BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Wahyudi dan Rinayati, 2013). astigmatisme. Kedua, adanya kelaianan organik yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

Diabetes dan Penyakit Mata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan


BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. angka morbiditas, namun angka mortalitas leukemia juga dilaporkan di Amerika. Sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ENGKI SOFYAN NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian katarak yang cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat (1,1%).Sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berumur di bawah 55 tahun. Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita baru katarak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular Degeneration (AMD). Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanakkanak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Katarak atau kekeruhan lensa mata menyebabkan terhalangnya sinar yang masuk ke retina. Bila kekeruhan lensa semakin meningkat maka penglihatan akan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Kebutaan akibat katarak bukan hanya menjadi beban pribadi penderita, tetapi juga menjadi beban bagi orang di sekelilingnya. Kondisi ini memberi dampak buruk bagi produktivitas, kualitas hidup, serta kesejahteraan baik individu maupun lingkup yang lebih besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain menjadi masalah kesehatan masyarakat, katarak juga menjadi masalah sosial ekonomi yang harus diatasi guna memutus rantai kebutaan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang (Perdami, 2013). 1

Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan sejak lahir, penyakit, trauma, efek samping obat, dan radiasi sinar matahari. Tetapi umumnya penyebab terbesar adalah proses penuaan. Faktor risiko katarak antara lain Diabetes Mellitus (DM), terlalu lama terpapar sinar matahari langsung, dan kebiasaan merokok (WHO, 2015). Faktor risiko katarak dapat berupa faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat berasal dari dalam tubuh sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor ekstrinsik berasal dari luar tubuh termasuk faktor demografi dan lingkungan. Adapun faktor ekstrinsik dapat berupa pajanan kronis sinar matahari, kebiasaan merokok, nutrisi, alkohol, derajat sosial ekonomi, dan status pendidikan. Faktor lingkungan kerja, baik yang berasal dari proses kerja maupun dari peralatan kerja dapat berdampak buruk pada mata pekerja (Tana, L, 2006). Terkait dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar matahari terdapat jenis pekerjaan yang berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan nelayan (Tana, L, 2007) Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi, dkk (2013), faktor pekerjaan dan tempat tinggal menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan kejadian katarak. Sedangkan penelitian oleh Fauzi, (2014), riwayat DM merupakan faktor risiko kejadian katarak. Risiko katarak menjadi lebih besar terutama apabila kadar glukosa tidak terkendali secara optimal. Penelitian oleh Rasyid, R (2010) menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dan kejadian trauma mata dengan katarak. Penelitian Rustama, (2014) menyatakan penurunan kadar enzim antioksidan pada lensa berhubungan dengan peningkatan kekeruhan lensa pada katarak. Antioksidan dapat berasal dari vitamin C, E, riboflavin, dan β- karoten yang didapat dari asupan makanan.

Studi pendahuluan dengan teknik sampling pada beberapa rekam medis pasien katarak rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali pada tanggal 18-21 Januari 2016 mendapatkan pasien yang terdiagnosa katarak mengeluh penglihatan kabur dan silau sejak tiga bulan yang lalu disertai rasa gatal, berarir, dan mata seperti ada pasir. Umur pasien rata-rata di atas 50 tahun, namun ada juga yang berumur antara 30-50 tahun, dan anak-anak.hasil wawancara dengan dr.indah Kencanawati, Sp.M menyatakan umur merupakan faktor risiko utama katarak, disamping riwayat DM dan paparan sinar ultraviolet langsung selama lebih dari 4 jam sehari. Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali adalah rumah sakit khusus mata yang menjadi pusat rujukan dan pelayanan kesehatan mata utama di Provinsi Bali.Selain pelayanan kesehatan mata juga terdapat pelayanan kesehatan Kulit dan THT. Berdasarkan laporan 10 Besar Penyakit pada Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2014, penyakit katarak menduduki peringkat teratas dengan presentase sebesar 29%. Dari data kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali periode Januari- Desember 2015 terdapat 11.801 kasus penyakit mata, sebagian besar adalah katarak yaitu sebanyak 3.283 kasus. Banyak faktor dikaitkan dengan terjadinya katarak antara lain: umur, pekerjaan, riwayat DM, kebiasaan merokok, asupan nutrisi khusunya antioksidan, adanya trauma pada mata, dan derajat sosial ekonomi. Walaupun teknologi yang aman dan efektif telah tersedia untuk memperbaiki penglihatan pada sejumlah penderita katarak, namun katarak yang belum dioperasi masih menjadi beban yang meningkat setiap tahunnya. Jumlah kasus katarak meningkat seiring meningkatnya umur harapan hidup. Berbagai tindakan pencegahan untuk memperlambat katarak

dapat dilakukan sesuai faktor risiko (Tana L, 2007). Penelitian mengenai faktor risiko katarak masih sangat jarang dan sejauh ini belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali sebagai upaya pencegahan penyakit katarak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa katarak merupakan penyakit dengan kasus terbesar dan merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia. Katarak merupakan penyakit dengan kasus terbesar pada kegiatan rawat jalan Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.Penyebab katarak bersifat multifaktorial dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah umur merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali? 2. Apakah pekerjaan merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali? 3. Apakah riwayat DM merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali? 4. Apakah perilaku merokok merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

5. Apakah trauma pada mata merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali? 6. Apakah tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali? 1.4 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko katarak pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui umur sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 2. Mengetahui pekerjaan sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 3. Mengetahui riwayat DM sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 4. Mengetahui perilaku merokok sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 5. Mengetahui trauma pada mata sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. 6. Mengetahui tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang penyakit katarak dan faktor risikonya secara umum 2. Dapat menjadi referensi serta acuan bagi penelitian faktor risiko kejadian katarak selanjutnya, terutama di Rumah Sakit. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai informasi atau masukan bagi masyarakat tentang faktor risiko katarak sehingga dapat mencegah terjadinya katarak. 2. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan program preventif dalam mengatasi penyakit katarak. 3. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali dalam menentukan program manajemen buta katarak, seperti upaya penyuluhan kesehatan kerja, pentingnya asupan gizi bagi kesehatan mata, serta peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan mata. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang keilmuan epidemiologi penyakit tidak menular yaitu faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.