dan ditotolkan berupa titik atau pita. Setelah itu lempeng diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi cairan elusi atau fase gerak yang cocok. Pemisahan dianggap berhasil bila zat dapat berpisah satu dengan yang lainnya sepanjang lapisan bahan penyerap (lempeng) berupa bercak. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan dengan menggunakan pereaksi warna yang cocok (Gritter,et.al., 1991). Volume 3, No.1, Tahun 2017

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Sediaan Eye Shadow yang Dijual... 97 Spektrofotometer merupakan alat untuk mempelajari interaksi sinar elektromagnetik dengan materi. Spektrum UV-Vis merupakan korelasi antara absorbansi dan panjang gelombang (Gandjar,2007). Spektrum tampak tertentang dari 400 nm ke 750 nm, sedangkan ultraviolet berjangka dari 200-400 nm (Supratman,2010). Metode spektrofotometri UV-Vis berdasarkan pada Hukum Lambert-Beer yang dimana menyatakan bahwa jumlah radiasi UV-Vis dan cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan (Triyati, 1985). C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada analisis kualitatif membuktikan ada atau tidaknya Rhodamin B dengan menotolkan sampel aye shadow pada plat KL kemudian penotolan dilihat menggunakan lampu UV dan dibandingkan dengan bercak baku pembanding Rhodamin B. Hasil penetapan Rf dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Rhodamin B pada Sampel Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Sampel Rf Pengujian 1 Rf Pengujian 2 Rf Pengujian 3 1 0,72 0,74 0,7 2 0,76 0,76 0,72 3 0,78 0,7 0,7 Untuk dapat mengetahui Rhodamin B yang terdapat dalam sampel, penelitian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif. Perlakuan sampel pada analisis kuantitatif sama dengan analisis kualitatif. Pada analisis kuantitatif penotolan sampel pada plat KLT berbentuk pita kemudia hasil bercak dikerok. Eluen yang di gunakan masih sama pada analisi kualitatif yaitu n-butanol : etil asetat : amoniak ( 7: 2 : 3 ). Untuk menganalisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis harus diketahui panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang 450 650 karena Rhodamin B termasuk larutan yang berwarna. Panjang gelombang maksimal yang digunakan pada konsentrasi 0,4 ppm adalah 557 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh berbeda dengan sertifikat SNI yaitu 554 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 3 nm masih dalam batas toleransi menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu lebih kurang 3 nm. Adanya perbedaan panjang gelombang maksimum bisa diakibatkan perbedaan alat instrumen. Kurva panjang gelombang maksimal dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Panjang gelombang absorbansi maksimum Rhodamin B. Farmasi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017

98 Emy Cahya Aisa Ena, et al. Selanjutnya, penentuan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi untuk melihat hubungan linier antara respon instrumen dengan konsentrasi senyawa baku pembanding. Didapatkan kurva kalibrasi dari larutan standar dengan konsentrasi 0,12 ppm,0,16 ppm, 0,2 ppm, 0,24 ppm, 0,32 ppm, 0,4 ppm. Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan baku Rhodamin y=1,813 x + 0,035 Penetapan kadar Rhodamin B pada sampel menggunakan persamaan regresi linier yang berbeda yaitu y=1,813 x + 0,035. Hasil kadar yang didapatkan cukup besar. hasil ini sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang digunakan industri tekstil dan kertas. Rhodamin B sudah dilarang digunakan pada produk makanan dan kosmetik yang disebabkan penggunaan Rhodamin B dalam waktu lama dan jumlah yang banyak pada manusia dapat menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati dengan cara menumpuk dilemak yang lama kelamaan akan jumlahnya terus bertambah di dalam tubuh. Biasanya penambahan Rhodamin B pada aye shadow untuk meningkatkan penampilan dari aye shadow tersebut agar terlihat lebih menarik dan berwarna. Dengan melihat efek toksik yang terjadi Rhodamin B bisa diganti dengan pewarna sintetik yang lebih baik atau lebih baik menggunakan pewarna alami. Tabel 2. Hasil penetapan kadar Rhodamin B pada aye shadow Sampel Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 1 0,384 0,362 0,415 2 0,308 0,31 0,336 3 0,34 0,342 0,377 Pada penelitian ini dilakukan juga uji validasi metode dengan maksud untuk melihat sejauh mana kebenaran metode yang dilakukakan. Salah satu uji validasi tersebut adalah uji perolehan kembali. Dalam hal ini, uji perolehan kembali dilakukan pada sampel aye shadow, dimana sampel aye shadow negatif di tambahkan 0,1 mg rhodamin B. Perlakuan dilakukan seperti pada analisis kuantitatif. Pengujian dilakukan dengan 3 konsentrasi yang berbeda yaitu 0,08 ppm, 0,12 ppm, dan 0,16 ppm pengujian dilakukan secara triplo. Tabel 3. Hasil Pengukuran Akurasi Sampel Konsentrasi (ppm) Absorbansi Hasil Uji Perolehan Kembali (%) Rata-rata /SD Volume 3, No.1, Tahun 2017

Analisis Kandungan Rhodamin B pada Sediaan Eye Shadow yang Dijual... 99 0,282 0,07769 97,12% 0,08 0,254 0,06888 86,11% 101,8 ± 18,57 0,346 0,09788 122,35% 0,422 0,12173 101,44% 98,20 ± 0,12 0,396 0,11355 94,62% 3,923 0,411 0,11827 98,56% 0,55 0,162 101,25% 100,92 ± 0,16 0,547 0,16105 100,66% 0,301 0,548 0,16137 100,85% Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali dengan nilai rata-rata dan SD pengujian 101,8, 98,20±3,423 dan 100,92±0,301 ini menunjukan bahwa persen perolehan kembali diterima, karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah antara 98-102 % (Ermer, J dan Miller, 2005). Dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan cukup akurat. Uji presisi dilakukan dengan parameter SD dan RSD. Dari perhitungan diperoleh SD sebesar 0,000391 dan RSD sebesar 0,174%. Dimana RSD tidak boleh lebih dari 2% (WHO,1992). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki presisi yang baik. Uji linearitas dilakukan untuk menentukan nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefesien yang didapatkan adalah 0,9928. Hasil tersebut menunjukan nilai koefisien korelasi yang tinggi, dimana terdapat hubungan liniear antara sinyal detektor yang terukur dengan kandungan rhodamin B pada sampel negatif. Selanjutnya didapatkan persamaan liniearitas y = 2,4868x + 0,0292. Nilai intersep (a) yang didapatkan adalah 0,0292, dimana hasil tersebut menyatakan adanya matrix pada larutan terhadap pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis. Nilai kemiringan (b) didapatkan adalah 2,4868 dimana nilai tersebut menunjukan spektrofotometri UV-Vis yang digunakan cukup sensitif untuk digunakan dalam menentukan kadar rhodamin B pada eye shadow. D. Kesimpulan Dari hasil kualitatif, 3 dari 6 sampel eye shadow dinyatakan positif mengandung rhodamin B dengan melihat hasil nilai Rf setiap sampel sama dengan baku pembanding rhodamin B. Dilanjutkan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar setiap sampel eye shadow dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil kadar yang didapatkan adalah sampel 1 (0,384, 0,308 dan 0,340); sampel 2 (0,362, 0,310 dan 0,342) dan sampel 5 (0,415, 0,336 dan 0,377). E. Saran Perlu dilakukan analisis kandungan dan kadar pewarna lain yang terkandung dalam sampel eye shadow terutama yang berharga murah yang dikhawatirkan dapat merusak kesehatan dan pengambilan sampel dilakukan pada tempat yang berbeda. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI, Permenkes RI No. 445/Menkes/Per/V/1998 Tentang Kosmetika, Dirjen POM,Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1994). Direktorat Jendral Pengawasan Obat Farmasi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017

100 Emy Cahya Aisa Ena, et al. dan Makanan. Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 239/Menkes/ Per/V/85 Tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Djarismawati. et.al., 2004. Pengetahuan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling Dalam Penggunaan Rhodamin B di pasar Tradisional di DKI Jakarta, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 3, No. 1. Gandjar, I.B, dan Abdul Rohman (2007). Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Gritter, RJ., Bobbit, J.M., Schwarting, 1991, Introduction to chromatografi, terjemahan Kosasih Padmawinata, edisi II, Penerbit ITB, Bandung. Tranggono, R.I., Fatma, L., (2007), Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Triyati, Etty (1985). Spektrofotometri Ultra-Violet dan Sinar Tampak Setra Aplikasinya Dalam Oseanologi, Jurnal Oseana, Volume X, Nomor 1: 39-47, ISSN 0216-1877. Wasitaatmadja, S.M., (1997), Penentuan Ilmu Kosmetik, Indonesia, Universitas Indonesia Pres, Jakarta. Volume 3, No.1, Tahun 2017