1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah organik yang berasal dari tanaman dan hidup di perairan, seperti eceng gondok apabila tidak dimanfaatkan maka akan merusak lingkungan perairan, karena eceng gondok akan menyumbat saluran perairan. Usaha peternakan setiap harinya menghasilkan limbah seperti feses, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan kandang dan ternak. Limbah ini apabila tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak lingkungan berupa pencemaran tanah, air dan udara yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia dan ternak. Limbah peternakan apabila dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Salah satu limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan adalah kotorannya. Kotoran ternak masih mengandung bahan organik, vitamin dan mineral. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan sumber energi berupa biogas. Salah satu kotoran ternak yang dapat digunakan berupa kotoran ayam dan kotoran sapi. Kotoran ayam dan sapi sebelum digunakan sebagai pupuk, terlebih dahulu dilakukan proses pengomposan melalui proses aerobik. Selain itu, dapat dilakukan dengan menggunakan cacing tanah sebagai organisme makro dengan istilah 1
2 vermicomposting. Vermicomposting dapat diklasifikasikan sebagai teknologi alternatif yang mewakili teknologi ramah lingkungan. Potensi kotoran ayam setiap hari mencapai rata-rata per ekor ayam 0,15 kg (Foley et al, 1973). Kandungan nutrisi kotoran ayam terdiri dari nitrogen 1,0-2,1%, fosfor 8,9-10,0% dan kalium 0,4% (Sarinadira dan Bayu, 2015). Komposisi kandungan nutrisi tersebut memungkinkan dapat digunakan untuk media cacing tanah dan diharapkan cocok untuk meningkatkan produktivitas dan reproduktivitasnya Kotoran sapi merupakan bahan yang baik untuk digunakan sebagai bahan dasar kompos megandung bahan organik, protein dan unsur hara yang cukup tinggi sehingga baik digunakan sebagi pakan untuk cacing tanah. Kotoran sapi mengandung 30% protein, dimana protein ini dapat merespon pertumbuhan cacing tanah lebih cepat (Resnawati dan Sarinadira, 2007). Sapi perah setiap harinya mengeluarkan feses (kotoran sapi) mencapai 8% dari berat badannya (Rahayu, 20023). Kotoran ayam dan kotoran sapi selain dapat digunakan untuk pupuk juga dapat digunakan sebagi sumber energi berupa biogas. Hasil dari proses biogas menghasilkan limbah yang sering disebut dengan sludge (bio slurry). Sludge dari biogas ini dapat digunakan untuk pupuk, karena sludge masih mengandung bahanbahan organik. Potensi sludge yang dihasilkan mencapai 50 ton/minggu (Foley et al, 2015). Kandungan sludge berdasarkan 100% bahan kering menurut Tistiana (2011) adalah abu (34,08%), protein (10,12%), serat (37,36%), lemak (1,93%).
3 Melihat potensi sludge ini dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik dan media pertumbuhan cacing tanah. Media yang digunakan dalam pembuatan vermicompost, merupakan pakan untuk menunjang kehidupan cacing. Pakan yang diberikan pada cacing tanah sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan reproduksi. Untuk memaksimalkan produktivitas dan reproduksi, selain menggunakan kotoran ternak juga dapat menggunakan tumbuhan hijau seperti eceng gondok (Palungkun, 2010). Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang pertumbuhannya sangat cepat. Eceng gondok dapat menutupi permukaan air dan menimbulkan masalah bagi lingkungan, sehingga tanaman ini dianggap sebagai gulma. Selain sebagai gulma, eceng gondok mempunyai mempunyai kandungan nutrisi, kadar air dan serat tinggi, sehingga eceng gondok berpotensi sebagai media cacing tanah (Gerbono dan Siregar, 2005). Kandungan nilai gizi eceng gondok sebagai berikut, kandungan protein 9,8 12,0 %, abu 11,9 23,9 %, lemak 1,1 3,3 %, serat 16,8 24,6 % (Riswandi, 2014). Cacing tanah merupakan hewan tanah yang mudah dibudidayakan, serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi pada cacing tanah cukup tinggi, yaitu berkisar 71,8% protein, 16,6% lemak, 9,99% karbohidrat dan 446,3 kalori (Manurung et al, tanpa tahun). Cacing tanah mempunyai banyak manfaat, diantaranya mempercepat proses dekomposisi limbah, menyuburkan tanah dan tanaman, sebagai pakan ternak dan ikan, sebagai bahan obat herbal, makanan sumber protein, pupuk organik dan bahan kosmetik. Cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat typus
4 yaitu Lumbricus rubellus, sehingga cacing tanah jenis ini berpotensi untuk dikembangbiakan. 1.2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini, dibatasi pada : 1. Cacing tanah yang digunakan yaitu cacing tanah jenis Lumbricus rubellus. 2. Media yang digunakan berupa sumber bahan baku limbah peternakan dari kotoran ayam, kotoran sapi, sludge biogas kotoran ayam dan sludge biogas kotoran sapi, serta eceng gondok (Eichhornia crassipes). 3. Jenis pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi jumlah cacing tanah, berat cacing tanah dan susut media, sifat kimia (analisa kandungan C- organik, N total, C/N ratio, P2O5 dan K total), sifat fisik (suhu, kelembaban dan ph). 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan berpengaruh terhadap jumlah dan berat cacing tanah Lumbricus rubellus? 2. Apakah penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan berpengaruh terhadap kualitas vermicompost? 3. Apakah usaha budidaya cacing tanah merupakan usaha yang berkelanjutan?
5 1.4. Keaslian Penelitian Hasil kajian pustaka yang penulis lakukan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, didapatkan penelitian mengenai budidaya cacing tanah dengan faktor penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan dilakukan oleh beberapa peneliti yang tersaji pada Tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Penelitian yang terkait dengan budidaya cacing tanah dengan faktor Peneliti/Jurnal/ Tahun Baskoro Aditya Bagus/ Universitas Gadjah Mada/ 2010 Tita Hatsari/ Universitas Gadjah Mada/ 2013 penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan Judul Pengaruh pemanfaatan cacing tanah sebagai biodecomposer pada sistem proses pengomposan sludge biogas dan kotoran sapi Pengaruh proporsi abu vulkanik dan jenis cacing tanah terhadap kualitas vermicompost feses sapi potong Hasil Metode vermicomposting memberikan respon yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional. Vermicomposting memberikan pengaruh terhadap perubahan kandungan Nitrogen, fosfor dan Kalium Penambahan abu vulkanik menyebabkan penurunan kualitas vermicompost. Cacing Lumbricus rubellus menunjukkan hasil yang lebih baik pada semua variabel yang diamati dibandingkan dengan Pheretima sp. Twana A Tahir and Fauziah S Hamid/ Journal Of Recycling of Organic Waste in Agriculture /2012 Vermicomposting of two types of coconut wastes employing Eudrilus eugeniae: a comparative study Waktu pengomposan limbah kelapa dan sebut kelapa berbeda yaitu 50 dan 16 hari. Pengomposan menggunakan cacing E.eugeniae yang menghasilkan produk berupa kascing.
6 Penelitian yang telah dilakukan mengkaji tentang media untuk pertumbuhan cacing tanah berupa limbah rumah tangga dan sludge biogas kotoran hewan (Nurwati, 2011; Pratiwi et al, 2013; Sarinadira, 2015). Namun untuk penelitian yang mengkaji penambahan eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada sumber bahan baku limbah peternakan, khususnya peruntukan eceng gondok untuk media vermicompost belum ada yang melakukannya. Eceng gondok merupakan tanaman air yang pertumbuhannya tinggi (3% per hari), mempunyai kemampuan menyerap dan menyimpan air, serta mengandung serat tinggi. Kandungan air pada eceng gondok cocok untuk pertumbuhan cacing tanah yang sebagaian besar tubuhnya mengandung air dan kandungan serat dapat memperlancarkan ekskresi, sehingga mempengaruhi pada kualitas vermicompost. Untuk itu peneliti ingin mengetahui penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan manakah yang lebih baik pengaruhnya terhadap jumlah cacing tanah, berat cacing tanah, susut media dan kualitas vermicompost. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan terhadap jumlah dan berat cacing tanah Lumbricus rubellus. 2. Mengetahui pengaruh penambahan eceng gondok pada sumber bahan baku limbah peternakan terhadap kualitas vermicompost. 3. Mengetahui sensitivitas dan sustainabilitas usaha budidaya cacing tanah Lumbricus rubellus.
7 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan alternatif dari pemanfaatan eceng gondok dan sunber bahan baku limbah peternakan sebagai media budidaya cacing tanah. 2. Mengurangi permasalahan sumber bahan baku limbah terutama dari usaha peternakan ayam dan sapi. 3. Memberikan manfaat yang mengarah pada pengembangan berkelanjutan (Sustainable development) terhadap pemanfaatan eceng gondok dan sumber bahan baku limbah peternakan sebagai media budidaya cacing tanah.