16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja yang kurang baik dan rendahnya daya saing perusahaan-perusahaan milik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diidentifikasi merupakan akar dari krisis keuangan yang melanda negara kita. Sebenarnya Indonesia di dukung oleh sumber daya alam yang melimpah, populasi penduduk yang banyak, serta tenaga kerja yang kompeten. Tetapi, pencapaian prestasi itu tidak didukung oleh tata kelola perusahaan yang baik sehingga disinyalir sebagai penyebab terjadinya krisis ekonomi. Menurut pidato Azhar Maksum dalam pengukuhan Guru Besar Tetap bidang Ilmu Akuntansi Manajemen Universitas Sumatera Utara yang mengutip ungkapan Dorojatun Kuntjoro Djakti yang berbunyi : Tidak ada Negara yang kuat tanpa dunia usaha yang kuat. Terbukti dengan adanya krisis ekonomi di Indonesia dan juga negara Asia lainnya.sebagaimana dikemukakan oleh Baird (dalam kutipan pidato yang disampaikan Azhar Maksum pada pengukuhan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara) bahwa : salah satu akar penyebab timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan juga di berbagai negara Asia lainnya adalah buruknya pelaksanaan corporate governance (tata kelola perusahaan) dihampir semua perusahaan yang ada, baik perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah (BUMN) maupun yang milik swasta. Dengan buruknya pelaksanaan corporate governanace, maka tingkat kepercayaan para pemilik modal menjadi turun karena investasi yang mereka lakukan menjadi tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti dengan tindakan penarikan atas
17 investasi yang sudah ditanamkan, sementarainvestor baru juga enggan untuk melakukan investasi. Surat keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governance pada BadanUsaha MilikNegara dan telah disempurnakan dengan PeraturanMenteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan TataKelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance). Pada Badan Usaha Milik Negara menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.berbagai perusahaan seperti swasta, badan usaha milik negara, maupun perusahaan multinasional telah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dilingkungan perusahaan masing-masing. Namun masih sedikit yang melakukan evaluasi secara berkala, untuk menilai efektivitas dan efisiensi dalam penerapan GCG tersebut. Untuk mengetahui apakah unit kerja suatu perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip GCG secara efektif dan efisien, perlu dilakukan audit penilaian mandiri (self assessment audit). Pelaksanaannya dapat dikordinir oleh Tim/Komite/Divisi GCG yang merupakan unit kerja dari organisasi perusahaan. Pejabat/pimpinan unit kerja pada prinsipnya dapat melakukan self assesment setiap saat untuk mengevaluasi pelaksanaan GCG, namun mengingat keterbatasan
18 yang ada,pejabat/pimpinan unit kerja dapat melakukan self assesment sekurangkurangnya setiap enam bulan sekali. Tim/Divisi GCG bertindak sebagai pemantauan dan evaluasi penerapan GCG paling tidak melakukan penilaian terhadap suatu unit kerja sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Hal ini dapat berfungsi sebagai persiapansebelum dilakukan audit GCG oleh pihak luar dalam rangka penilaiain Corporate Governance Perception Index (CGPI) (Rubrik ragam, majalah krakatau steel group 2009). Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki tanggungjawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat Internasional. Kebanyakan perusahaan menyadari pentingnya GCG, namun mereka menerapkan GCG hanya karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan dengan menganggap bahwa prinsip-prinsip GCG merupakan bagian terpenting dari pembentukan kultur perusahaan.dalam melakukan penilaian terhadap suatu unit kerja,komite pemantauan dan evaluasi penerapan GCG dapat melakukan interview terhadap responden yang terdiri dari pejabat/pimpinan unit kerja dan/atau rekan setingkat, bawahan/karyawan serta atasan dari pejabat/pimpinan unit kerja yang berkaitan. Kuesioner dibuat sebagai alat penilaian mandiri (self assesment) untuk mengetahui sejauh mana penerapan prinsip-prinsip GCG di lingkungan perusahaan.dalam kasus ini, assesment terhadap penilaian GCG yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selama ini merupakan data perusahaan yang bersifat rahasia dan tidak dapat dipublikasikan. Assesment dilaksanakan berdasarkan metode, prosedur dan tolak ukur
19 assesmentyang dikembangkan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan(BPKP) bersama dengan Kementrian BUMN sesuai kesepakatan tanggal 19 oktober 2006 yang mencakup: hak dan tanggungjawab pemegang saham/rups,kebijakan GCG, internal audit, sekretaris perusahaan, pengungkapaninformasi (disclousure), dan komitmen. Hasil assessment dituangkan pada laporan hasil evaluasi/penilaian penerapan GCG yang memberikan gambaran mengenai kondisi penerapan GCG pada PT. Pos Indonesia (Persero) dan termasuk memberikan langkah perbaikan yang direkomendasikan.ukuran penilaian yang dimaksud dalam hal ini adalah pencapaian ukuran Best Practice, untuk mengetahui bagaimanakah praktik penerapan prinsip GCG dinilai dengan menggunakan metode self assesment dengan menggunakan pedoman Good Corporate Governance menurut KNKG dan surat keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat maupun kualitas GCG perusahaan yang setelah itu diperbarui pada surat keputusan Menteri BUMN Nomor: 19/S.MBU/Tim GCG/2006 tanggal 31 oktober 2006 tentang assessmentgcg BUMN.Dari hasil analisis penelitian tersebut diperoleh rekomendasi perbaikan atas kelemahan dalam pelaksanaan prinsip GCGyang perlu ditindaklanjuti secara optimal sesuai dengan kondisi spesifik kegiatan perusahaan. Tindak lanjut atas rekomendasi tersebut didasari dengan komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait yang diyakini akan meningkatkan praktik penerapan GCG pada PT.Pos Indonesia (Persero) menuju kondisi yang ideal.
20 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian sehingga dapat mengarahkan, membatasi dan memperjelas permasalahan yang ada. Maka perumusan masalah yang dapat diangkat adalah: 1. Bagaimanakah penilaian Good Corporate Governance pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Surabaya 60000 dengan menggunakan metode self assesment? 2. Apakah kendala yang dihadapi PT. Pos Indonesia (Persero) dalam menjalankan prinsip-prinsip Good Corporate Governance? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penilaian Good Corporate Governancepada PT. Pos Indonesia (Persero) dengan menggunakan metode self assesment. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG yang sesuai dengan peraturan yang ada. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan saran kepada pihak manajemen akan pentingnya menerapkan prinsip-prinsip GCG dengan menggunakan metode
21 self assesment sesuai dengan pedoman GCG berdasarkan surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: 19/S-MBU/Tim GCG/2006 tanggal 31 oktober 2006 tentang Assesment Good Corporate Governance BUMN. Sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja BUMN yang memiliki nilai aset yang demikian besar untuk mendukung pencapaian penerimaan/pendapatan negara, sekaligus menghapuskan berbagai bentuk praktik inefisiensi, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyimpangan lainnya untuk memperkuat daya saing BUMN menghadapi pasar global. 2. Kontribusi Teoritis Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan GCG dan mendorong terciptanya kesinambungan perusahaan sebagai pengelolaan berdasarkan kepada asas transparansi, akuntabilitas, independensi, tesponsibilitas dan kewajaran. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun perbandingan implementasi kebijakan perusahaan dengan pedoman Komite Nasional Kebijakan Governance. Agar dapat dijadikan masukan manajemen pusat akan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik, dapat digunakan pula dalam memperbaiki kinerja organisasi untuk mencapai tujuan pada tahun mendatang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini tidak mengalami kesalahfahaman dan untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis perlu memberikan batasan
22 pembahasan, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan dengan menggunakan laporan hasil penilaian penerapan BTP dengan metode penilaian mandiri tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 termasuk langkah perbaikan yang direkomendasikan yang berpedoman pada surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: 19/S.MBU/Tim GCG/2006 tanggal 31 oktober 2006 tentang Assesment GCG BUMN.