BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keberhasilan dalam menerapkan tujuan organisasi adalah dambaan bagi setiap manajer baik itu dari level yang tinggi atau level yang lebih rendah. Dalam hal ini saya memberi judul tersebut dengan harapan dapat bermanfaat bagi banyak pihak termasuk instansi pemerintahan. Instansi Pemerintah merupakan lembaga atau organisasi yang mampu memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat luas. Pemerintah pada era sekarang ini, baik pemerintah pusat, daerah diharapkan untuk menjadi lembaga yang akuntabel, kompetitif, ramah rakyat, dan berfokus pada kinerja. Organisasi pemerintah harus mempunyai sistem manajemen strategis yang baik agar sistem perencanaan mampu mengendalikan permasalahan permasalahan yang akan dihadapi dimasa mendatang. Dalam mengendalikan dan mengatur organisasi, pengukuran kinerja merupakan salah satu alat penting bagi organisasi pemerintah karena merupakan implementasi strategi organisasi pemerintah. Pengukuran kinerja dapat digunakan dalam hal merencanakan serta mengukur keberhasilan perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan imbalan atau penghargaan yang sepatutnya diterima dan sebagai pemacu kinerja untuk lebih baik. 1
Perlu diketahui bahwa sistem pengukuran kinerja tradisional atau dapat disebut juga ukuran kinerja keuangan hanya menitikberatkan atau berfokus pada sisi keuangan, pengukuran kinerja tersebut belum cukup untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan instansi tersebut. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam sistem ukuran kinerja keuangan misalnya adalah perhitungan ROI, EVA, Profit margin, Rasio operasi dan varians antara data aktual dan data anggaran. Pengukuran tradisional ini dapat dikatakan kurang efektif dan efisien dikarenakan pada sistem ukuran kinerja keuangan hanya merupakan suatu penilaian terhadap salah satu aspek dari kinerja suatu perusahaan. Ukuran kinerja keuangan memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah dapat mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang perusahaan, manajemen tidak mengambil tindakan yang berguna untuk jangka panjang, menggunakan laba jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan dapat mendistorsi komunikasi antara manajemen serta pengendalian keuangan yang ketat dapat memotivasi manajer untuk memanipulasi data (Govindarajan 2005) Sedangkan menurut Mulyadi (1997) Pendekatan finansial bersifat historis, sehingga hanya mampu memberikan indikator dari kinerja manajemen dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kearah yang lebih baik. Pengukuran lebih berorientasi kepada manajemen operasional dan kurang mengarah kepada manajemen strategis. Tidak mampu mempresentasikan kinerja intangible assets yang merupakan bagian struktur aset perusahaan. 2
Ukuran-ukuran keuangan tidak memberikan gambaran yang cukup mengenai keadaan perusahaan karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial, misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996). Dengan menggunakan asumsi tersebut terciptalah suatu ukuran kinerja yang menggabungkan aspek keuangan dan aspek non keuangan. Ukuran tersebut dinamakan Balance Scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton. Balanced Scorecard merupakan suatu tools/alat yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang (Mulyadi dan Johny Setyawan, 1999). Dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Barbara Gunawan, 2000) diantaranya adalah komprehensif dimana BSC menekankan pengukuran tidak hanya dalam aspek kuantitatif saja tetapi juga pada aspek kualitatif. Keunggulan lainnya adalah BSC memiliki sifat adaptif dan responsive terhadap perubahan lingkungan bisnis. Keempat perspektif balance scorecard yaitu perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan dapat memelihara keseimbangan antara sasaran jangka pendek dengan jangka panjang, antara hasil yang diinginkan dengan faktor pendukungnya serta antara ukuran obyektif yang keras dengan ukuran subyektif yang lunak. Menurut Murphy and Russel (2002:2) menemukan bahwa 3
penggunaan Balanced Scorecard dapat menggantikan Costumer Relationship Management (CRM) Strategi, yakni suatu strategi dimana perusahaan mencoba mengelola hubungan yang baik dengan para pelanggan. Balance scorecard juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengatur kerangka kerja untuk proses manajemen sebuah perusahaan. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, salah satu organisasi pemerintah yang menerapkan konsep Balanced Scorecard kedalam skripsi yang berjudul Penerapan Balanced Scorecard dan Kontribusinya Di Dalam Tatanan Organisasi Pemerintah B. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang diatas, penelitian ini akan menjelaskan bagaimana kinerja organisasi pemerintah tersebut jika diukur dengan perspektif Balanced Scorecard. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini selain sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan program S1 juga untuk memberikan suatu penilaian kinerja yang memperhatikan aspek keuangan dan aspek non keuangan 2. Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 4
Hasil analisa yang dibahas oleh penulis didalam penelitiannya dapat menjadi bahan masukan/pertimbangan dalam mempertahankan kinerjanya atau meningkatkan kinerjanya b. Bagi Penulis Memberikan wawasan pengetahuan tentang konsep Balanced Scorecard dan kegunaannya c. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang kinerja organisasi pemerintah dan seberapa efisien organisasi tersebut dalam memberikan pelayanan kepada pihak pihak yang berkepentingan 5