1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya suku, adat istiadat, dan budaya, yang tercermin dalam semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika. Salah satu hasil karya budaya Indonesia yang kini menjadi ikon dan andalan di bidang seni budaya dan olahraga adalah pencak silat. Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Iskandar 1992: 11). Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, pencak silat mempunyai keunikan tersendiri bila dibandingakan dengan seni beladiri dari negara lain. Gerakan-gerakan dalam jurus pencak silat diciptakan dengan meniru gerakan binatang dan tumbuhan yang ada di alam sekitar, maka dari itulah muncul berbagai aliran pencak silat yang disesuaikan namanya dengan nama hewan, nama tempat atau pulau (Iskandar 1992: 12). Seiring dengan kemajuan zaman, pencak silat kini telah menjadi salah satu cabang olahraga beladiri yang ikut berkembang ke ranah olahraga prestasi yang telah dipertandingkan di berbagi even, mulai dari usia dini, usia pra-remaja, remaja, dan dewasa. Di tingkat usia dini banyak digelar pertandingan-pertandingan single event, di tingkat pra-remaja dan remaja ada petandingan antar sekolah, antar daerah, propinsi, dan juga nasional. Pada tingkat dewasa banyak diselenggarakan kejuaraan antar mahasiswa, kejuaraan antar daerah, dan yang paling bergengsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), (SEA GAMES), Kejuaraan Tingkat Asia Pasifik, serta Kejuaraan Dunia. Ada dua kategori pertandingan pencak silat olahraga, kategori tersebut adalah kategori TGR (Tunggal, Ganda, Regu), dan Kategori Tanding. Dari dua kategori pertandingan pencak silat tersebut, kategori tanding adalah kategori yang selalu menjadi primadona dalam setiap event ataupun pertandingan yang diselenggarakan. Suasana dalam pertandingan pencak silat kategori tanding tersaji dalam suasana serang-bela intensitas tinggi, sehingga pesilat dituntut untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengatasi segala sesuatu yang dapat terjadi di dalam gelanggang, karena pencak commit silat kategori to user tanding merupakan pertandingan
2 yang full body contact, maka komponen dan kualitas fisik pesilat akan sangat menentukan dalam setiap pertandingan yang dijalani. Aktivitas penampilan dalam satu gebrakan terdiri dari (1) sikap pasang, (2) pola langkah, (3) serang bela, dan (4) kembali sikap pasang. Pertandingan terdiri dari tiga babak dan setiap babak berlangsung dalam waktu 2 menit bersih, waktu istirahat antar babak satu menit, menunjukkan bahwa kondisi fisik pesilat akan sangat berpengaruh dalam pertandingan. Dalam peraturan pertandingan PB. IPSI (2012: 17) bahwa serangan pesilat harus teratur dan berangkai dengan berbagai cara atau teknik ke arah sasaran "sebanyakbanyaknya 6 (enam) teknik serangan. Teknik serangan beruntun yang diperkenankan yaitu harus teratur berangkai dengan berbagai cara dalam arti yang tidak sejenis. Serangan merupakan bagian integral dari belaan atau pertahanan, sehingga serangan dapat disebut sebagai belaan atau pertahanan aktif. Sebagai komponen utama dalam serangan adalah "pukulan" (serangan dengan menggunakan tangan), dan "tendangan'' (serangan dengan menggunakan kaki). Dalam pertandingan pencak silat, nilai yang akan di hitung adalah apabila serangan dan belaan mengenai sasaran dengan tepat dan bertenaga. Oleh karena itu, kondisi fisik yang baik mutlak diperlukan. Hal ini selaras dengan pendapat Subekti (2013: 7-8) : Dalam aturan bertanding dinyatakan bahwa setiap melakukan serangan/gebrakan dibatasi "sebanyak-banyaknya 6 jenis serangan". Dengan banyaknya jumlah gerakan setiap melakukan serangan apabila ditinjau dari unsur kemampuan fisik, maka seberapa besar kemampuan pesilat melakukan serangbela merupakan komponen yang sangat penting. Sebagai olahraga kompetitif, pencak silat kini dijadikan sebagai ajang persaingan dalam memperoleh prestasi setinggi-tingginya, namun sebagai olahraga beladiri asli indonesia, pencak silat akhir-akhir ini mengalami penurunan prestasi yang cukup, dari beberapa pertandingan single event maupun multi event tim pencak silat merah putih mengalami penurunan dalam perolehan medali, khusunya pada kelas tanding, sehingga target yang dibebankan tidak terpenuhi. Hal inilah yang kemudian berdampak pada kualitas prestasi bangsa ini seperti yang dialami oleh prestasi cabang olahraga beladiri lain pada multi event Sea Games yang tergambar pada tabel berikut ini. commit to user
3 Tabel 1.1 Perolehan medali Cabor Beladiri Indonesia pada 3 SEA Games Dikdik (2013: 8) Cabor SG 2005 Philipina SG 2007 Thailand SG 2009 Laos Catatan Cabor Emas Perak Prg. Emas Perak Prg. Emas Perak Prg. Catatan Beladiri Judo 3(16)/(4) (T)/(Ra) 4 4 1(16)/(5) (T)/(Ra) 3 5 1(18)/(6) (T)/(Ra) 1 6 Menurun Karate 5(18)/(1) 6 4 2(18)/(3) 4 8 3(17)/(3) 3 6 Meningkat tdk. Pencak Silat 5(16)/(2) 4 2 5(13)/(1) 3 4 2(17)/(4) 3 3 Menurun Teakwondo 1(15)/(5) 4 6 1(16)/(6) 1 1 1(21)/(5) 3 6 Menurun Gulat 0(12)/(4) 2 3 1(9)/(2) 2 2 2(18)/(4) 4 6 Meningkat tdk. Wushu 1(13)/(4) 2 1 1(15)/(7) 0 5 2(21)/(4) 6 3 Meningkat tdk. Tinju 0(13)/(5) 1 10 0(17)/(6) 0 6 0(15)/(6) 3 6 Meningkat tdk. Dari tabel diatas dapat dilihat prestasi olahraga beladiri Indonesia khususnya pencak silat mengalami penurunan. Tentu banyak faktor yang menjadi alasan prestasi pencak silat tanah air saat ini menurun. Prestasi atlet dalam suatu cabang olahraga tidak dapat dibentuk secara instan. Pembentukan atlet yang dapat berprestasi tinggi dan mampu bersaing tingkat internasional memerlukan perencanaan yang sistematis dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dimulai dari permasalahan, pembibitan dan pembinaan sehingga mencapai prestasi yang tinggi. Anwar Pasau (dalam Sajoto, 1995: 2-5) menyatakan peningkatan prestasi olahraga tidak terlepas dari faktor-faktor penentu peningkatan prestasi, yaitu : (1) Aspek biologis seperti potensi(kemampuan dasar tubuh), fungsi organ-organ tubuh,struktur dan postur tubuh serta gizi, (2) Aspek psikologis seperti intelektual, motivasi, kepribadian, koordinasi kerja otot dan saraf; (3) aspek lingkungan seperti lingkungan sosial, sarana dan prasarana, cuaca dan keluarga; (4) aspek penunjang seperti pelatih, program latihan yang sistematis, dana dan penghargaan. Lebih dalam Dikdik (2013) menyatakan, gejala kemunduran pretasi olahraga nasional sekarang ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman para pelatih akan upaya bagaimana meningkatkan dan mengembangkan kemampuan fisik di tingkat atlet elit secara lebih komprehensif dan commit juga spesifik. to user Banyaknya komponen fisik yang
4 menjadi kebutuhan prestasi atlet menuntut pelatih untuk berusaha keras memahami dengan baik tentang pelatihan-pelatihan komponen fisik, seperti: kemampuan kelenturan, kecepatan gerak (dalam bentuk speed, agility, maupun quickness), kekuatan maksimal, kekuatan yang cepat (power), daya tahan kekuatan, daya tahan anaerob, dan juga daya tahan aerob. Semua komponen fisik tersebut pada prinsipnya merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik. Usaha memperoleh prestasi yang tinggi bukanlah hal yang mudah, pesilat yang menginginkan prestasi tinggi harus melalui proses pembinaan dan latihan yang intensif, sistematis, dan terencana dengan baik. Dalam pertandingan pencak silat dibutuhkan kondisi fisik yang prima agar dapat berprestasi lebih tinggi, disamping penguasaan teknik, taktik serta strategi. Seperti yang dikemukakan oleh Mochamad Sajoto (1988) pembinaan kondisi fisik dalam olahraga bahwa jika seseorang atlet ingin berprestasi harus memiliki kondisi fisik seperti: kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscularpower), kecepatan (speed), koordinasi (coordination), fleksibilitas (flexibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), reaksi (reaction). Hal tersebut menggambarkan bahwa pembinaan dan latihan pencak silat yang baik hendaknya sesuai dengan karakteristik cabang olahraga pencak silat. Pada pembinaan fisik, pelatih harus dapat mengembangkan pendekatan kepelatihan dengan ciri khas tersendiri, Subekti (2013). Dengan demikian perlu adanya bentuk-bentuk atau model latihan yang tepat, efektif serta efisien. Lebih lanjut Subekti (2013) mengemukakan, model latihan yang ada selama ini, khususnya di cabang-cabang perguruan pencak silat masih banyak yang menggunakan model tradisional dan mengesampingkan perkembangan keilmuan modern. Tidak jarang pelatih menutup mata dan hanya mengajarkan latihan seperti apa yang dulu mereka dapat dari guru atau para pendekar, serta dari para mantan atlet yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai. Oleh karena itu perlu adanya suatu integrasi antara ilmu pengetahuan yang sesuai dan pengalaman itu sendiri agar pembinaan prestasi pencak silat dapat maksimal. Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi jelas berdampak luas dalam perkembangan teori dan metodologi kepelatihan. Faktor pemacu perkembangan prestasi dalam olahraga adalah adanya program latihan yang sistematis yang dapat meningkatkan kualitas serta kemampuan commit atlet to dalam user proses pelatihan dan pembinaan.
5 Peningkatan kualitas kemampuan dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat dicapai dengan penerapan berbagai disiplin ilmu dan teknologi. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah sesuai dengan ilmu ilmu yang terkait. Berbagai ilmu yang berkaitan dengan olahraga antara lain adalah psikologi olahraga, biomekanika, fisiologi latihan dan lain-lain. Dengan dukungan dari berbagai disiplin ilmu tersebut diharapkan dapat mengembangkan teori teori latihan yang baik, sehingga prestasi olahraga dapat meningkat. Dalam pembinaan prestasi olahraga pencak silat tentunya tidak dapat dilepaskan dari aspek teknik, taktik, fisik dan mental. Di dalam kedua aspek (teknik dan taktik) pencak silat dikatakan tidak menemui kendala yang berarti, hal itu dikarenakan pencak silat sebagai olahraga asli indonesia telah memiliki pengalaman berpuluh puluh tahun dalam mempelajari dan mengembangkan keterampilan teknik dan keluwesan taktik, sedangkan pada aspek mental, tercermin dari rasa percaya diri, agresivitas, persepsi diri, dan kebutuhan berprestasi yang semuanya tertuang dalam janji "Prasetia Pesilat Indonesia", sehingga dalam prakteknya seorang pesilat wajib memahami dan mengamalkan sesuai janji prasetia pesilat. Akan tetapi pada aspek fisik, olahraga pencak silat tampaknya masih perlu dilakukan pengembangan secara simultan dan lebih lanjut. Dikdik (2013) menyatakan, pelatihan fisik merupakan bagian yang sangat penting ketika pelatihan ini berlangsung di level elit, karena masa ini saatnya peningkatan kualitas fisik yang sangat prima. Lebih lanjut Subekti (2013) mengemukakan, terbatasnya kajian kajian dalam olahraga pencak silat bisa dilihat dan minimnya buku buku referensi, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan prestasi pencak silat, sehingga selama ini banyak dari pemerhati dan pelaku pencak silat menggunakan acuan dan pakem dari olahraga beladiri lain untuk menyusun dan mendapatkan literatur yang berkaitan dengan pembinaan kondisi fisik pencak silat. Pembentukan unsur-unsur fisik, untuk menciptakan pesilat sesuai dengan tuntutan kriteria pertandingan pencak silat, tentunya tidak bisa terlepas dari proses pembibitan yang diharapkan dapat menghasilkan bibit atlet unggul, karena faktor anthropometri dan fisik akan sangat menentukan dalam proses latihan menuju prestasi. Pemilihan atlet untuk menekuni cabang olahraga pencak silat tidak terlepas dari bentuk tubuh (anthropometri). Bentuk tubuh yang commit ideal to user sesuai dengan cabang olahraga yang
6 dipelajari merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Mochamad Sajoto (1988: 11) menyatakan Salah satu aspek untuk mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologi yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, ukuran besar, lebar dan berat badan, serta somatotype (bentuk tubuh). Untuk menyusun suatu program latihan olahraga pencak silat diperlukan analisis dan kajian terhadap komponen fisik dominan yang menjadi kebutuhan olahraga tersebut sehingga dalam prosesnya, pemberian dosis latihan akan tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan olahraga pencak silat. Untuk mengetahui gambaran kebutuhan fisik olahraga pencak silat, diperlukan pengamatan dengan seksama pada tes keterampilan dan kinerja atlet dalam suasana kompetisi, karena hasil tes dan kompetisi dapat dijadikan parameter keberhasilan prestasi seorang atlet yang secara teoritik menggambarkan kualitas individu seorang pesilat dan keberhasilan suatu program latihan. Gambaran kinerja atlet pada saat kompetisi dapat dicermati pada aspek-aspek (1) kinerja atlet saat melakukan serang-bela, dan (2) kondisi atlet saat istirahat antar gebrakan. Secara kalkulatif kebutuhan fisik olahraga pencak silat menurut Haris Nugroho (2012: 4) sebagai berikut: Tabel 1. 2. Aktivitas fisik pencak silat kategori tanding Aktivitas Serang bela Recovery antar gebragan Sikap pasang dan pola langkah In play/gebrakan 1 babak 1 pertandingan Waktu 6 detik 8 detik 10 detik 22 detik 3 menit 11 menit Keseluruhan komponen kondisi fisik yang telah disebutkan di atas, saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan, sebagai modal yang harus dimiliki seorang pesilat untuk meraih prestasi. Dari berbagai prinsip yang telah diuraikan di atas, maka perlu dicari dan diketahui komponen-komponen antropometri dan fisik apa saja yang dapat menentukan keberhasilan prestasi dan sesuai dengan karakteristik cabang commit to user olahraga pencak silat. Subekti (2013) mengatakan, seorang pesilat perlu mengetahui
7 komponen-komponen fisik apa saja yang berpengaruh dan memberikan sumbangan pada keterampilan pencak silat. Kurangnya informasi dan penelitian tentang hubungan antara komponen kondisi fisik dan anthropometri yang berkaitan dengan keterampilan olahraga pencak silat menyebabkan minimnya temuan-temuan teori dalm pembinaan olah raga pencak silat, sehingga kurang tepat apabila orang hanya beranggapan bahwa didalam bertanding olahraga pencak silat yang harus dikuasai hanya keterampilan dasar saja tanpa disertai unsur komponen kondisi fisik yang mempertimbangkan faktor anthropometri. Oleh karena itu, untuk membuktikan pernyataan tersebut perlu dilakukan analisis yang mendalam di dalam suatu penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, penulis ingin melakukan suatu penelitian, dengan judul Faktor Anthropometri dan Fisik Penentu Keterampilan Pencak Silat Kategori Tanding (Analisis Faktor Konfirmatori pada Pesilat Putra Usia Dewasa Kota Surakarta). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor anthropometri apa sajakah yang menentukan keterampilan pencak silat kategori tanding? 2. Faktor fisik apa sajakah yang menentukan keterampilan pencak silat kategori tanding? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Tujuan Umum : Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai korelasi dan peranan pada keterampilan pencak silat. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor anthropometri yang menentukan prestasi keterampilan pencak silat kategori tanding. 2. Untuk mengetahui faktor fisik yang menentukan prestasi keterampilan pencak silat kategori tanding. commit to user
8 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan berguna dalam kepelatihan olahraga pencak silat. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis mendukung dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai faktor antropometri dan fisik penentu keterampilan pencak silat kategori tanding. 2. Dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan program latihan olahraga pencak silat. 3. Memberikan gambaran dan masukan yang bermanfaat bagi pelatih dan pesilat putra kota Surakarta. 4. Sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan pembanding kepada peneliti lain apabila akan melakukan penelitian yang relevan. commit to user