Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB III LANDASAN TEORI

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Pengaruh Chemcrete Modifier Terhadap Nilai Stabilitas dan Flow pada Campuran Hot Rooled Sheet ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BABII TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

Pengaruh Plastik Polyethylene Perephtalate Pada HRS-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB III LANDASAN TEORI

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PEMANFAATAN ABU KERAS SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI MARSHALL TEST PADA CAMPURAN LATASTON TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN INTERBLOCK SEBAGAI LAPISAN ULANG/OVERLAY PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA (KASUS RUAS JALAN LEGUNDI-BUNDER STA KABUPATEN GRESIK)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

Transkripsi:

Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Salah satu kegiatan peningkatan jalan adalah pelapisan ulang permukaan jalan ( overlay ). Sebagai bahan overlay dapat digunakan aspal beton ( AC ) atau Hot Rolled Sheet ( HRS ). Direktorat Jenderal Bina Marga dengan keterbatasan anggaran selalu mencari yang terbaik dari sisi teknis dan ekonomi diantara AC dan HRS. Permasalahannya, penggunaan AC dan HRS sebagai bahan overlay bagaimana sisi teknis dan ekonomis? Metode pemeriksaan bahan dan mixed design yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti standart Bina Marga. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahan pembentuk AC dan HRS telah memenuhi syarat, kemudian setelah dilakukan mix design, proporsi aspal untuk HRS = 7,8 % lebih besar dari aspal untuk AC = 6,1 %. Proporsi agregat kasar HRS lebih kecil dari AC, tetapi proporsi agregat halusnya lebih lebih besar. Tinjauan dari segi teknis, HRS lebih tahan terhadap kelelehan, pengaruh cuaca, lebih fleksibel dan lebih mudah dikerjakan daripada AC, tetapi dari segi ketahanan terhadap deformasi permanen kurang baik dibanding AC, karena stabilitas HRS lebih rendah. Tinjauan dari segi ekonomis, ternyata biaya HRS lebih murah 14,01 % dibandingkan dengan biaya AC. Hal ini karena penggunaan HRS lebih tipis dari AC, walaupun harga HRS per m3 lebih mahal dari harga AC per m 3. 1. PENDAHULUAN Pelapisan ulang permukaan jalan (overlay) merupakan salah satu kegiatan peningkatan jalan. Permukaan jalan yang retak retak dan tidak rata perlu diberikan lapisan permukaan lagi. Bahan pelapisan ulang permukaan jalan selain aspal beton ( AC ), bisa menggunakan Hot Rolled Sheet ( HRS ) dengan keuntungan / kerugian masing masing. Permasalahan yang muncul, bagaimana secara teknis dan ekonomi penggunaan aspal beton ( AC ) dan HRS sebagai lapisan ulang permukaan jalan ( overlay )? Hal ini diharapkan bisa terjawab dalam pembahasan berikut, dengan contoh kasus jalan Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200. 2. DASAR TEORI Aspal beton ( AC ) atau LASTON merupakan campuran panas antara agregat kasar, agregat halus, asphalt cement dan filler. Gradasi campuran aspal beton bersifat menerus, sehingga lebih padat dan memerlukan bahan pengikat aspal yang relatif sedikit. Hot Rolled Sheet ( HRS ) atau dilingkungan Bina Marga disebut LATASTON, merupakan campuran panas antara agregat kasar, agregat halus, asphalt cement dan filler. HRS bergradasi timpang, sehingga memerlukan bahan pengikat aspal lebih banyak daripada AC. Menurut Silvia (2003) sesuai sifat agregat campuran, kondisi struktural, permeabilitas dan lain lain ditabelkan sebagaimana tabel 1. Tabel 1. Sifat agregat campuran Sifat Gradasi Gradasi Stabilitas Permeabilitas Kepadatan Rongga pori Beasr Sedikit Sumber : Silvia S ( 2003 ) Aspal beton ( AC ) dan HRS mempunyai sifat teknis yang berbeda, dilihat dari stabilitas, durabilitas, ketahanan, fleksibilitas dan workabilitas. Penentuan Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 1

tebal lapisan tambahan AC maupun HRS didasarkan pada hasil test Benkelmen, semakin besar lendutan, semakin besar tebal lapisan tambahan tersebut. Harga aspal beton ( AC ) per m3 relatip lebih murah dari harga HRS per m3, hal ini karena HRS bergradasi timpang menggunakan lebih banyak aspal daripada AC. Perhitungan biaya mengacu pada Analisa Harga Satuan Bina Marga ( 1995 ) yang meliputi komponen biaya material, peralatan dan tenaga kerja. 3. METODOLOGI Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Pengumpulan data Primer Mulai Perhitungan Tebal/Biaya Perkerasan Tambahan AC & HRS Pengujian material dan mixed design AC dan HRS Hasil Pengujian dan Mixed Design AC dan HRS Jurnal APLIKASI Kegiatan pengumpulan data, yaitu data primer seperti lebar / panjang jalan, data sekunder seperti data lendutan, data lalu lintas dan lain lain. Bahan pembentuk AC dan HRS perlu diuji dahulu kelayakannya sesuai Bina Marga sebelum dilukukan mix design. Apabila layak maka melalui mix design dapat ditentukan proporsi campuran agergat kasar, agregat halus, filler dan aspalt cement. Perhitungan tebal lapis ulang permukaan jalan ( overlay ) untuk AC dan HRS mengikuti Pedoman Direktorat Jenderal Bina Marga. Kemudian setelah diketahui tebalnya masing masing untuk AC dan HRS baru dihitung dan dibandingkan keuntungan / kerugian masing masing secara teknis dan ekonomis. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian Djoko Sulistiono ( 1992 ) terhadap AC dan HRS di Laboratorium Program Diploma Teknik Sipil ITS untuk bahan bahan pembentuknya seperti agregat kasar ex Pandaan, agregat halus ex kali Konto Kediri, Filler PC gresik dan aspal cement ( 60/70 ), semua telah memenuhi persyaratan sebagaimana tabel 2 sebagai berikut. Tebal & Biaya AC Tebal & Biaya HRS Perbandingan Teknis & Ekonomis Kesimpulan Akhir Halaman 2 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Tabel 2. Hasil pemeriksaan bahan pembentuk AC dan HRS. Macam Test Bahan Pembentuk * Agregat Kasar Keausan Kelekatan aspal Peresapan air Berat jenis semu * Agregat Halus Sand equivalent Berat jenis semu Atterberg Peresapan air * Filler Kadar air Gradasi * AC 60/70 Penetrasi Titik lembek Titik nyala Titik bakar Daktilitas Berat jenis Hasil pemeriksaan AC 20,1 % 98 % 1,63 % 2,76 95,73 3,0 2,10 % < 1 % > 70 % 69,5 52,5 o C 318 o C 326 o C 122,35 cm 1,03 gr/cc Sumber : Djoko Sulistiono ( 1992 ) Hasil pemeriksaan HRS 20,1 % 98 % 95,73 > 85 69,5 52,5 o C 318 o C 326 o C 122,36 cm 1,03 gr/cc Syarat AC dan HRS max 40 % lebih besar 95 % max 3,0 % min 2,5 min 50 min 2,5 max 3,0 % max 1 % 70 % lolos ayakan no.200 untuk AC dan 85 % untuk HRS 60 70 48 O C 58 O C > 200 O C AC / >225 O C HRS > 200 O C AC / >225 O C HRS > 100 cm 1 gr/cc Keterangan Kemudian setelah dilakukan mixed design, diperoleh formula campuran sebagai berikut : Aspal beton, agregat kasar 43 %, agregat halus 45 %, filler 5,9 % dan aspal 6,1 %. HRS, agregat kasar 39,70 %; agregat halus 47 %; filler 5,50 % dan aspal 7,80 %. Secara teknis karakteristik campuran aspal beton dan HRS yaitu stabilitas, durabilitas, ketahanan leleh, fleksibilitas, workability dapat dibandingkan satu sama lain : Stabilitas adalah kemampuan campuran menerima beban tanpa berubah bentuk. Aspal beton ( AC ) mempunyai stabilitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan HRS. Hal ini dipengaruhi oleh gradasinya yang rapat. Berlainan dengan aspal beton yang bergradasi menerus / rapat, HRS bergradasi senjang / timpang, sehingga memerlukan bahan pengikat aspal lebih banyak. Stabilitas ditentukan oleh kekakuan mortar, agregat halus, filler dan aspal. Durabilitas adalah ketahanan campuran terhadap pengaruh cuaca. Aspal beton mempunyai permeabilitas yang besar, karena itu mudah dilalui air, saat terkena sinar matahari, air tersebut menguap sambil membawa partikel partikel kecil, sehingga perkerasan menjadi getas / mudah retak dan dapat dikatakan aspal beton kurang begitu tahan pengaruh cuaca. Permeabilitas HRS lebih kecil dari aspal beton, sehingga HRS lebih tahan pengaruh cuaca. Ketahanan leleh adalah ketahanan terhadap pengarh beban lalu lintas yang berulang. Aspal beton ( AC ) mempunyai air void yang besar dan kadar aspal yang kecil, sehingga mempunyai ketahanan leleh yang rendah. HRS mempuyai air void Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 3

yang kecil dan kadar aspal yang tinggi, sehingga HRS mempuyai ketahanan leleh lebik baik dari aspal beton. Fleksibilitas adalah kemampuan struktur untuk melentur mengikuti beban tanpa mengalami retak atau patah. Aspal beton bergradasi rapat, kurang bisa melentur dengan baik mengikuti beban lalu lintas, sehingga mudah retak dan meresapkan air ke lapis pondasi. Aspal beton mempunyai fleksibilitas yang rendah. HRS bergradasi timpang, mempunyai rongga udara yang besar dan terisi aspal. Mortar menerima dan mengikuti beban lalu lintas, sehingga HRS lebih fleksibel. Workability adalah kemudahan campuran untuk dikerjakan, dihampar dan dipadatkan. Aspal beton bergradasi rapat mempunyai sifat sulit untuk dikerjakan, hal ini berlainan dengan HRS yang bergradasi senjang/timpang. Perhitungan tebal lapis tambahan (overlay), sesuai data lendutan hasil survay alat Benkelmen Beam, mengacu pada Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelmen Beam (Direktorat Jendral Bina Marga, 1983). Hasil perhitungan dengan menggunakan tabel dan grafik yang ada pada manual, diperoleh tebal overlay aspal beton untuk ruas jalan Widang Gresik sta 7+150 s/d 10+200 setebal 9 cm Laston MS 744 atau setebal 6,75 cm untuk HRS, setelah dikonversi sebesar 0,75. Perhitungan biaya aspal beton ( AC ) menurut Alwi dan Kristanto ( 2006 ) diperoleh harga sebesar Rp. 467.619, / m 3, sedang biaya HRS sebesar Rp. 536.114, / m 3. Apabila panjang jalan 3050 m 1 dan lebar jalan 3,50 m, tebal overlay 0,09 m, maka volume pekerjaan overlay ( AC ) = 3050 x 3,50 x 0,09 = 960,75 m 3. Biaya pekerjaan aspal beton ( AC ) = 960,75 x Rp. 467.613, = Rp. 449.259.189,. Volume pekerjaan HRS = 3050 x 3,50 x 0,0675 = 720,56 m 3. Biaya pekerjaan HRS = 720,56 x Rp. 536.114, = Rp. 336.302.303,, atau biaya HRS lebih murah Rp. 62.956.885, (14,01 %) dari biaya pekerjaan aspal beton. Jurnal APLIKASI 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan dan disarankan sebagai berikut : Hasil pemeriksaan terhadap bahan pembentuk aspal beton ( AC ) maupun HRS telah memenuhi persyaratan. Kemudian setelah dilakukan mixed design diperoleh proporsi campuran yang berbeda antara AC dan HRS, dimana kadar aspal HRS = 7,8 % lebih besar dari kadar aspal AC = 6,1 %. Persentase agregat kasar HRS, lebih kecil dari agregat kasar AC, sebaliknya agregat halus HRS lebih besar dari persentase agregat halus AC. Tinjauan teknis meliputi stabilitas, durabilitas, ketahanan leleh, fleksibilitas dan workability. Campuran HRS lebih baik dari aspal beton ( AC ) dari segi durabilitas, ketahanan leleh, fleksibilitas, workability, kecuali stabilitasnya, sehingga HRS lebih tahan pengaruh cuaca, beban lalu lintas yang berulang, lebih fleksibel dan lebih mudah dikerjakan dari AC, kecuali ketahanan terhadap deformasi permanen. Tinjauan ekonomi memberikan hasil bahwa overlay HRS pada ruas jalan Widang Gresik sts 7+150 s/d sta 10+200 lebih murah Rp. 62.956.885, ( 14,01 % ) dari overlay AC. Hal ini karena kebutuhan lapisan HRS lebih tipis (6,75 cm) dari AC (9 cm), walaupun harga satuan HRS per m 3 lebih besar dari harga AC per m 3. Kemudian saran yang dapat disampaikan sebagai berikut : Penggunaan HRS sebagai bahan pelapisan ulang permukaan jalan ( overlay ) disarankan memperhatikan kekurangannya yaitu stabilitasnya yang rendah, karena ada kecenderungan adanya beban berlebih lalu lintas kendaraan di Indonesia saat ini. Halaman 4 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

6. DAFTAR ACUAN Sulistiono, D, (1992), Studi perbandingan penggunaan aspal beton dan hot rolled sheet sebagai bahan pelapisan ulang permukaan jalan pada ruas Mojokerto Gedeg Laporan Penelitian PUSLIT ITS. Darmawan, A dan Widodo, K (2006), Perencanaan Ulang Peningkatan Jalan Lintas Utara Jawa Paket Pembangunan Jalan Widang Gresik sta 7+150 s/d 10+200 Proyek Akhir Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS. Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), Panduan Analisa Harga Satuan. Direktorat Jenderal Bina Marga (1983), Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelmen Beam. Sukirman, S, (2003), Beton Aspal Campuran Panas Granit, Jakarta. Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 5