TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN DAN WISATA DI PURWODADI GROBOGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA SARANGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

KAJIAN HUTAN KOTA DALAM PENGEMBANGAN KOTA DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA (WANAWISATA) CINDELARAS DI KABUPATEN GROBOGAN

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. The McGraw-Hill Companies, Inc. 4 Poerwadarminta, WJS Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /296/ /2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Tawangmangu merupakan daerah wisata yang berpotensi

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

EKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PUSAT REKREASI DAN PEMBENIHAN IKAN AIR TAWAR DI MUNCUL DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR USULAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (NON SWADAYA DAN PNPM)

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Redesain Terminal Kartasura 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme)

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

WANA WISATA PENGGARON DI KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN DAN WISATA DI PURWODADI GROBOGAN Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh : Yanuar Anang Santoso D300 030 051 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan: Suatu usaha untuk memajukan atau membangun lebih baik dari sebelumnya. Hutan : Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kota : Satuan organik yang terus tumbuh melalui proses kompromi dan berbagai heterogenitas yang hidup didalamnya memiliki ciri dan karakteristik yang khas dimana setiap individu yang berbeda memiliki posisi yang sama penting dalam menentukan arah kebijakan bersama. Sebagai : Fungsi atau kegunaan Sarana : Penyalur/ penghubung Pendidikan : Usaha sadar atau terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara (SISDIKNAS, 2001). Dan : Kata sambung Wisata : Suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Di : Kata sambung. Purwodadi : Nama sebuah kecamatan di propinsi Jawa Tengah.

Grobogan : Nama sebuah kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Pengembangan hutan kota sebagai sarana pendidikan dan wisata adalah suatu usaha untuk memajukan/ membangun satu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan di dalam lingkup kegiatan manusia sehari-hari untuk menjadikan usaha sadar atau terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara serta sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan di Purwodadi Grobogan 1.2. Latar Belakang Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini banyak sekali kota yang masih belum memiliki hutan kota. Ada juga kota yang sudah memiliki hutan kota tapi belum bisa merawat dan melestarikannya. Banyak sekali orang-orang yang melupakan hutan kota. Bahkan ada juga kota yang tidak bisa memanfaatkan hutan kotanya dengan baik, bahkan sebalikya menggunakan hutan kota, merusak fasilitas yang ada disana dan lain-lain. Ada beberapa contoh dari pengrusakan hutan kota akibat dari ketidakpedulian masyarakat kota terhadap kelestarian hutan kota yaitu dihutan kota dan taman yang dibuat Pemerintah Daerah (Pemda) setempat banyak yang dirusak warga setempat. Pengrusakan tersebut misalnya pagarnya sudah dibobol dan areal hutan kota dijadikan jalan pintas. Bahkan lampu hiaspun yang rusak tidak pernah dirawat dan diperbaiki. Tidak adanya pengawasan lagi oleh dinas polisi kehutanan dari Perum Perhutani, yang mana seharusnya merawat dan menjaga hutan kota ini dengan baik. (Suara Merdeka, 31 Januari 2007). Kondisi ini sangat memprihatinkan sekali, fakta yang terjadi pada hutan kota di

Indonesia. Padahal Pemda setempat membuat hutan kota sebagai penyeimbang agar kota tidak gersang. Masyarakat kota membutuhkan ruang terbuka hijau karena kota merupakan tempat yang berpenghuni dan yang rawan akan polusi dan permasalahan lainnya. Jangan sampai hal ini terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia. Lestarikan dan rawatlah hutan kota dengan sebaik-baiknya karena hutan kota memiliki banyak manfaat untuk penduduk kota yaitu sebagai sarana pengembang kecerdasan anak, mengurangi polusi udara, banjir dan lain-lain. Dalam hal ini diharapkan setiap kota memiliki hutan kota sendiri, agar manfaat hutan kota dapat terealisasikan dengan baik sekaligus dapat memperindah kota tersebut. 1.3. Rumusan Permasalahan Ada beberapa kendala dalam pembangunan dan pengembangan hutan kota. Menurut Djamal (2005:16) dalam buku Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, kendala-kendala tersebut adalah lahan untuk hutan kota semakin berkurang, semakin mahalnya harga lahan di kota, adanya perebutan kepentingan dalam penggunaan lahan di kota, persepsi tentang hutan kota belum berkembang, sementara masyarakat masih ada yang menganggap bahwa pembangunan hutan kota tidak menguntungkan. Sehingga dapat dirumuskan permasalahan yang akan di jawab pada studi ini, yaitu sebagai berikut : a. Pembangunan hutan kota dengan konsep arsitektur tropis dan arsitektur lokal, sekaligus berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pariwisata. b. Bagaimana mengembangkan hutan kota yang aman, nyaman, dan sehat. c. Unsur-unsur spesifikasi apa sajakah yang akan dipakai dalam pengembangan hutan kota?

1.4. Tujuan Hutan kota dapat memberikan kota yang nyaman, sehat dan indah (estetis), kita sangat membutuhkan hutan kota untuk perlindungan dari berbagai masalah lingkungan di perkotaan. Hutan kota mempunyai banyak fungsi (kegunaan dan manfaat) Dengan melihat fungsinya, maka kita harus membangun dan mengembangkan hutan kota. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa dengan membangun dan mengembangkan bentuk hutan kota serta membangun dan mengembangkan struktur hutan kota, maka kendala lahan dapat di modifikasi sehingga kita akan tetap dapat membangun dan mengembangkan hutan kota. Disamping itu secara bertahap kita selalu berusaha membangun dan mengembangkan persepsi tentang hutan kota. Sehingga Kabupaten Grobogan akan mengalami perubahan di bidang pembangunan dan pendidikan, serta tidak ketinggalan juga di bidang wisata. Menjadikan Kabupaten Grobogan lebih indah dan sehat, dengan adanya hutan kota di wilayah Purwodadi. 1.5. Lingkup Pembahasan Agar tujuan dan sasaran pembahasan dapat tercapai maka lingkup pembahasan di batasi hanya pada hal-hal sebagai berikut : Perencanaan hutan kota (jenis pohon, tanaman, hewan, dan kontur tanah). Pengadaan fasilitas hutan kota (jalan/ sirkulasi, parkir kendaraan, kantor/ pos penjagaan, lampu, dan pagar) Pengadaan fasilitas pendidikan dan wisata (laborat, gudang penyimpanan bibit, wisata alam flora dan fauna, bangunan sebagai tempat peristirahatan, tempat makan, dan tempat konservasi alam).

1.6. Keluaran Pengembangan hutan kota di Purwodadi Grobogan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan mayarakat Kabupaten Grobogan, antara lain adalah kebutuhan pendidikan, kebutuhan wisata, kebutuhan keindahan kota, kebutuhan tata ruang hijau (RTH), dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang sesuai dan yang dibutuhkan. Dengan kata lain pengembangan hutan kota di Purwodadi Grobogan adalah untuk kepentingan kota Purwodadi dan masyarakat kabupaten Grobogan. 1.7. Metodologi Pembahasan F.1. Analisis Menjawab berbagai permasalahan berdasarkan data-data yang ada. Analisis tersebut berdasarkan pada analisis teori yang tidak relevan. F.2. Sintesis Merupakan penerapan hasil analisis berbentuk kerangka dan terarah berbentuk deskripsi konsep perencanaan untuk perancangan arsitektural.