RISIKO KONTAMINASI BAKTERIOLOGIS PADA SARANA AIR BERSIH DI DESA BARUH TABING KECAMATAN BANJANG

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

Medical Laboratory Technology Journal

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

GAMBARAN KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SERTA KONDISI FISIK SUMUR GALI DI DESA TATELI WERU KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia BudiALIAN SAMPAH DAN ABSTRAK

Kata Kunci : Konstruksi Sumur Gali, Jarak Sumber Pencemar, Kualitas Mikrobiologis Air.

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KECAMATAN KIKIM TIMUR TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS SUMBER AIR BERSIH DI DESA KAYUWATU KECAMATAN KAKAS Gabriela J. Mantik*, Jootje M. L. Umbo*, Woodford B. S.

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

LAPORAN TUGAS AKHIR (EV-003)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

RENCANA TINDAK LANJUT

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

UJI BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN BATUANG TABA NAN XX KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh :

INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program Millenium Development Goals (MDGs) adalah

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN.

Kata Kunci : Kualitas Air, Pamsimas.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR PERMANDIAN MASAWAE DI NEGERI PELAUW KECAMATAN PULAU HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Repository.Unimus.ac.id

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM TESIS. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

IDENTIFIKASI SENYAWA ANORGANIK NITRAT PADA AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003)

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

Transkripsi:

RISIKO KONTAMINASI BAKTERIOLOGIS PADA SARANA AIR BERSIH DI DESA BARUH TABING KECAMATAN BANJANG Imam Santoso, Maharso, Darmiah Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl.H.M.Cokrokusumo No.1A Kota Banjarbaru Email: imamsantoso165@gmail.com Abstract: The bacteriological contamination risk of clean water facilities in Desa Baruh Tabing, Banjang Sub district. The Indonesian government as part of the population of the world is committed to achieving the Millennium Development Goals (MDG), particularly in the field of Water Supply and Sanitation (WSS) which lowers the number of people who do not have access to drinking water and basic sanitation by 50% in 2015. However, drinking water coverage in 2010 amounted to 48.8% for the physical. This study aims to determined differences in the bacteriological quality of water is based on the type of water supply system in the Desa Baruh Tabing at Banjang s Puskesmas working area. Using a cross sectional study design. A sample of 9 pieces of SAB with the sampling method performed Saturation Sampling. The sampling period was done three (3) times in one month on each of clean water facilities to be checked, so the total number of water samples of 27 samples. Analysis used ANOVA test. The results showed no significant difference between the numbers of clean water facilities with p = 0.010 at α = 0.05; bacteriological quality (number of coliform) the highest number is 1,898, while the lowest is zero. For the average value of the highest coliform number 1,898 on Dug wells. While the risk of coliform contamination in water supply facilities in the high category as much as 44.4% and 11.1% very high category. To keep the risk of coliform contamination of the water supply facilities, monitoring is done periodically by the authorities. Keywords: the risk of contamination; bacteriological; clean water facilities Abstrak: Perbedaan risiko kontaminasi bakteriologis pada sarana air bersih (sab) di Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang. Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari penduduk dunia berkomitmen untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG) khususnya di bidang Water Supply and Sanitation (WSS) yaitu menurunkan jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan air minum dan sanitasi dasar sebesar 50% pada tahun 2015. Namun cakupan air minum pada tahun 2010 sebesar 48,8% untuk fisik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kualitas bakteriologis air berdasarkan jenis sarana air bersih di Desa Baruh Tabing Wilayah kerja Puskesmas Banjang. Desain penelitian menggunakan Cross Sectional. Sampel sebanyak 9 buah SAB dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Saturation Sampling. Periode pengambilan sampel dilakukan 3 (tiga) kali dalam satu bulan pada masing masing SAB yang akan diperiksa, sehingga jumlah seluruh sampel air sebanyak 27 buah sampel. Analisis menggunakan uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan antara sarana air bersih terhadap angka coliform di Desa Baruh Tabing dengan nilai p = 0,010 pada α = 0,05; kualitas bakteriologis (angka Coliform) yang tertinggi mencapai 1.898, sedangkan terendah nol. Untuk nilai rata-rata angka Coliform tertinggi 1.898 pada Sumur Gali. Sedangkan risiko kontaminasi coliform pada sarana air bersih pada kategori tinggi sebanyak 44,4% dan sangat tinggi 11,1%. Untuk menjaga adanya risiko kontaminasi coliform terhadap sarana air bersih, dilakukan pengawasan secara berkala oleh pihak yang berwenang. Kata kunci : risiko kontaminasi, baktriologis, sarana air bersih. 278

279 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 2 Juli 2015 PENDAHULUAN Masalah penyediaan air bersih ini menjadi salah satu prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi. Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari hari harus memenuhi standar baku untuk air rumah tangga. Kualitas air yang baik ini tidak selamanya tersedia di alam. Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kelestarian air bersih. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia masih ditandai dengan tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit yang berbasis lingkungan, seperti tifoid, polio, cacingan dan diare. Data yang ditunjukkan bahwa 2 dari 4 penyakit penyebab kematian balita adalah Diare dan Typus akibat sanitasi buruk (1). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, satu diantaranya adalah intervensi lingkungan melalui peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi, namun demikian berdasarkan laporan WHO Unicef Joint Monitoring Pragramme tahun 2004 kinerja sektor air minum dan sanitasi di Indonesia dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan Negara Asia Tengara lainnya (1). Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari penduduk dunia berkomitmen untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG) khususnya di bidang Water Supply and Sanitation (WSS) yaitu menurunkan jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap layanan air minum dan sanitasi dasar sebesar 50% pada tahun 2015 (2). Cakupan air bersih di Kabupaten Hulu Sungai Utara Pada tahun 2010 sebesar 57,6%, sedangkan cakupan air minum pada tahun 2010 sebesar 48,8% untuk fisik. Cakupan kualitas air bersih terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 30,5% (Profil Dinkes Kab.HSU, 2010). Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara, tahun 2010, bahwa jumlah sarana air bersih yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 7.606 buah, sedangkan untuk Kecamatan Banjang jumlah sarana air bersih sebanyak 570 buah (3). Berdasarkan hasil data Program yang berkaitan dengan Sanitasi dan air bersih (PAMSIMAS) dan data dari hasil Inspeksi sanitasi Puskesmas Banjang menunjukan bahwa dari 1204 buah sarana air bersih yang digunakan sebagai sumber air minum ditinjau kualitas fisik memenuhi syarat 481 buah (39,95%) (4). Keberadaan Sarana Air Bersih (SAB) baik dari Bakteriologis dan segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap sumber pencemaran masih sangat memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SAB yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (3). BAHAN DAN CARA PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan berdasarkan tujuan, mengguankan penelitian Analitik dengan pendekatan Cross Sectional (5). Populasi dalam penelitian adalah sarana air bersih (SAB) yang digunakan untuk air minum dan minimal 1 tahun digunakan oleh penduduk Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang wilayah Kerja Puskesmas Banjang sebanyak 9 buah, terdiri dari 3 buah sumur gali (SGL), 2 buah Sumur Pompa Tangan (SPT), dan 4 buah sumur bor (BOR). Sampel dalam penelitian adalah seluruh sarana air bersih (SAB) di Desa Baruh Tabing sebanyak 9 buah SAB dengan metode pengambilan sampel dilakukan secara Saturation Sampling. Periode

Imam Santoso, Maharso, Darmiah. Risiko Kontaminasi Bakteriologis pada Sarana Air Bersih di Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang 280 pengambilan sampel dilakukan 3 (tiga) kali dalam satu bulan pada masing masing sarana air bersih yang akan diperiksa, sehingga jumlah seluruh sampel air sebanyak 27 buah sampel. Sampel air diukur dan pemeriksaan oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, sedangkan inspeksi sanitasi sarana air bersih dilakukan oleh Petugas Sanitarian Puskesmas Banjang. Instrumen observasi menggunakan Peraturan Kemenkes RI No.736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata laksana pengawasan kualitas air minum. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program Statistik. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik, dan tabel silang antara variabel bebas dengan variabel terikat. Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat diteruskan analisis lebih lanjut, tujuannya untuk diagnosis data dan melakukan uji hipotesis dua variabel. Analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik Uji Anova. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Kualitas bakteriologis (angka coliform) Data jenis SAB dalam penelitian ini antara lain : 2 Sumur pompa tangan (SPT), 3 sumur gali (SGL), dan 4 Sumur Bor (BOR). Secara rinci kualitas bakteriologis (angka coliform) Sarana Air Bersih ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Jenis Sarana Air Bersih (SAB) dan Rata-rata Kualitas Bakteriologis (Angka Coliform) di Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang No. Jenis SAB Angka Coliform Ulangan_1 Ulangan _2 Ulangan _3 Rata-rata 1. SPT_1 233 0 0 78 2. SPT_2 1.898 0 0 633 3. SGL-1 1.898 1.898 1.898 1.898 4. SGL_2 45 1.898 1.898 1.280 5. SGL_3 2 1.898 1.898 1.266 6. BOR_1 0 0 0 0 7. BOR_2 0 0 8 3 8. BOR_3 0 0 0 0 9. BOR_4 294 1.898 2 731 Pada tabel.1 dapat diketahui bahwa angka coliform yang tertinggi mencapai 1.898, sedangkan terendah nol. Untuk nilai rata-rata angka Coliform 1.898 pada Sumur Gali (SGL_1) dan angka coliform nol pada sumur Bor (BOR_1 dan BOR_3). b. Kategori Risiko Kontaminasi Setelah dilakukan pengamatan dan penilaian terhadap SAB, maka diperoleh nilai kategori risiko kontaminasi oleh coliform yang ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Distribusi frekuensi kategori risiko kontaminasi Coliform pada SAB di Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang Kab. HSU No Kategori Risiko Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 3 11.1 2 Sedang 9 33,3 3 Tinggi 12 44,4 4 Sangat tinggi 3 11,1 Jumlah 27 100

281 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 2 Juli 2015 Berdasarkan tabel.2 terlihat risiko kontaminasi coliform pada SAB masuk dalam kategori Tinggi sebanyak 44,4% dan Amat Tinggi 11,1%. Untuk melihat angka Coliform pada masing-masing Kategori risiko kontaminasi dpat diketahui pada tabel berikut. Tabel 3. Rata-rata (Mean) Angka Coliform menurut kategori risiko kontaminasi pada SAB No. Risiko Kontaminasi Mean 1. Rendah.00 2. Sedang 211.78 3. Tinggi 838.83 4. Sangat tinggi 1898.00 c. Analisis data menggunakan Uji Anova diperoleh nilai p = 0,010 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna risiko kontaminasi sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis air. Untuk melihat kelompok sarana air bersih mana yang terdapat perbedaan, dapat dilihat pada analisis Post Hoc, diperoleh hasil: kategori risiko kontaminasi rendah dengan amat tinggi, nilai p = 0,005; kategori risiko kontaminasi sedang dengan sangat tinggi, nilai p = 0,003; kategori risiko kontaminasi tinggi dengan sangat tinggi, nilai p = 0,039. Dengan demikian, perbedaan kualitas bakteriologis air berbeda secara bermakna pada semua kategori risiko kontaminasi sarana air bersih. Adapun kurva perbedaan Kategori Risiko Kontaminasi dengan ratarata angka coliform dan kurva perbedaan sarana air bersig dengan rata-rata angka coliform dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Kurva Kategori Risiko Kontaminasi dengan Mean Coliform Gambar 2. Kurva Sarana Air Bersih dengan Mean Coliform

Imam Santoso, Maharso, Darmiah. Risiko Kontaminasi Bakteriologis pada Sarana Air Bersih di Desa Baruh Tabing Kecamatan Banjang 282 PEMBAHASAN 1. Kualitas Bakteriologis (Angka Coliform) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 tentang persyaratan air minum (6), maka air tersebut harus bebas dari coliform tinja, dimana untuk air bersih jumlah total coliform adalah 10 per 100 ml (air perpipaan), 50 pen 100 ml untuk air bukan perpipaan, dan air tersebut harus bebas dari bakteri Echerisia coli. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa sumur bor (BOR_1 dan BOR_3) telah memenuhi persyaratan Kesehatan, namun sarana air bersih lainnya tidak memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI (7). Dapat dikatakan bahwa hanya 2 sarana air bersih (22,2%) di Desa Baruh Tabing yang menjadi sampel telah memenuhi persyaratan kualitas air minum, selebihnya 7 sarana air bersih (77,8%) tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Fenomena ini dapat diartikan bahwa masyarakat Desa Baruh Tabung mempunyai potensi untuk terkena penyakit (water borne diseases) yang ditimbulkan oleh mengkonsumsi air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, misalnya: diare, gastroentritis. 2. Kategori Risiko Kontaminasi Hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh Petugas Sanitarian Puskesmas Banjang menunjukkan bahwa ada 44,4% sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat Desa Baruh Tabing mempunyai kategori risiko kontaminasi oleh coliform tergolong tinggi, ditambah 11,1% kategori sangat tinggi. Sedangkan sisanya masuk kategori rendah sebanyak 11,1% dan sedang sebanyak 33,3%. Fenomena ini memperlihatkan bahwa risiko kontaminasi sarana air bersih terhadap kontaminasi coliform (yang menjadi persyaratan air minum) masih besar dan perlu mendapatkan tindak lanjut dalam pengendalian risiko kontaminasi. Menurut daftar isian observasi sarana air bersih menunjukkan bahwa penilaian risiko yang muncul berkenaan dengan adanya sumber pencemar lainnya (misal: kotoran hewan, sampah); tidak ada sistem pembuangan air limbah; tidak ada lantai di sekeliling sumur sehingga air mudah mencemari; sumur tidak tertutup rapat sehingga mempunyai risiko terkontaminasi. 3. Analisis statistik Analisis statistik bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara sarana air bersih terhadap angka coliform yang terdapat pada masing-masing sarana air bersih di Desa Baruh Tabing dengan menggunakan statisti Uji Anova. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai probalitas sebesar 0,010 pada alpha sebesar 0,05. Karena nilai p < α maka dapat diartikan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan interpretasi ada perbedaan antara sarana air bersih terhadap angka coliform. Pada gambar 1 memperlihatkan bahwa garis trend/kecenderungan angka coliform meningkat pada sarana air bersih yang mempunyai kategori risiko kontaminasi sangat tinggi. Berdasarkan kurva tersebut dapat diprediksikan bahwa sarana air bersih di Desa Baruh Tabing jelas mempunyai risiko tinggi dan sangat tinggi terkontaminasi oleh coliform dari kotoran manusia. Fenomena tersebut didukung oleh kondisi lingkungan sarana air bersih yang buruk, dimana adanya sumber pencemar lainnya yang mengkontaminasi sarana air bersih, sistem pembuangan air limbah, dan sarana air bersih tanpa tutup yang memudahkan terkontaminasi oleh coliform. KESIMPULAN DAN SARAN Sarana air bersih mempunyai kategori risiko kontaminasi terhadap coliform termasuk tinggi 44,4% dan amat tinggi 11,1%. Sedangkan sarana air bersih jenis bor (hanya BOR_1 dan BOR_3) mempunyai angka coliform yang memenuhi persyaratan kesehatan. Secara keseluruhan terbukti secara statistik ada perbedaan signifikan risiko kontaminasi sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis air di Desa Baruh Tabing. Untuk menjaga adanya risiko kontaminasi coliform terhadap sarana air bersih, dilakukan pengawasan secara berkala oleh pihak yang berwenang, terutama petugas Sanitasi Puskesmas Banjang.

283 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 2 Juli 2015 KEPUSTAKAAN 1. Direktorat Penyehatan Lingkungan. Panduan Sistem Surveilans Air Minum dan Sanitasi. Dirjen PP-PL Jakarta, 2011 2. Departemen Pekerjaan Umum. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Air Untuk Kehidupan. Dirjen Cipta Karya,. Jakarta, 2009 3. Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Banjang, Profil Kesehatan Puskesmas Banjang Tahun 2010, Banjang 2010 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Profil Kesehatan Tahun 2009. Amuntai, 2009 5. Santoso Imam, Manajemen Data Untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan. Gosyen Publishing, Yogjakarta, 2013 6. Depkes RI. Prosedur Tetap Pengawasan dan Perbaikan Kualitas Air Bersih dan Sanitasi Pada Kejadian Bencana dan Pengungsian, Direktorat Penyahatan Lingkungan, Dirjen PP PL. Jakarta, 2006 7. Departemen Kesehatan. Pedoman Umum Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS KOMPONEN B), Direktorat Penyehatan Lingkungan, Dirjen PP PL Jakarta, 2009.