BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan faktor-faktor utama pendorong terjadinya globalisasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai ritel dan industri ritel Indonesia, toko ritel modern, merek (brand),

PERAN NILAI FUNGSIONAL DAN NILAI PSIKOLOGIS DALAM MEMEDIASI PENGARUH PERCEIVED BRAND GLOBALNESS

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dari toko ritel buka selama 24 jam. Pertumbuhan bisnis ritel ini juga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

Standard Chartered Bank dan Super Indo Beri Manfaat Lebih Bagi Para Nasabah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa yang lebih banyak serta beragam (Mankiw, 2007:182).

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

Bisnis Ritel. Dosen: Pristiana Widyastuti HP/WA:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah unsur terpenting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB V PENUTUP. dan dipaparkan pada bab sebelumnya, serta perumusan saran dan implikasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pasar yang ketat ini sebuah bisnis atau perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Kawasan Asia sangat diperhitungkan saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih cerdas dalam memilih suatu produk, terutama untuk produk fashion seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. datangi sesuai dengan harapannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. minimarket, supermarket dan hypermarket terus meningkat, hal ini diiringi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah tangga (Ma ruf, 2006:7). Bisnis ritel saat ini perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang

BAB I PENDAHULUAN. Ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan semakin tampak jelas dengan banyak berdiri pusat. perbelanjaan dalam konsep supermarket dan hypermart.

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklim perkembangan bisnis ritel di Indonesia beberapa tahun terakhir dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan. pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maupun pusat perbelanjaan serba ada (departement store). Di dalam

PERAN NILAI FUNGSIONAL DAN NILAI PSIKOLOGIS DALAM MEMEDIASI PENGARUH PERCEIVED BRAND GLOBALNESS DAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis retail di Indonesia kini berkembang dengan pesat dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Selama beberapa dekade terakhir, jelas terlihat bahwa dunia telah beralih

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas di awal abad 21 membuat. perkembangan lingkungan pemasaran semakin global, persaingan di antara

BAB I PENDAHULUAN. produk dan jasa yang tersedia. Didukung dengan daya beli masyarakat yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengandalkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dalam melamar pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I LATAR BELAKANG. Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di bidang teknologi dan informasi, komunikasi, serta transportasi merupakan faktor-faktor utama pendorong terjadinya globalisasi. Globalisasi telah mendorong banyak perusahaan diseluruh dunia untuk melakukan internasionalisasi. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan mulai memandang bahwa pasar potensial tidak hanya terdapat di dalam negeri, tetapi juga terdapat di luar negeri. Oleh karena itu, banyak perusahaan mulai melakukan internasionalisasi, yaitu proses dimana perusahaan secara bertahap meningkatkan awareness terhadap pasar asing dan melibatkan diri di dalam kegiatan bisnis dengan negara lain (Tjiptono & Chandra, 2012:35). Menurut Business Monitor International (2013:8), terdapat beberapa pertimbangan dan alasan yang menyebabkan maraknya perusahaan asing maupun merek asing mulai melakukan internasionalisasi, khususnya di negara Indonesia. Pertama, Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di antara negara-negara Asia Tenggara, dan merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, sehingga merupakan peluang tersendiri karena menawarkan pasar yang luas bagi para investor untuk melakukan bisnis di Indonesia. Indonesia juga merupakan salah satu pendiri Association of South East Asia Nations (ASEAN) dan berkomitmen untuk menurunkan hambatan perdagangan tarif dan non-tarif. 1

Selain itu, letak geografis Indonesia yang strategis yaitu antara samudera Pasifik dan Hindia serta dekat dengan rute utama perdagangan timur-barat mengakibatkan Indonesia menjadi kawasan ekonomi yang cukup penting (BMI, 2013:12). Faktor lain adalah negara Indonesia yang kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (BMI, 2013:12). Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan maraknya perusahaan maupun merek asing masuk ke Indonesia. Akibat internasionalisasi, arus masuknya produk dan merek asing banyak ditemui di Indonesia. Konsumen mulai dihadapkan dengan pilihan antara merek lokal dan merek global. Fenomena yang banyak terjadi adalah bahwa banyak konsumen yang mempersepsikan suatu merek sebagai merek global (Perceived Brand Globalness/PBG) atau mempersepsikan suatu merek sebagai merek lokal (Perceived Brand Localness/PBL), padahal merek tersebut belum tentu merupakan merek global atau merek lokal. Penyebab terjadinya merek global atau merek lokal yang dipersepsikan adalah akibat dari strategi positioning perusahaan (Swoboda et al., 2012:74). Strategi ini dilakukan oleh perusahaan global maupun perusahaan lokal sebagai salah satu cara untuk mendapatkan konsumen dan menciptakan retail patronage. PBG dan PBL mempengaruhi retail patronage melaui nilai fungsional dan psikologis suatu merek (Swoboda et al., 2012:73). Retail patronage adalah suatu kondisi dimana konsumen lebih suka atau lebih sering mengunjungi suatu toko ritel dibandingkan dengan toko ritel lain yang berada dalam industri yang sama atau menjual produk yang sama (Pan & Zinkhan, 2006:230). Terdapat 2

beberapa faktor tambahan lain yang juga dapat mempengaruhi PBG dan PBL dalam menciptakan retail patronage, yaitu identitas konsumen dan country of origin (Swoboda et al., 2012:73). Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Peran Nilai Fungsional Dan Nilai Psikologis Dalam Memediasi Pengaruh Perceived Brand Globalness dan Perceived Brand Localness Terhadap Retail Patronage. Dimana, penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian Swoboda et al.(2012), yang berjudul The Effects of Perceived Brand Globalness and Perceived Brand Localness in China: Empirical Evidence on Western, Asian, and Domestic Retailers. Pada penelitian Swoboda et al.(2012), penelitian dilakukan terhadap tiga industri ritel yang terdapat di Cina, yaitu grocery retailing (toko ritel), ritel fashion, dan ritel jasa. Namun, berbeda dengan penelitian Swoboda et al.(2012), penelitian ini hanya berfokus pada satu industri ritel yaitu toko ritel modern. Salah satu alasan pemilihan industri ritel tersebut adalah tren toko ritel modern yang saat ini sedang booming di Indonesia. Menurut BMI (2013:53), penyebab booming toko ritel modern di Indonesia adalah konsumen lebih tertarik berbelanja di lingkungan yang jauh lebih higienis dan nyaman. Alasan lain penelitian ini fokus pada toko ritel modern adalah karena toko ritel modern cenderung terstandarisasi sehingga akan lebih mudah dibandingkan dan dinilai. Menurut Soliha (2008:130), ritel modern adalah sejumlah pedagang eceran atau pengecer berukuran besar yang memiliki jumlah gerai yang cukup banyak dan fasilitas toko yang sangat lengkap dan modern. Menurut pendapat Soliha 3

(2008:131), terdapat beberapa jenis toko ritel modern, diantaranya adalah hypermarket, supermarket (swalayan), minimarket, dan departement store. Di Yogyakarta sendiri, telah banyak terdapat ritel modern. Namun, untuk format ritel hypermarket masih dikuasai oleh ritel asing, seperti Carrefour (Perancis) dan Lotte Mart (Korea). Sementara untuk department store di Yogyakarta, dikuasai oleh ritel lokal, seperti Matahari Department Store (PT Matahari Department Store tbk), Ramayana Department Store (PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk) dan Centro Lifestyle Department Store (PT Tozy Sentosa Tbk). Oleh karena itu, pada penelitian ini, format ritel modern yang diteliti terbatas pada kategori minimarket dan supermarket, dimana masing-masing ritel asing dan lokal telah terdapat di Yogyakarta. Indomaret merupakan salah satu minimarket merek lokal Indonesia yang terdapat di Yogyakarta. Indomaret merupakan minimarket pertama di Indonesia yang memiliki konsep bisnis waralaba dan bernaung dibawah PT Indomarco Prismatama (http://indomaret.com/profil-perusahaan/). Saat ini, Indomaret telah memiliki 8.348 gerai di Jawa, Madura, Bali, Sumatera dan Sulawesi, dimana 40% diantaranya merupakan gerai milik terwaralaba dan 60% lainnya merupakan milik perusahaan (http://indomaret.com/profil-perusahaan/). Indomaret telah lama berkiprah di bidang ritel di Indonesia, dan bahkan terpilih menjadi Indonesia Living Legend Brands versi Majalah Swa pada tahun 2013, dan saat ini memasuki tahun ke 25 di industri ritel Indonesia (Majalah Swa, 2013:40-41). Indomaret juga terpilih menjadi salah satu dari Top 250 Indonesia Original Brand 2013 versi 4

Majalah Swa (Majalah Swa, 2013:30-35), serta terpilih menjadi Indonesia Prospective Brands 2013 (Majalah Swa, 2013:50). Selain merek lokal, di Yogyakarta juga terdapat merek asing untuk kategori minimarket, salah satunya adalah Circle K. Circle K merupakan salah satu jaringan waralaba minimarket yang berasal dari El Paso, Texas, Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1951 (http://circlek.com/history-and-timeline). Pada tahun 2003, merek Circle K diakuisisi oleh sebuah perusahaan ritel terbesar di Kanada, yaitu Alimentation Couche-Tard (ACT) (http://circlek.com/history-andtimeline). Circle K mulai memasuki industri ritel Indonesia pada 1986 dengan toko pertama di Jakarta (http://www.circlekindo.com/career). Saat ini, Circle K telah memiliki cabang di hampir setiap kota besar di seluruh Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Batam, Surabaya, dan Makassar (http://www.circlekindo.com/career). Pada tahun 2000, Circle K mulai memasuki Yogyakarta, dan saat ini telah terdapat kurang lebih 38 gerai Circle K di Yogyakarta. Lisensi Circle K Indonesia dipegang oleh PT Circleka Indonesia Utama (http://circlekindo.com). Selain di Indonesia, Circle K saat ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Meksiko, Jepang, Macau, China, Guatemala, Hong Kong, Vietnam, Uni Emirat Arab. (http://www.circlekindo. com/career). Sementara untuk kategori supermarket, di Yogyakarta terdapat Hero Supermarket sebagai salah satu supermarket merek lokal Indonesia dan Super Indo sebagai salah satu merek asing. Hero Supermarket berada di bawah naungan PT Hero Supermarket, salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1971 (https://hero.co.id/hero/id/about). Selain Hero 5

Supermarket, PT Hero Supermarket ini menaungi beberapa merek hypermarket, supermarket serta convenience store, diantaranya adalah Giant, Starmart dan Guardian (http://corporate.hero.co.id/en/site). Pada September 2013, PT Hero Supermarket telah memiliki 634 gerai di seluruh Indonesia, dimana 35 diantaranya merupakan gerai Hero Supermarket (http://corporate.hero. co.id/en/history). Di Yogyakarta, hanya terdapat 1 gerai Hero Supermarket, yaitu terletak lower ground Malioboro Mall. Super Indo merupakan jaringan ritel internasional Delhaize Group, yang berpusat di Belgia dan telah tersebar di 3 benua dan 10 negara, yaitu Belgia, Luksemburg, Yunani, Romania, Serbia, Bosnia & Herzegovina, Bulgaria, Montenegro, Amerika Serikat, dan Indonesia (http://www.superindo.co.id/ tentang_kami/). Di Indonesia sendiri, Super Indo dipegang oleh PT Lion Super Indo. Sejak tahun 1997, Super Indo telah bergabung di dalam industri ritel Indonesia (http://www.superindo.co.id/tentang_kami/). Saat ini, Super Indo telah memiliki kurang lebih 105 gerai yang tersebar di 16 kota besar di Indonesia (http://www.superindo.co.id/tentang_kami/). Di Yogyakarta sendiri, terdapat 8 gerai supermarket Super Indo (http://www.superindo.co.id/hubungi_kami/lokasi_ super_indo). Pada tahun 2013, Super Indo terpilih menjadi Indonesia Prospective Brands 2013 versi Majalah Swa (Majalah Swa, 2013:50). 6

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan, antara lain: 1. Bagaimana pengaruh PBG dan PBL terhadap retail patronage melalui nilai fungsional dan nilai psikologis? 2. Bagaimana identitas konsumen sebagai variabel moderasi antara PBG dan PBL dengan nilai fungsional dan nilai psikologis berpengaruh terhadap retail patronage? 3. Apakah terdapat perbedaan persepsi konsumen pada retail patronage, nilai fungsional, nilai psikologis, PBG, dan PBL jika ditinjau dari identitas konsumen? 4. Apakah terdapat perbedaan persepsi konsumen pada retail patronage, nilai fungsional, nilai psikologis, PBG, dan PBL jika ditinjau dari country of origin? 1.3 Batasan Masalah Agar ulasan yang disampaikan tidak meluas dan terfokus, maka dalam penelitian ini dibuat suatu batasan masalah, antara lain: 1. Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah di Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian dikarenakan alasan kemudahan untuk mendapatkan responden. 2. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perceived Brand Globalness (PBG / Merek global yang dipersepsikan) adalah kondisi dimana konsumen mempersepsikan suatu merek sebagai 7

merek global dan dianggap sebagai perusahaan yang bergerak di pasar global (Swoboda et al., 2012:74). b. Perceived Brand localness (PBL / Merek lokal yang dipersepsikan) adalah kondisi dimana konsumen mempersepsikan suatu merek sebagai merek lokal dan dianggap sebagai perusahaan yang bergerak di pasar domestik atau lokal(swoboda et al., 2012:74). c. Retail patronage adalah suatu kondisi dimana konsumen lebih suka (prefer) atau lebih sering mengunjungi suatu toko ritel dibandingkan dengan toko ritel lain yang berada dalam industri yang sama atau menjual produk yang sama (Pan & Zinkhan, 2006:230). d. Nilai Fungsional adalah faktor-faktor yang menjelaskan perilaku pembelian konsumen dari segi rasional (nilai harga dan kualitas) (Swoboda et al., 2012:73). e. Nilai Psikologis adalah faktor-faktor yang menjelaskan perilaku pembelian konsumen dari segi emosional (nilai emosional dan sosial) (Swoboda et al., 2012:73). f. Identitas Konsumen adalah bagaimana konsumen mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari suatu komunitas lokal atau sebagai komunitas global (Zhang & Khare, 2009). g. Country Of origin adalah segala pengaruh dari negara produsen yang menciptakan persepsi positif maupun negatif konsumen atau produk atau merek tertentu (Tjiptono & Chandra, 2012:285). 8

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan penulisan penelitian ini, antara lain: 1. Menganalisis dan memaparkan pengaruh PBG dan PBL terhadap retail patronage melalui nilai fungsional dan nilai psikologis. 2. Menganalisis dan memaparkan pengaruh identitas konsumen sebagai variabel moderasi antara PBG dan PBL dengan nilai fungsional dan nilai psikologis dalam mempengaruhi retail patronage. 3. Menganalisis dan memaparkan perbedaan persepsi konsumen pada retail patronage, nilai fungsional, nilai psikologis, PBG, dan PBL jika ditinjau dari identitas konsumen. 4. Menganalisis dan memaparkan perbedaan persepsi konsumen pada retail patronage, nilai fungsional, nilai psikologis, PBG, dan PBL jika ditinjau dari country of origin. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara lain: 1. Bagi Pemasar, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi pada pihak manajemen perusahaan mengenai pengaruh Perceived Brand Globalness (PBG / Merek global yang dipersepsikan) dan Perceived Brand Localness (PBL / Merek lokal yang dipersepsikan) melalui nilai fungsional 9

dan nilai psikologis untuk menciptakan retail patronage sehingga perusahaan mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana pengaplikasian dari ilmu yang penulis dapatkan di bangku kuliah, khususnya pada bidang manajemen pemasaran. 3. Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat memberikan dan menambah wawasan mengenai Perceived Brand Globalness (PBG / Merek global yang dipersepsikan) dan Perceived Brand Localness (PBL / Merek lokal yang dipersepsikan). 1.6 Sistimatika Penulisan Bab I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini berisikan mengenai uraian teoritis yang digunakan sebagai landasan teori yang mendukung penelitian ini yaitu mengenai ritel dan industri ritel Indonesia, toko ritel modern, merek (brand), merek global dan merek lokal, persepsi, Perceived Brand Globalness, Perceived Brand Localness), retail patronage, nilai psikologis, nilai fungsional, identitas konsumen dan country of origin. Selain itu, pada bab ini juga akan dipaparkan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu serta pengembangan hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini berisikan tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari obyek penelitian, tempat dan 10

waktu penelitian, populasi, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, metode pengukuran data, metode pengujian instrumen dan metode analisis data. Bab IV Analisis Data. Bab ini membahas mengenai analisis serta pengujian terhadap jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. Bab V Penutup. Bab ini berisikan tentang kesimpulan, saran dan implikasi manajerial yang penulis ajukan, serta keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini. 11