BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 3 ELABORASI TEMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai tahun 1942 (Sidharta, 1987 dalam Samsudi) Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006) Arsitektur kolonial merupakan

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

GEVEL SEBAGAI KARAKTER BANGUNAN KOLONIAL DENGAN FUNGSI RUMAH TINGGAL DI KOTA TEGAL (STUDI KASUS JALAN GAJAH MADA KOTA TEGAL)

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB III TINJAUAN KHUSUS

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

Ekspresi Gaya Arsitektur Kolonial pada Desain Interior Gedung Lindeteves Surabaya

Architecture. Home Diary #008 / 2015

BAB V KAJIAN TEORI Interpretasi dan Elaborasi Tema Desain. a. Pengertian Arsitektur Kontekstual. Indonesia) mengenai: bangunan.

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

LINDETEVES: SI KEMBAR DARI BELANDA

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

KARAKTERISTIK FASAD RUMAH MINIMALIS DI SURAKARTA

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

Arahan Disain Fasad Koridor Jalan Songoyudan untuk Memperkuat Citra Visual pada Area Perdagangan Bersejarah di Surabaya

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II KAJIAN LITERATUR

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Kementerian Pendidikan Nasional merupakan lembaga pemerintahan yang bertugas meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. salah satu langkah yang di

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN PENINGGALAN KOLONIALISME DAN SEBARAN SPASIALNYA DI KOTA MAKASSAR. Abstrak

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

Bab IV Analisa Perancangan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL 2.1.1 Definisi Arsitektur Kontekstual Brent C. Brolin (1980) dalam Firgus (2010) melalui bukunya Architecture in Context memberikan pengertian suatu perencanaan dan perancangan arsitektur yang memperhatikan permasalahan kontinuitas visual antar bangunan baru dengan nuansa lingkungan yang ada disekitarnya dan melakukan studi terhadap kesulitan yang timbul dalam menciptakan keserasian antara bangunan dengan perbedaan jaman dan gaya dalam suatu lokasi yang berdekatan. Pendapat lain Graham Shane yang dikutip oleh Charles Jencks dalam Firgus (2010) mengatakan kontekstualisme merupakan suatu perencanaan dan perancangan yang harus sesuai, tanggap dan menjembatani lingkungan disekitarnya bahkan melengkapi pola yang terkandung dalam tatanan ruang lingkungan. Menurutnya (Jenks, 1981) kontekstual merupakan sebuah konsep atau prinsip merancang bangunan dengan memperhatikan dan tetap menjaga keterkaitan atau keterikatan dengan lingkungan sekitar, terutama secara visual. Perancangan sebuah bangunan baru pada satu lingkungan atau kawasan dengan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, akan memebrikan keserasian dan kesatuan secara visual dengan lingkungan sekitarnya. Dalam bukunya, Brolin (1980) juga menegaskan bahwa persoalan dalam kontekstualisme adalah bagaimana menyelaraskan sebuah bangunan baru (melalui

eksplorasi kesamaan gaya dan teknologi) yang bersebelahan dengan bangunan lama atau lingkungan lama yang memiliki gaya arsitektur tertentu dapat menjaga kontinuitas visual terjaga (fitting new buildings with the old). Brolin (1980) dalam Kwanda (2004) mengatakan konsep desain dalam kotekstual terbagi atas dua, yaitu contras dan harmony. 1. Contras (kontras/berbeda) Kontras merupakan konsep perancangan desain yang bersifat mencolok, berbeda dari yang lain. Brolin (1980) mengungkapkan bahwasannya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmosi, namun bila terlalau banyak akan mengakibatkan shock effect yang timbul sebagai akibat kontras maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun. Dalam konteks perancangan, kontras merupakan tektnik yang paling populer dengan teknik ini perancang dapat menciptakan sesuatu yang kreatif, paling tidak karya desainnya berbeda dengan bangunan lain yang ada disekitarnya. Tetapi ada juga pendapat yang mengatakan bahwa teknik kontras diambil karena relatif sulitnya menghubungkan arsitektur baru dengan yang lama. Dan menurut Brolin (1980), bangunan lama dan baru dapat dihubungkan secara kontras dengan berhasil yaitu dengan cara menggunakan suatu penghubung atau link. Terdapat dua cara penghubung yaitu memundurkan bangunan baru atau mengolah fasade bangunan baru dengan tampilan lama, baik menggunakan bahan bangunan lama atau baru. 6

2. Harmony (Harmoni/Selaras) Harmoni atau selaras merupakan konsep dalam perancangan arsitektur kontekstual yang menunjukkan keserasian atau keselarasan bangunan baru dengan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan baru harus lebih menghargai dan memperhatikan konteks/lingkungan dimana bangunan itu berada, kemudian bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada atau lingkungan yang ada menjaga dan melestarikan tradisi yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas). Menurut Brolin (1980) hubungan antara bangunan baru dan lingkungan arsitektur di sekitarnya dapat dicapai dengan mengaplikasikan aspek general attributes (elemen-elemen yang mudah dikenali pengamat) dan historical attributes (ornamen tradisional dan ornamen modern) bangunan eksisting ke dalam bangunan baru. 2.1.2 Ciri-Ciri Desain Kontekstual Adapun ciri-ciri kontekstual (Brolin, 1980) adalah : a. Adanya pengulangan motif pola desain bangunan sekitar b. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama dan riasan atau ornamen terhadap bangunan dilingkungan sekitar ( continuity & connectivity) c. Menjaga kualitas dan karakter lingkungan. 7

2.2 FASAD Berdasarkan teori Komposisi Arsitektur (Krier, 2001), fasad merupakan elemen fisik terluar dari sebuah bangunan yang membentuk wajah bangunan dan memamerkan keberadaaan sebuah bangunan kepada publik. Elemen-elemen pendukung fasad menurut Krier (2001) adalah : 1. Atap Atap berperan sebagai mahkota yang disandang oleh tubuh bangunan, sehingga secara visual, atap merupakan akhiran dari fasad dan titik akhir dari bangunan. 2. Jalan masuk dan pintu masuk Jalan masuk atau entrance merupakan komponen yang memeiliki peran penting, sebagai akses dan tanda transisi dari area publik (eksterior) ke bagian privat (interior). 3. Jendela Jendela adalah bukaan yang terletak didinding sebuah bangunan yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya dalah sebuah ruangan atau bangunan. Sebagai salah satu komponen fasad, figur jendela memberikan artikulasi tersendiri sebagai karakter atau citra dari sebuah bangunan. 4. Dinding Dinding adalah salah satu elemen fasad bangunan yang memperkuat ciri dan karakter suatu bangunan. Permukaan suatu dinding dapat memperkuat karakter suatu bangunan melalui material, tekstur dan warna. 8

5. Arkade Arkade atau gang beratap merupakan sebuah jalur pejalan kaki yang beratap dengan dinding pembatas disalah satu sisinya (Khairunissa, 2014). Arkade biasanya terdapat pada bangunan komersil seperti ruko-ruko. Selain berfungsi sebagai ruang atau jalur pejalan kaki, arkade juga menjadi pembatas antara bangunan dengan jalan. 6. Riasan atau Ornamen Ornamen berasal dari kata ornare (bahasa Latin) yang berarti menghias juga berarti dekorasi atau hiasan. Ornamen sering juga disebut sebagai desain dekoratif atau desain ragam hias. Ornament berfungsi untuk menambah nilai estetis dari suatu bangunan yang akhirnya akan menambah nilai finansial dari bangunan tersebut. Ornamen juga menunjukkan gaya arsitektur yang terdapat dalam desain suatu bangunan. Untuk merancang bangunan yang memiliki elemen fasad yang kontekstual, maka sebelumnya perlu diketahui apa saja elemen yang perlu diperhatikan dari sebuah bangunan. Dari beberapa metode perancangan kontekstual yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diketahui elemen fasad bangunan yang digunakan untuk mendesain bangunan yang kontekstual dengan lingkungannya. Dalam Antariksa (2012), Krier mengatakan bahwa karakter muka bangunan dibentuk oleh dimensi, komposisi, serta ragam hias. Komposisi muka bangunan mempertimbangkan persyaratan fungsional pada dasarnya berkaitan dengan kesatuan proporsi yang baik, harmonis, dan selaras, penyusunan elemen 9

horizontal dan vertikal yang terstruktur, bahan, warna, dan elemen dekoratif lainnya. Hal lainnya tidak kalah penting untuk mendapatkan perhatian lebih adalah proporsi bukaan, ketinggian bangunan, prinsip perulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup ke dalam variasi. Krier (2001) menegaskan bahwa wajah bangunan juga menceritakan dan mencerminkan kepribadian penghuni bangunannya, memberikan semacam identits kolektif sebagai suatu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan representasi komunitas tersebut dalam publik. 2.2.1 Karakter Visual Fasad Fasad merupakan salah satu elemen visual bangunan yang dapat memperkenalkan identitas sebuah bangunan (Krier, 2001). Karakter yang mempengaruhi elemen visual bangunan menurut Ching (2008) yaitu : a. Wujud Wujud yang merupakan ciri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk. Wujud adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukan-permukaan dan sisi-sisi suatu bentuk. b. Proporsi dan Skala Proporsi dan skala mengacu pada ukuran sesuatu dibandingkan dengan suatu standar referensi atau dengan ukuran sesuatu yang dapat dijadikan patokan. Proporsi dan skala dapat memberikan kesan keseimbangan pada bentuk bangunan, baik dari segi estetika juga dari segi arsitektural. Secara umum skala terbagi menjadi 2 (Ching, 2008), yaitu : skala mekanis dan skala generik (visual). Skala 10

mekanis adalah proporsi sesuatu yang relatif terhadap suatu standar pengukuran yang terlah ditentukan. Skala visual merupakan proporsi suatu elemen yang tampak memiliki kaitan terhadap elemen lain yang ukurannya diketahui atau diasumsikan. c. Irama Irama diartikan sebagai pergerakan yang bercirikan pada unsur-unsur atau motif berulang yang terpola dengan interval yang beratur maupun tidak teratur. Pergerakan tadi dapat terjadi karena mata mengikuti unsur-unsur yang berulang. Hampir semua jenis bangunan memasukan unsur-unsur yang bersifat berulang. d. Posisi dan Orientasi Lokasi relatif sebuah bentuk terhadap lingkungannya atau area visual didalamnya tempat di mana ia dilihat. Orientasi adalah arah relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, titik batas area, bentuk- bentuk lain, atau terhadap orang yang melihat bentuk tersebut. e. Warna Warna adalah atribut yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan ekspresi kepada pikiran atau jiwa manusia yang melihatnya. f. Material Material atau bahan adalah zat atau benda yang dimana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Material 11

merupakan faktor yang mempengaruhi tekstur permukaan sebuah benda atu bidang. g. Tekstur Tekstur adalah pola struktur 3 (tiga) dimensi permukaan. Tekstur mempengaruhi baik perasaan seseorang waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut. Kehalusan permukaan mengandung kesan menyenangkan dan meyakinkan. Kekasaran permukaan mengandung sedikit peringatan yang mungkin akan cukup kuat untuk menarik perhatian atau bahkan cukup kuat untuk memberikan kesan ancaman. 2.3 ARSITEKTUR KOLONIAL Handinoto (1996) dalam Novi, dkk (2012) arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya barat dan timur, yang memiliki ciri-ciri spesifik sebagai hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di Belanda dengan arsitektur Indonesia karena budaya dan kondisi iklim yang berbeda jauh dari kedua negara tersebut. Pada masa kolonial para arsitek Belanda banyak membawa serta pengaruh-pengaruh langgam arsitektur yang saat itu sedang berkembang di benua Eropa, dan meninggalkan jejak aneka konsep dengan keistimewaan tersendiri baik dari wujud maupun nilai sejarahnya. 2.3.1 Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia Dalam situs (http://iketsa.wordpress.com/, Helen Jessup dalam Handinoto (1996: 129-130) membagi periodisasi perkembangan arsitektur 12

kolonial Belanda di Indonesia dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an menjadi empat bagian, yaitu: 1. Abad 16 sampai tahun 1800-an Pada waktu ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Selama periode ini arsitektur kolonial Belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas. 2. Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Indonesia waktu itu diperintah dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda. Oleh sebab itu, Belanda pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan membangun gedung-gedung yang berkesan grandeur (megah). Bangunan gedung dengan gaya megah ini mengadopsi gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan dengan gaya arsitektur nasional Belanda waktu itu. 3. Tahun 1902-1920-an Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di Indonesia pada tahun 1920 sampai tahun 1920-an : 1. Menggunakan Gevel (gable) pada tampak bangunan 2. Bentuk Gable sangat bervariasi. 3. Penggunaan tower pada bangunan 4. Tower pada mulanya dinggunakan pada bangguna Gereja kemudia diambil alih oleh banguna umum dan menjadi mode pada arsitektur kolinial Belanda pada abad ke 20. 5. Bentuknya bermacam-macam, ada yang bulat, segiempat ramping dang 13

ada yang dikombinasikan dengan gevel depan. 6. Penggunaa dormer pada bangunan. 7. Penyesuaian pada bangunan terhadap iklim tropis basah : a. Vetilasi yang lebar dan tinggi b. Membuat Galeri atau serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari. 4. Tahun 1920 sampai tahun 1940-an Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, baik nasional maupun internasional di Belanda yang kemudian memengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia. Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung, tetapi kadang-kadang juga muncul gaya yang disebut sebagai ekletisisme (gaya campuran). 2.3.2 Karakter Elemen Fasad Bangunan Kolonial Handinoto (1996) dalam Novi, dkk. (2012) menjelaskan bahwa pada bangunan kolonial Belanda terdapat karakter yang mempengaruhi tampilan fasad. Karakter tersebut dapat dilihat dari beberapa elemen-elemen yang biasa digunakan sebagai pendukung fasad, antara lain : 1. Gabel/Gavel (Ornamen Pada Atap) Gavel adalah bagian berbentuk segitiga dari bagian akhir dinding atap dengan penutup atap yang melereng. Gavel terletak pada bagian depan atau tampak bangunan, memiliki bentuk segitiga atau yang mengikuti bentuk dari atap bangunan itu sendiri (dalam Hadinoto, 1996). 14

Gambar 2.1 Gavel Pada Bangunan Lonsum Medan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2.2. Variasi Bentuk Gevel Sumber : http://iketsa.wordpress.com/ 2. Tower/Menara Tower adalah bangunana berstruktur tinggi, dapat berdiri sendiri maupun menjadi bagian dari bangunan dengan penerangan dan peralatan internal seperti tangga, dan atap yang jelas (dalam Hadinoto, 1996). Di Indonesia biasanya membuat tower yang ujungnya diberi atap menjadi mode pada arsitektur kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Hadinoto (1996) menjelaskan tower/menara 15

memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari bentuk kotak segi empat, segi enam, bulat, hingga bentuk-bentuk geometris lainnya, dan beberapa di antara memadukanya dengan gevel/depan. Tower/menara biasanya berfungsi sebagai penanda pintu masuk bagian depan bangunan. Gambar 2.3 Tower/Menara Pada Bangunan Kolonial Di Medan (Kantor Pengadilan Negeri Medan) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 3. Nok Acroteire/Hiasan Puncak Atap Hiasan puncak atap biasanya digunakan pada rumah-rumah para petani di Belanda. Pada awalnya di Negara Belanda hiasan puncak atap menggunakan alang-alang, namun didaerah Hindia Belanda hiasan ini dibuat menggunakan semen. 16

4. Dormer/Cerobong Asap Semu Dormer adalah jendela atau bukaan lain yang terletak pada atap yang melereng dan memiliki atap tersendiri. Bingkai dormer biasanya diletakkan vertikal diatas gording pada atap utama. Memiliki fungsi untuk penghawaan dan pencahayaan pada bangunan. Memiliki bnetuk yang menjulang tinggi keatas, dormer di Negara aslinya, Belanda, biasanya digunakan sebagai ruang atau cerobong asap perapian. Gambar 2.4 Dormer Bangunan Kolonial Di Medan ( Kantor Pengadilan Negeri Medan ) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Gambar 2.5. Bentuk Dormer Sumber : http://iketsa.wordpress.com/ 17

5. Windwijer/Penunjuk Angin Berfungsi sebagai penunjuk arah angin, biasanya diletakan di atas nok dan dapat berputar mengikuti arah angin. 6. Ballustrade Memiliki fungsi sebagai pagar pembatas balkon, ataupun dek bangunan. Biasanya terbuatdari beton cor ataupun dari bahan metal. Gambar 2.6 Ballustrade Pada Bangunan Kolonial Di Kesawan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 18