HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC) IPB 77-1 MM UNTUK PENAPISAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

Deskripsi kedelai varietas Burangrang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

KEMUNDURAN BENIH KEDELAI AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT MENGGUNAKAN ALAT IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI SYARIFA MUSTIKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

METODOLOGI PENELITIAN

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) KUNING DAN HITAM PADA BEBERAPA TINGKAT KADAR AIR BENIH RICKY SIDIK PERMANA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

HASIL DAN PEMBAHASAN

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)

KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

LAMPIRAN. : seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan wilis

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Rajabasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Tembakau

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

Bul. Agrohorti 6 (2) : (2018)

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

Transkripsi:

28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan MPC IPB 77-1 MM yang sesuai untuk menduga vigor daya simpan benih kedelai. Metode pengusangan cepat benih yang dilakukan ialah metode pengusangan cepat benih secara fisik menggunakan uap panas serta metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan uap etanol, selanjutnya dari kedua metode pengusangan cepat tersebut dipilih satu metode yang dianggap sesuai untuk diaplikasikan dalam pendugaan vigor daya simpan benih kedelai menggunakan MPC IPB 77-1 MM. Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Fisik dengan MPC IPB 77-1 MM Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa pengusangan cepat benih kedelai secara fisik dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K CT ), bobot kering kecambah normal (BKKN), dan daya hantar listrik (DHL) (Tabel 1). Tabel 1 Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K CT ), bobot kering kecambah normal (BKKN), dan daya hantar listrik (DHL) Pengusangan Cepat Fisik (menit) DB (%) IV (%) K CT (%KN / etmal) BKKN (g) DHL (µs cm -1 g -1 ) 0x10 (kontrol) 100 a 088 a 46.16 a0 0.06 a0 09.88 h 1x10 092 ab 078 b 41.78 ab 0.06 a0 10.97 g 2x10 089 ab 070 b 39.29 bc 0.05 ab 11.86 f 3x10 083 bc 059 c 35.59 cd 0.05 c0 13.64 e 4x10 077 bc 040 d 30.16 de 0.05 bc 15.92 d 5x10 070 cd 028 e 25.91 ef 0.04 d0 16.13 c 6x10 056 de 024 ef 21.14 fg 0.04 d0 18.53 b 7x10 043 e 019 f 16.31 g0 0.04 d0 20.77 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

29 Metode pengusangan cepat benih secara fisik dapat menyebabkan terjadinya penurunan pada variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal seiring dengan semakin bertambahnya lama waktu pengusangan cepat benih secara fisik, sebaliknya terjadi kenaikan pada variabel daya hantar listrik seiring dengan semakin bertambahnya waktu pengusangan cepat benih secara fisik. Pengusangan cepat benih secara fisik dilakukan dengan cara mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban tinggi, dimana suhu dan kelembaban yang tinggi akan saling berinteraksi dalam menyebabkan penurunan atau kemunduran benih yang ditandai dengan penurunan viabilitas dan vigor benih. Benih ketika diusangkan dengan pengusangan cepat benih secara fisik menggunakan uap panas akan menyerap air dari lingkungannya sehingga kadar air dalam benih akan mengalami peningkatan. Harrington (1972) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% kadar air dalam benih dan kenaikan 5 o C suhu akan mengurangi setengah daya hidup benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih akan meningkatkan aktivitas enzim sehingga mempercepat terjadinya proses respirasi, selain itu juga terjadi perombakan cadangan makanan yang berlangsung cepat dalam benih sehingga akan menyebabkan benih kehabisan energi pada jaringan penting (meristem) sehingga benih cepat mengalami kemunduran. Metode pengusangan cepat benih secara fisik dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM sebaliknya mengakibatkan terjadinya peningkatan pada variabel daya hantar listrik, hal ini dikarenakan kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara fisik telah menyebabkan terjadinya kebocoran membran sel pada benih kedelai. Kebocoran membran sel dapat menyebabkan penurunan viabilitas dan vigor benih. Viera et al. (2001) mengungkapkan bahwa pada benih kedelai akan mengalami peningkatan daya hantar listrik jika benih diletakkan pada kondisi suhu tinggi. Saenong (1986) juga mengungkapkan bahwa semakin menuanya benih akan mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat kebocoran metabolit dalam benih, hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti (2004) yang mana proses penuaan pada benih kedelai kuning yang disimpan pada kondisi suhu tinggi dapat mengakibatkan kebocoran membran sel menjadi semakin tinggi, serta

30 permeabilitas sel akan semakin menurun. Kerusakan membran sel juga akan mempengaruhi kondisi embrio dan kotiledon yang sebagian besar terdiri atas karbohidrat, protein serta lemak yang berguna untuk perkecambahan benih. Berdasarkan hasil penelitian pengusangan cepat benih secara fisik yang ditampilkan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa variabel daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal tidak dapat membedakan hasil perlakuan pengusangan cepat fisik antara 0 (kontrol), 1x10 dan 2x10 menit, sedangkan variabel indeks vigor dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 1x10 menit, tetapi variabel indeks vigor tidak dapat membedakan perlakuan pengusangan selama 1x10 menit dengan pengusangan selama 2x10 menit. Variabel kecepatan tumbuh dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 2x10 menit, tetapi variabel tersebut tidak dapat membedakan antara hasil perlakuan pengusangan selama 1x10 menit dengan 2x10 menit. Variabel daya hantar listrik sebaliknya dapat membedakan setiap hasil perlakuan pengusangan cepat fisik secara signifikan. MPC IPB 77-1 MM masih memiliki kelemahan bila ditinjau dari segi pengoperasian untuk pengusangan cepat benih secara fisik. Pengusangan cepat benih secara fisik membutuhkan waktu 90-120 menit untuk mencapai suhu konstan 51-52 o C, selain itu perlu adanya pengawasan terhadap kran uap panas saat proses pemanasan air sehingga kran harus selalu dibuka tutup untuk menjaga tekanan dalam heater agar tidak terlalu tinggi. Metode pengusangan cepat benih secara fisik menggunakan MPC IPB 77-1 MM membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai suhu 51-52 o C, namun pengusangan cepat benih secara fisik dengan MPC IPB 77-1 MM dapat memberikan indikasi yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa MPC IPB 77-1 MM mampu membuat kemunduran benih secara gradual dengan baik. Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Kimia dengan MPC IPB 77-1 MM Prosedur metode pengusangan cepat benih secara kimia cenderung lebih mudah dijalankan dibandingkan metode pengusangan cepat benih secara fisik, hal

31 ini dikarenakan lot benih kedelai dapat langsung diusangkan tanpa menunggu terlebih dahulu suhu dan kelembaban ruang deraan konstan. Secara umum, hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa pengusangan cepat benih kedelai secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K CT ), bobot kering kecambah normal (BKKN), dan daya hantar listrik (DHL). Pengusangan cepat benih secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM menyebabkan terjadinya penurunan pada variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal serta peningkatan pada variabel daya hantar listrik seiring dengan semakin bertambahnya waktu pengusangan cepat benih (Tabel 2). Tabel 2 Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia terhadap daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K CT ), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan daya hantar listrik (DHL) Pengusangan Cepat Kimia (menit) DB (%) IV (%) K CT (%KN / etmal) BKKN (g) DHL (µs cm -1 g -1 ) 0x10 (kontrol) 100 a 88 a 46.16 a 0.05 a0 09.88 h 1x10 0 90 ab 64 b 38.58 b 0.05 b0 11.79 g 2x10 085 b 35 c 31.37 c 0.05 b0 17.32 f 3x10 069 c 0 d 20.66 d 0.04 c0 19.04 e 4x10 054 d 0 d 16.47 e 0.04 cd 24.62 d 5x10 041 e 0 d 11.97 f 0.04 d0 28.03 c 6x10 030 e 0 d 8.95 f 0.03 e0 29.40 b 7x10 012 f 0 d 3.68 g 0.03 e0 29.82 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengusangan cepat benih secara kimia dengan menggunakan uap etanol mampu menurunkan mutu benih. Hasil penelitian Pian (1981) dan Saenong (1986) pada benih kedelai menunjukkan bahwa benih yang sudah mendapat perlakuan deraan dengan uap etanol dengan intensitas makin tinggi juga mengandung etanol dengan kadar makin tinggi dalam benih, yang mengakibatkan terjadinya perubahan sifat molekul makro yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran sel, mitokondria dan organel lainnya yang berperan dalam perkecambahan benih. Kerusakan membran sel dan penurunan aktivitas enzim mengakibatkan aktivitas

32 sel dalam benih akan berkurang atau terhenti sehingga mengakibatkan penurunan viabilitas benih secara gradual (Artuti 1988; Setyawati 1989; Pramono 1991). Berdasarkan hasil penelitian pengusangan cepat benih secara kimia yang ditampilkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa variabel daya berkecambah tidak dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 1x10 menit. Variabel indeks vigor dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 1x10, 2x10 dan 3x10 menit, akan tetapi indeks vigor tidak dapat membedakan hasil perlakuan pengusangan selama 3x10 hingga 7x10 menit karena belum terdapat perkecambahan benih. Variabel kecepatan tumbuh dapat membedakan hasil setiap perlakuan pengusangan kecuali antara titik pengusangan selama 5x10 dengan 6x10 menit. Variabel bobot kering kecambah normal dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 1x10 menit, tetapi variabel tersebut tidak dapat membedakan hasil pengusangan selama 1x10 dengan pengusangan selama 2x10 menit. Variabel daya hantar listrik sebaliknya dapat membedakan setiap hasil perlakuan pengusangan cepat kimia secara signifikan. Metode pengusangan cepat benih secara kimia dengan menggunakan uap etanol sangat bermanfaat untuk mendekati kemunduran benih yang sebenarnya. Pelaksanaan metode pengusangan cepat benih secara kimia dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM lebih praktis jika dilihat dari cara pengoperasian dan waktu pengusangan benih yang cukup singkat. Penentuan Metode Terpilih Metode pengusangan cepat benih ditentukan berdasarkan persamaan hasil analisis regresi linier yang dibentuk berdasarkan data variabel viabilitas dan vigor benih. Pengusangan cepat benih kedelai baik secara fisik maupun kimia dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM memberikan pengaruh terhadap kemunduran viabilitas dan vigor benih kedelai. Pengaruh tersebut terlihat berdasarkan pada persamaan garis regresi linier yang berkorelasi negatif kecuali pada variabel daya hantar listrik (Tabel 3). Korelasi negatif tersebut menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara kedua peubah (waktu pengusangan cepat benih sebagai peubah x serta viabilitas dan vigor benih sebagai peubah y) yang menunjukkan

33 bahwa semakin lama waktu pengusangan cepat benih, maka viabilitas dan vigor benih akan semakin menurun. Korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara peubah waktu pengusangan cepat benih dan daya hantar listrik, yang menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengusangan cepat benih maka benih akan mengalami peningkatan pada variabel daya hantar listrik. Berdasarkan hasil analisis regresi linier dan korelasi yang menggambarkan hubungan antara waktu pengusangan cepat benih kedelai (x) dengan variabel viabilitas dan vigor benih kedelai (y) pada Tabel 3, nilai koefisien korelasi (r) yang dicapai oleh seluruh variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal serta daya hantar listrik hampir mendekati satu (r 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan secara nyata antara waktu pengusangan cepat benih baik secara fisik maupun kimia dengan variabel viabilitas dan vigor benih, dimana semakin lama waktu pengusangan cepat benih baik secara fisik maupun kimia maka viabilitas dan vigor benih akan semakin menurun. Tabel 3 Rekapitulasi persamaan regresi linier, koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R 2 ) antara variabel pengujian viabilitas dan vigor benih kedelai dengan waktu pengusangan cepat benih secara fisik dan kimia Pengusangan Fisik Pengusangan Kimia Persamaan Regresi R 2 r Persamaan Regresi R 2 r Daya Berkecambah (%) y = 103-0.764 x 0.89-0.94** y = 104.4-1.265 x 0.97-0.98** Indeks Vigor (%) y = 88.17-1.069 x 0.97-0.98** y = 72.46-1.525 x 0.81-0.90** Kecepatan Tumbuh (% kecambah normal /etmal) y = 46.95-0.426 x 0.98-0.98** y = 43.66-0.609 x 0.98-0.98** Bobot Kering Kecambah Normal (g) y = 0.056-0.00029 x 0.94-0.97** y = 0.055-0.00036 x 0.95-0.98** Daya Hantar Listrik (µs cm -1 g -1 ) y = 9.339 1.537 x 0.96 0.98** y = 10.19 3.159 x 0.97 0.98** Keterangan : y: Peubah viabilitas dan vigor benih; x: Peubah waktu pengusangan (menit). Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%, (**) adalah sangat nyata pada taraf 1%, dan ( tn ) adalah tidak nyata pada taraf 5%. Analisis regresi linier terhadap metode pengusangan cepat benih baik secara fisik maupun kimia pada variabel viabilitas dan vigor benih dilakukan untuk melihat pula nilai koefisien determinasi (R-Sq atau R 2 ). Metode

34 pengusangan cepat benih yang baik ialah metode pengusangan cepat benih dengan nilai R 2 tertinggi pada persamaan regresi. Metode pengusangan cepat benih baik secara fisik dan kimia memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai R 2 yang besar menunjukkan semakin besar keragaman pada variabel viabilitas dan vigor benih yang digambarkan oleh variabel waktu pengusangan cepat benih. Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa setiap penambahan waktu pengusangan dapat menyebabkan semakin menurunnya variabel viabilitas dan vigor benih. Nilai koefisien kemiringan garis regresi linier (b) pada seluruh variabel pengamatan pengusangan cepat benih secara kimia yaitu daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal dan daya hantar listrik, lebih tinggi dibandingkan dengan pengusangan cepat benih secara fisik. Hal tersebut menunjukkan bahwa laju penurunan variabel viabilitas dan vigor benih akibat pengusangan cepat benih secara kimia lebih cepat dibandingkan dengan pengusangan cepat benih secara fisik. Metode pengusangan cepat benih juga dipilih berdasarkan kurva regresi linier yang dibentuk oleh data rata-rata variabel daya berkecambah. Metode pengusangan cepat benih yang dipilih juga didasarkan pada tingkat kemudahan pelaksanaan metode pengusangan cepat benih dan kecepatan waktu pelaksanaan metode pengusangan cepat benih. Waktu pengusangan cepat benih yang akan digunakan pada penelitian selanjutnya ialah waktu pengusangan cepat benih yang dibutuhkan hingga perkecambahan benih kedelai menurun sebesar 50% dari keseluruhan jumlah total benih yang dikecambahkan. 100 90 Daya Berkecambah (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Waktu Pengusangan (menit) Gambar 8 Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik dengan daya berkecambah benih kedelai

35 Persamaan regresi linier yang dihasilkan pada metode pengusangan cepat benih secara fisik ialah y = 103-0.764 x, dimana y merupakan variabel daya berkecambah dan x ialah waktu pengusangan cepat benih secara fisik. Nilai R 2 pada pengusangan cepat benih secara fisik ialah 89%. Daya berkecambah pada metode pengusangan cepat benih secara fisik mengalami penurunan hingga mencapai 50% dari keseluruhan total benih yang dikecambahkan pada pengusangan cepat fisik selama 6x10 hingga 7x10 menit (Gambar 8). 100 90 Daya Berkecambah (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 60 70 Waktu Pengusangan (menit) Gambar 9 Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia dengan daya berkecambah benih kedelai Persamaan regresi linier yang dihasilkan pada pengusangan cepat benih secara kimia ialah y = 104.4-1.265 x, dimana y merupakan variabel daya berkecambah dan x ialah waktu pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai R 2 pada pengusangan cepat benih secara kimia ialah sebesar 97%. Daya berkecambah pada metode pengusangan cepat benih secara kimia mengalami penurunan hingga mencapai 50% dari keseluruhan total benih yang dikecambahkan pada pengusangan cepat fisik selama 4x10 hingga 5x10 menit (Gambar 9). Rekapitulasi seluruh hasil pengamatan terhadap metode pengusangan cepat benih baik fisik maupun kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode pengusangan cepat benih secara fisik sama baiknya dengan metode pengusangan cepat benih secara kimia. Namun

36 kurva yang dibentuk oleh rata-rata daya berkecambah benih yang diusangkan secara kimia menunjukkan laju penurunan yang lebih cepat dari daya berkecambah tinggi ke daya berkecambah rendah. Selain itu rata-rata daya berkecambah benih yang diusangkan secara kimia menunjukkan perbedaan yang nyata antara titik pengusangan satu dengan titik pengusangan yang lainnya. Hal tersebut berarti setiap titik pengusangan cepat benih secara kimia mampu memundurkan benih dengan daya berkecambah yang berbeda-beda secara nyata. Metode pengusangan cepat benih secara kimia memerlukan waktu yang relatif lebih singkat hingga perkecambahan benih kedelai menurun sebesar 50% dari jumlah total benih yang dikecambahkan dibandingkan dengan metode pengusangan cepat benih secara fisik. Berdasarkan segi teknis, metode pengusangan cepat benih kedelai secara kimia relatif lebih mudah dilakukan dan cepat dalam proses pengujiannya dibandingkan dengan metode pengusangan cepat benih secara fisik. Kelebihan yang dimiliki oleh metode pengusangan cepat benih secara kimia tersebut diatas dapat dijadikan sebagai dasar dalam memilih metode yang sesuai untuk menduga vigor daya simpan benih kedelai. Waktu pengusangan cepat benih secara kimia yang digunakan untuk menduga vigor daya simpan benih kedelai ialah 10-50 menit. Penapisan 23 Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih secara Kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM Benih dikatakan memiliki vigor daya simpan (V DS ) tinggi jika benih mampu disimpan dalam kondisi sub optimum (Sadjad et al. 1999). Semakin tinggi nilai vigor awal benih, diduga vigor daya simpan benih akan semakin tinggi. Secara umum tingkat vigor benih pada 23 varietas kedelai yang digunakan memiliki viabilitas awal yang tinggi (>95%) dan tidak terdapat perbedaan viabilitas awal antar varietas (Tabel 4). Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut, sebenarnya tidak perlu menggunakan metode pengusangan cepat benih secara kimia untuk mendeteksi perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai, hal ini dikarenakan salah satu standar kelulusan varietas kedelai ialah benih kedelai dengan daya berkecambah minimal 80% (Badan Standardisasi Nasional 2003), sehingga biji tidak dapat dikatakan benih jika memiliki daya berkecambah

37 kurang dari 80%. Metode pengusangan cepat benih secara kimia sangat perlu dilakukan untuk melihat perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai secara lebih cepat dan mudah. Tabel 4 Vigor awal (%) benih 23 varietas kedelai Varietas V A Varietas V A Varietas V A Seulawah 99 Sinabung 97 Dieng 97 Kaba 99 Wilis 96 Rajabasa 97 Argopuro 98 Anjasmoro 99 Malabar 97 Tidar 97 Dempo 98 Grobogan 97 Ijen 96 Sindoro 99 Lawit 97 Burangrang 99 Ratai 98 Tanggamus 97 Kawi 98 Panderman 99 Krakatau 98 Pangrango 97 Lokon 96 Berdasarkan percobaan pertama yang telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan percobaan mengenai penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpannya dengan menggunakan metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM hasil dari percobaan pertama. Metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM dilakukan selama 1x10, 2x10 hingga 5x10 menit. Data viabilitas dan vigor benih 23 varietas kedelai yang telah diusangkan secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM, selanjutnya dianalisis regresi linier. Berdasarkan garis regresi linier yang menggambarkan hubungan antara waktu pengusangan (sumbu x) dengan variabel viabilitas dan vigor benih (sumbu y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis regresi yang menunjukkan besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah mengalami pengusangan cepat benih secara kimia. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih cepat akibat pengusangan cepat benih secara kimia. Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia. Sudut kemiringan garis regresi hasil pengusangan cepat benih secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai karena berdasarkan hasil uji viabilitas

38 dan vigor awal 23 varietas lot benih kedelai tidak berbeda nyata. Garis regresi linier yang menggambarkan laju penurunan vigor hasil pengusangan cepat benih secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM dinilai lebih peka dalam mendeteksi pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia untuk mengetahui vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot benihnya saja. Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (V A ) benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi. Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat. Tabel 5 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya berkecambah (DB) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia Varietas α V DS Varietas α V DS Krakatau 25.730 3.809 Sindoro 32.130 3.081 Kaba 26.860 3.686 Burangrang 32.250 3.070 Anjasmoro 27.230 3.636 Grobogan 31.740 3.056 Pangrango 27.490 3.529 Lokon 31.621 3.036 Seulawah 28.500 3.474 Tidar 32.050 3.027 Lawit 28.120 3.450 Tanggamus 32.150 3.017 Dempo 29.420 3.331 Rajabasa 32.720 2.965 Wilis 29.330 3.273 Ijen 32.470 2.957 Malabar 30.200 3.212 Ratai 33.150 2.956 Sinabung 30.235 3.209 Kawi 34.000 2.882 Dieng 30.900 3.139 Argopuro 34.500 2.841 Panderman 31.800 3.113 Rata-rata α : 30.635 Rata-rata V DS : 3.206 Tabel 5 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang

39 berbeda-beda pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25.730 hingga 34.500, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 30.635. Benih kedelai varietas Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Lawit, Seulawah, Wilis, Dempo, Malabar dan Sinabung memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah menggambarkan laju penurunan daya berkecambah benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.841 hingga 3.809, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.206. Benih kedelai varietas Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar dan Sinabung memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah. 100 Variable Krak atau Argopuro Daya berkecambah (%) 80 60 40 20 0 0 10 20 30 40 50 Waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia Gambar 10 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Krakatau dan Argopuro) hasil pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih

40 tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih. Laju penurunan vigor daya simpan benih selama proses pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Krakatau memiliki penurunan yang lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas Argopuro, hal tersebut ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Krakatau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai varietas Argopuro (Tabel 5), artinya benih kedelai varietas Kaba memiliki vigor daya simpan yang lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas Krakatau juga memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih kedelai varietas Argopuro pada variabel daya berkecambah benih. Tabel 6 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai pada variabel indeks vigor (IV) setelah pengusangan cepat benih secara kimia Varietas α V DS Varietas α V DS Sindoro 28.740 3.960 Kawi 30.950 3.111 Burangrang 28.420 3.475 Argopuro 30.610 3.066 Krakatau 30.000 3.445 Lawit 29.120 3.058 Pangrango 29.770 3.425 Dieng 28.640 3.050 Seulawah 27.130 3.390 Lokon 31.470 3.000 Rajabasa 28.800 3.253 Ratai 29.810 2.988 Tidar 29.740 3.233 Wilis 30.500 2.986 Tanggamus 29.520 3.233 Grobogan 29.530 2.935 Kaba 28.800 3.221 Ijen 28.520 2.909 Anjasmoro 29.100 3.173 Sinabung 27.200 2.900 Malabar 29.240 3.165 Dempo 29.140 2.898 Panderman 30.220 3.121 Rata-rata α : 29.347 Rata-rata V DS : 3.174 Tabel 6 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang berbeda-beda pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi

41 yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 27.130 hingga 31.470, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.347. Benih kedelai varietas Seulawah, Sinabung, Burangrang, Ijen, Dieng, Sindoro, Kaba, Rajabasa, Anjasmoro, Lawit, Dempo dan Malabar memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel indeks vigor menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.898 hingga 3.960, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.174. Benih kedelai varietas Sindoro, Burangrang, Krakatau, Pangrango, Seulawah, Rajabasa, Tidar, Tanggamus dan Kaba memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah. Tabel 7 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai pada variabel kecepatan tumbuh (K CT ) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia Varietas α V DS Varietas α V DS Pangrango 24.000 4.042 Kawi 29.990 3.268 Dieng 27.240 3.561 Ratai 30.000 3.267 Kaba 28.000 3.536 Sinabung 29.840 3.251 Panderman 29.040 3.409 Dempo 30.841 3.178 Sindoro 29.070 3.406 Lawit 30.530 3.177 Burangrang 29.092 3.403 Grobogan 30.580 3.172 Anjasmoro 29.400 3.367 Rajabasa 30.830 3.146 Krakatau 29.210 3.355 Argopuro 31.320 3.129 Tidar 29.000 3.345 Wilis 31.000 3.097 Lokon 28.950 3.316 Malabar 32.000 3.031 Ijen 29.000 3.310 Tanggamus 33.160 2.925 Seulawah 30.060 3.293 Rata-rata α : 29.659 Rata-rata V DS : 3.304 Tabel 7 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang

42 berbeda-beda pada variabel kecepatan tumbuh benih. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 24 hingga 33.160, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.659. Benih kedelai varietas Pangrango, Dieng, Kaba, Lokon, Tidar, Ijen, Panderman, Sindoro, Burangrang, Krakatau dan Anjasmoro memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.925 hingga 4.042 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.304. Benih kedelai varietas Pangrango, Dieng, Kaba, Panderman, Sindoro, Burangrang, Anjasmoro, Krakatau, Tidar, Lokon dan Ijen memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel kecepatan tumbuh. Tabel 8 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya hantar listrik (DHL) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia Varietas α V DS Varietas α V DS Kaba 29.050 3.408 Grobogan 32.450 2.989 Lawit 28.840 3.363 Argopuro 32.870 2.981 Krakatau 29.260 3.349 Rajabasa 33.070 2.933 Burangrang 29.580 3.347 Tidar 33.260 2.916 Pangrango 29.000 3.345 Wilis 32.950 2.914 Dieng 30.080 3.225 Panderman 34.000 2.912 Kawi 31.710 3.091 Tanggamus 33.420 2.902 Ratai 32.060 3.057 Lokon 34.180 2.809 Malabar 32.090 3.023 Ijen 34.330 2.796 Anjasmoro 33.000 3.000 Dempo 35.060 2.795 Sinabung 32.350 2.998 Seulawah 37.940 2.609 Sindoro 33.094 2.992 Rata-rata α : 32.332 Rata-rata V DS : 3.033 Tabel 8 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang

43 berbeda-beda pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 28.840 hingga 37.940, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 32.332. Benih kedelai varietas Lawit, Pangrango, Kaba, Krakatau, Burangrang, Dieng, Kawi, Ratai dan Malabar memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik menggambarkan laju peningkatan kebocoran membran sel pada benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.609 hingga 3.408 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.033. Benih kedelai varietas Kaba, Lawit, Krakatau, Burangrang, Pangrango, Dieng, Kawi dan Ratai memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya hantar listrik. Secara umum, varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada seluruh variabel vigor benih diamati, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi linier menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan vigor tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih. Perbedaan nilai vigor daya simpan benih kedelai pada masing-masing varietas diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik dari masingmasing varietas kedelai tersebut, seperti yang telah diungkapkan oleh Justice dan Bass (2002) bahwa variasi antar spesies mempengaruhi umur simpan dan vigor daya simpan benih kedelai. Pengaruh Periode Simpan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama periode simpan benih terhadap penurunan viabilitas dan vigor benih kedelai. Tabel 9 menunjukkan bahwa penyimpanan benih kedelai selama 10 minggu dalam kondisi suhu 28-32 o C dan RH 83-85%, memberikan pengaruh yang nyata

44 terhadap variabel daya berkecambah (DB). Daya berkecambah pada seluruh varietas benih kedelai mengalami penurunan seiring dengan pertambahan periode simpan, hal tersebut terjadi karena faktor suhu penyimpanan. Purwanti (2004) mengemukakan bahwa suhu ruang simpan benih diatas 20 o C umumnya kurang baik untuk benih kedelai. Tabel 9 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya berkecambah (%) Varietas Periode simpan (minggu) 0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 99 84.23 b 72.32 b 65.32 a 53.24 d 47.65 d Malabar 97 81.54 e 7036 d 65.44 a 50.02 g 45.66 e Dempo 98 82.72 d 70.41 d 64.21 b 51.00 f 35.13 l Wilis 96 79.08 g 68.23 f 60.11 f 52.31 e 32.24 m Lawit 97 81.32 e 69.06 e 61.07 e 49.11 h 43.71 g Tanggamus 97 80.45 f 71.08 c 60.52 f 47.85 i 31.08 n Argopuro 98 81.16 e 71.12 c 60.43 f 44.09 k 23.42 q Ijen 96 78.83 h 67.11 g 57.54 i 50.43 g 36.47 k Lokon 96 79.34 g 70.42 d 59.86 g 49.36 h 35.32 l Panderman 99 85.91 a 74.53 a 62.04 d 46.21 j 30.00 o Ratai 98 80.29 f 70.32 d 60.32 f 51.26 f 44.10 f Rajabasa 97 80.27 f 68.06 f 60.86 f 42.53 l 27.42 p Tidar 97 82.32 d 71.32 c 63.91 c 54.64 c 50.05 c Grobogan 97 78.56 h 65.55 h 55.33 j 46.37 j 32.00 m Dieng 97 79.15 g 68.05 f 58.46 h 49.75 h 37.63 j Kaba 99 80.27 f 70.00 d 59.32 g 55.95 b 53.31 b Kawi 98 83.13 c 69.21 e 60.54 f 50.08 g 40.21 i Krakatau 98 84.47 b 71.24 c 60.75 f 53.12 d 42.46 h Pangrango 97 81.24 e 71.22 c 58.92 h 52.37 e 40.50 i Sindoro 99 79.07 g 67.11 g 57.63 i 49.25 h 36.11 k Burangrang 99 77.13 i 70.01 d 62.21 d 41.55 m 20.00 r Seulawah 99 78.42 h 70.34 d 63.32 c 60.00 a 57.05 a Sinabung 97 80.71 f 72.06 b 61.00 e 50.25 g 37.00 j Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Penyimpanan 23 varietas benih kedelai selama 10 minggu dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya berkecambah benih seiring dengan semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Tabel 9 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Seulawah, Kaba dan Tidar lebih dapat mempertahankan

45 viabilitas yang ditunjukkan dengan variabel daya berkecambah hingga akhir periode simpan selama 10 minggu dengan daya berkecambah masih lebih dari 50% hingga akhir periode simpan dibandingkan dengan kedelai varietas lainnya, sedangkan daya berkecambah benih kedelai varietas Argopuro, Rajabasa dan Burangrang lebih rendah dibandingkan kedelai varietas lainnya pada akhir periode simpan yaitu di bawah 30%. Setiap varietas benih kedelai memiliki laju penurunan daya berkecambah yang berbeda beda antar varietas, perbedaan penurunan tersebut diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik dari masing-masing varietas. Tabel 10 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya hantar listrik (µs cm -1 g -1 ) Varietas Periode simpan (minggu) 0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 9.88 f 11.18 f 13.78 h 19.04 n 20.25 m 23.96 n Malabar 10.01 c 11.31 e 13.91 g 23.40 g 24.60 g 19.87 s Dempo 9.94 d 10.85 i 13.45 kl 22.18 i 23.68 i 25.44 j Wilis 10.05 b 10.96 gh 13.59 ij 20.10 l 21.20 k 27.39 ab Lawit 10.00 c 10.92 hi 13.52 j 13.70 u 14.83 t 25.62 i Tanggamus 10.00 c 10.91 hi 13.51 jk 26.02 a 26.90 a 26.66 d Argopuro 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 24.63 d 25.83 d 26.07 f Ijen 10.02 c 11.42 d 14.02 f 22.89 j 23.64 i 27.34 b Lokon 10.03 bc 11.50 c 14.10 e 24.36 e 25.56 e 26.02 f Panderman 9.83 g 12.23 a 14.83 a 23.38 h 24.34 h 27.24 c Ratai 9.89 ef 12.29 a 14.69 b 15.08 r 16.51 p 25.00 l Rajabasa 10.14 a 11.44 cd 14.04 f 25.36 b 26.04 b 22.58 q Tidar 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 16.04 o 17.05 n 20.08 r Grobogan 9.92 de 10.56 k 13.16 n 23.50 f 24.74 f 27.43 a Dieng 10.01 c 11.31 e 13.91 g 20.40 k 21.61 j 24.80 m Kaba 9.72 h 12.03 b 14.63 c 14.06 s 15.27 r 23.30 o Kawi 9.84 g 10.69 j 13.29 m 15.73 p 16.73 o 24.00 n Krakatau 9.91 def 10.76 j 12.66 p 15.64 q 14.82 t 25.90 g Pangrango 10.02 bc 10.84 i 13.22 n 13.75 t 15.07 s 25.14 k Sindoro 9.64 i 10.42 k 13.09 o 13.00 t 15.10 s 25.68 h Burangrang 9.72 h 11.02 g 13.62 i 24.67 c 25.97 c 26.54 e Seulawah 9.71 h 11.01 g 13.44 l 13.62 u 16.34 q 25.40 j Sinabung 10.00 c 11.30 e 14.27 d 19.12 m 21.03 l 23.06 p Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

46 Kebocoran membran sel akibat deteriorasi telah menyebabkan penurunan vigor menjadi lebih cepat. Tabel 10 menunjukkan adanya pertambahan nilai daya hantar listrik pada seluruh varietas benih kedelai seiring dengan bertambahnya lama periode simpan. Semakin lama benih disimpan maka nilai daya hantar listrik semakin tinggi, namun variabel lain yatu viabilitas benih yang ditunjukkan dengan variabel daya berkecambah mengalami penurunan selama periode simpan. Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat keragaman dan fluktuasi nilai daya hantar listrik antar varietas benih kedelai seiring dengan semakin bertambahnya periode simpan benih. Keragaman nilai daya hantar listrik yang terjadi antar varietas diduga disebabkan oleh perbedaan ketebalan kulit biji yang dimiliki oleh masing-masing varietas. Soepriaman (1989) mengemukakan bahwa kulit biji kedelai memiliki ketebalan yang bervariasi sehingga daya serap airnya juga berbeda. Nilai awal daya hantar listrik yang diuji berkisar antara 9.64 hingga 10.14 µs cm -1 g -1 dan pada akhir periode simpan terjadi kenaikan dengan kisaran 19.87 hingga 27.43 µs cm -1 g -1. Peningkatan nilai daya hantar listrik berkaitan dengan adanya kebocoran membran sel akibat deteriorasi. Berdasarkan perbandingan pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap daya hantar listrik yang tertera pada Tabel 10 dengan data pengaruh waktu pengusangan cepat benih secara kimia terhadap daya hantar listrik yang tertera pada Lampiran 33, terlihat bahwa kedelai varietas Anjasmoro, Argopuro, Burangrang, Kaba, Krakatau dan Sindoro memiliki nilai daya hantar listrik yang identik pada periode simpan benih 6 minggu dengan pengusangan cepat secara kimia selama 30 menit, berturut-turut yaitu 19.04, 24.63, 24.67, 14.06, 15.64 dan 13.09 µs cm -1 g -1. Kedelai varietas Kawi, Lokon, Rajabasa dan Tidar memiliki nilai daya hantar listrik yang identik pada periode simpan benih 8 minggu dengan pengusangan cepat secara kimia selama 40 menit, berturut-turut yaitu 16.73, 26.02, 26.04 dan 17.05 µs cm -1 g -1.

47 Vigor Daya Simpan Benih 23 Varietas Kedelai pada Sistem Penyimpanan Alami Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai selama periode penyimpanan benih secara alami (deteriorasi) pada kondisi ruang simpan terkontrol. Berdasarkan garis regresi linier yang menggambarkan hubungan antara waktu penyimpanan benih (sumbu x) dan variabel vigor benih (sumbu y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis regresi yang menunjukkan besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah disimpan. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih cepat seiring dengan lamanya periode penyimpanan. Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan. Sudut kemiringan garis regresi linier yang dibentuk oleh data vigor benih kedelai yang telah disimpan secara alami pada kondisi terkontrol dapat digunakan untuk membandingkan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpannya, karena vigor awal 23 varietas lot benih kedelai yang digunakan tidak berbeda nyata. Garis regresi linier yang menggambarkan laju penurunan vigor benih selama periode penyimpanan dinilai lebih peka dalam mendeteksi vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot benihnya saja. Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (V A ) benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi. Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat.

48 Tabel 11 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang berbeda-beda pada variabel daya berkecambah. Tabel 11 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya berkecambah (DB) Varietas α V DS Varietas α V DS Seulawah 29.000 3.414 Sindoro 32.260 3.069 Kaba 29.800 3.322 Ratai 31.950 3.067 Argopuro 30.060 3.260 Panderman 32.370 3.058 Tidar 30.240 3.208 Lokon 31.420 3.055 Ijen 30.040 3.196 Dieng 31.840 3.046 Burangrang 31.120 3.181 Rajabasa 31.880 3.043 Kawi 31.000 3.161 Malabar 31.930 3.038 Pangrango 30.830 3.146 Grobogan 32.150 3.017 Sinabung 30.840 3.145 Lawit 32.220 3.011 Wilis 30.740 3.123 Tanggamus 33.000 2.939 Anjasmoro 32.080 3.086 Krakatau 33.470 2.928 Dempo 31.800 3.082 Rata-rata α : 31.393 Rata-rata V DS : 3.113 Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 29 hingga 33.470, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 31.393. Benih kedelai varietas Seulawah, Kaba, Ijen, Argopuro, Tidar, Wilis, Pangrango, Sinabung, Kawi dan Burangrang memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah menggambarkan laju penurunan daya berkecambah benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.928 hingga 3.414, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.113. Benih kedelai varietas Seulawah, Kaba, Argopuro, Tidar, Ijen, Burangrang, Kawi, Pangrango, Sinabung dan Wilis memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah.

49 Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya simpan benih. 100 90 Variable Seulawah Tanggamus Daya berkecambah (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2 4 6 Waktu penyimpanan benih 8 10 Gambar 11 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Seulawah dan Tanggamus) selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah Laju penurunan vigor daya simpan benih selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Seulawah memiliki penurunan yang lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas Tanggamus, hal tersebut ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Seulawah memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai varietas Tanggamus (Tabel 11), artinya benih kedelai varietas Seulawah memiliki vigor daya simpan yang lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas Seulawah juga memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih kedelai varietas Tanggamus pada variabel daya berkecambah benih. Tabel 12 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang berbeda-beda pada variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang

50 dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25 hingga 33.820, dengan ratarata sudut kemiringan garis regresi 30.906. Tabel 12 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel indeks vigor (IV) Varietas α V DS Varietas α V DS Seulawah 29.200 3.649 Ratai 32.800 3.287 Sinabung 33.450 3.566 Tanggamus 30.000 3.286 Burangrang 28.490 3.483 Grobogan 33.050 3.285 Sindoro 25.000 3.445 Panderman 31.720 3.276 Kaba 30.740 3.438 Krakatau 28.450 3.267 Anjasmoro 31.200 3.402 Tidar 30.000 3.262 Dieng 31.800 3.387 Pangrango 28.320 3.258 Rajabasa 29.820 3.368 Argopuro 31.960 3.202 Ijen 33.000 3.366 Kawi 31.500 3.166 Dempo 33.820 3.363 Wilis 32.150 3.148 Lawit 31.720 3.331 Lokon 32.000 3.051 Malabar 30.650 3.317 Rata-rata α : 30.906 Rata-rata V DS : 3.331 Benih kedelai varietas Sindoro, Pangrango, Krakatau, Burangrang, Seulawah, Rajabasa, Tidar, Tanggamus, Malabar dan Kaba memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel indeks vigor menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 3.051 hingga 3.649, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.331. Benih kedelai varietas Seulawah, Sinabung, Burangrang, Sindoro, Kaba, Anjasmoro, Dieng, Rajabasa, Ijen, Dempo dan Lawit memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi berdasarkan pada variabel indeks vigor. Tabel 13 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang berbeda-beda pada variabel kecepatan tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi

51 yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 24.8 hingga 32.650, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 28.232. Tabel 13 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel kecepatan tumbuh (K CT ) Varietas α V DS Varietas α V DS Anjasmoro 24.800 3.992 Lokon 27.540 3.486 Lawit 25.320 3.831 Pangrango 28.060 3.457 Seulawah 26.070 3.797 Ijen 28.000 3.429 Tidar 25.980 3.734 Kawi 29.050 3.373 Sindoro 27.450 3.607 Krakatau 29.770 3.292 Ratai 27.200 3.603 Dieng 29.640 3.273 Dempo 27.240 3.598 Panderman 30.410 3.256 Malabar 27.060 3.585 Tanggamus 29.880 3.246 Grobogan 27.070 3.583 Sinabung 31.020 3.127 Burangrang 27.930 3.545 Wilis 31.480 3.050 Kaba 28.000 3.536 Rajabasa 32.650 2.971 Argopuro 27.720 3.535 Rata-rata α : 28.232 Rata-rata V DS : 3.474 Benih kedelai varietas Anjasmoro, Lawit, Tidar, Seulawah, Malabar, Grobogan, Ratai, Dempo, Sindoro, Lokon, Argopuro, Burangrang, Kaba, Ijen dan Pangrango memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.971 hingga 3.992, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.474. Benih kedelai varietas Anjasmoro, Lawit, Seulawah, Tidar, Sindoro, Ratai, Dempo, Malabar, Grobogan, Burangrang, Kaba, Argopuro dan Lokon memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel kecepatan tumbuh. Tabel 14 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (V DS ) yang berbeda-beda pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi

52 yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 26.810 hingga 32.260, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 32.146. Tabel 14 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (V DS ) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya hantar listrik (DHL) Varietas α V DS Varietas α V DS Pangrango 26.810 3.618 Argopuro 34.000 2.882 Kaba 27.740 3.569 Rajabasa 33.660 2.882 Lawit 27.420 3.538 Grobogan 33.830 2.867 Sindoro 28.000 3.536 Dieng 34.260 2.831 Krakatau 29.000 3.379 Anjasmoro 35.050 2.825 Seulawah 30.080 3.291 Panderman 35.070 2.823 Ratai 30.060 3.260 Dempo 34.910 2.807 Kawi 30.420 3.222 Lokon 34.550 2.779 Sinabung 30.120 3.220 Tidar 34.950 2.775 Malabar 32.640 2.972 Ijen 34.680 2.768 Wilis 32.570 2.947 Tanggamus 35.260 2.751 Burangrang 34.270 2.889 Rata-rata α o : 32.146 Rata-rata V DS : 3.062 Benih kedelai varietas Pangrango, Lawit, Kaba, Sindoro, Krakatau, Ratai, Seulawah, Sinabung dan Kawi memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik menggambarkan laju peningkatan kebocoran membran sel pada benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan. Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.751 hingga 3.618 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.062. Benih kedelai varietas Pangrango, Kaba, Lawit, Sindoro, Krakatau, Seulawah, Ratai, Kawi dan Sinabung memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi berdasarkan pada variabel daya hantar listrik. Secara umum, varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada seluruh variabel vigor benih diamati, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi linier menggambarkan semakin