BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN RISIKO JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH DI RW.06

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Jatuh pada lanjut usia merupakan salah satu isu utama untuk masalah

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

GAMBARAN SIKAP KELUARGA TERHADAP FAKTOR RESIKO JATUH PADA LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ARCAMANIK KELURAHAN SUKAMISKIN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 20,24 jiwa setara dengan 8,03 dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho,

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. polusi, dataran tinggi dan gaya hidup di mana ada yang hidup santai dan ada yang

BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesehatan Indonesia mempunyai visi yaitu sehat 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB I PENDAHULUAN. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga. memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut Busse, EW, pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 6

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

BAB I PENDAHULUAN. yang ada disekelilingnya. Keterampilan motorik seperti berlari, berjalan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat di setiap tahunnya (Nugroho, 2008). 11,9% dengan rata-rata usia harapan hidup sekitar 70 sampai 75 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, Pelayanan kesehatan ditunjukan kepada komunitas dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mempermudah pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa dalam pelayanan kesehatan sering kali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia, seiring dengan meningkatnya pembangunan bidang kesehatan, yaitu meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) menyebabkan proporsi populasi yang berusia lebih 60 tahun juga bertambah. Diperkirakan jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2021 usia lanjut di Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia sesudah Cina, India dan Amerika Serikat. Menjelang tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 50 juta jiwa (Viora, 2013). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2013). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara

2 alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2008). Secara umum menjadi tua atau menua (Ageing process), ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik (Bandiyah, 2009). Adanya gejala-gejala kemunduran akan menyebabkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh merupakan hasil dari campuran interaktif dan kompleks dari faktor biologis atau medis, serta lingkungan dan diantaranya dapat dicegah (Kamel, Abdulmajeed & Ismail, 2013). Jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang memiliki derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan akan ADL (aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup dan yang paling memprihatinkan adalah kematian (Darmojo, 2011). Jatuh pada lansia dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik diakibatkan oleh proses menua seperti gangguan jantung, gangguan muskuloskeletal, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti faktor alat bantu jalan, lingkungan, dan obat-obatan. Hasil penelitian menurut Ashar (2016), menyatakan bahwa faktor risiko jatuh pada lansia diakibatkan oleh gangguan jantung, gangguan gerak, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, serta faktor luar seperti alat bantu berjalan dan lingkungan, sebagian besar 31 responden (81.6%) mengalami jatuh yang diakibatkan oleh faktor lingkungan. Berdasarkan survey di masyarakat AS, sekitar 30% lansia umur lebih 65 tahun mengalami jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang dengan rata-rata jatuh 0,6/orang terjadi dirumah perawatan dan terjadi 3

3 kali lebih banyak, lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan dirumah sakit (Darmojo, 2011). Usaha pencegahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Pencegahan Jatuh dapat dilakukan dengan mengindentifikasi faktor risiko dengan memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, serta mengatur atau mengatasi faktor situasional. Untuk melakukan pencegahan agar lansia tidak beresiko untuk jatuh, maka diperlukan peran keluarga yang dilakukan oleh orang terdekat dari lansia, misalnya anak, cucu, menantu atau anggota keluarga yang lain. Melalui peran yang baik, maka akan tercipta lingkungan yang aman bagi lansia. Hal yang bisa dilakukan adalah memodifikasi lingkungan rumah seperti membuat lantai tidak licin, lantai yang rata, tidak ada barang-barang yang berserakan di lantai, pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan serta mengurangi tangga yang ada dijalur lansia berjalan, serta melakukan pemeriksaan kepada lansia untuk mendeteksi penyakit secara dini. Sekitar 24% lansia jatuh ditangga dan 36 % jatuh terjadi diluar (Yektiningsih & Saroji, 2012). kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain karena keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 17 responden (42,5%), maka waktu yang dimiliki untuk memperhatikan lansia kurang, khususnya dalam merawat lansia,karena itu kejadian jatuh pada lansia sering terjadi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Supinganto, 2014), komponen keluarga yang baik harus menjalankan peran dan tugas dengan rasa tanggung jawab termasuk tugas dalam bidang kesehatan, keluarga diharapkan mampu mengenal masalah kesehatan

4 dilihat dari semakin baik pengetahuan keluarga maka keluarga akan mengenal masalah kesehatan dengan baik. Peran keluarga dalam pengambilan keputusan, keluarga berperan penting dalam pengambilan keputusan ketika aggota keluarga mengalami sakit atau mengalami penurunan kesehatan serta keluarga mengetahui kapan harus dibawa ke puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan. Peran keluarga dalam memberikan perawatan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Peran keluarga dalam memodifikasi lingkungan, diharapkan keluarga mampu menciptakan lingkungan yang baik, aman serta tidak membahayakan anggota keluarga yang lain. Peran keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan ketika anggota keluarga mengalami keluhan-keluhan yang harus segera ditangani oleh pelayanan kesehatan keluarga harus melaksanakan peran tersebut. Keluarga mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup lansia kearah yang lebih baik, salah satunya adalah mencegah terjadinya jatuh pada lansia dengan melaksanakan peran dan tugas kesehatan keluarga dalam upaya pencegahan terjadinya risiko jatuh agar tidak terulang kembali. Hasil penelitian Handayani (2014), peran keluarga dengan pemenuhan perawatan pada lansia di Dusun Jogonalan Lor Kasihan Bantul, peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu berupa mengenal masalah keluarga, mengambil keputusan masalah keluarga, memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, menciptakan suasana rumah sehat, menggunakan fasilitas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki peran baik dalam jumlah terbesar yaitu 11 responden (34,4%). Hasil analisa menunjukan nilai p value 0,04 < 0,05 jadi disimpulkan bahwa terdapat hubungan peran keluarga terhadap pemenuhan

5 kebutuhan perawatan diri yang dapat dilihat dari responden yang tinggal bersama anak sehingga berpengaruh besar terhadap peran keluarga terhadap lansia itu sendiri. Sejalan dengan penelitian Kurniawan (2014), terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku keluarga dengan risiko jatuh pada lansia dengan nilai signifikan a= 0,01 < 0,05. Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan risiko jatuh pada lansia karena nilai signifikan a= 0,323. Hasilnya adalah sebaik-baiknya perilaku yang dimiliki oleh keluarga, akan tetapi kalau tidak di dukung dengan faktor pendukung seperti lingkungan yang baik, sosial ekonomi keluarga yang baik dan kesehatan lansia yang baik maka akan menghasilkan resiko jatuh pada lansia. Sedangkan perilaku yang baik dan di dukung dengan faktor pendukung di atas maka akan menimbulkan peran keluarga yang baik. Sehingga risiko jatuh dapat diminimalisir dengan peran yang baik serta faktor pendukung yang baik. Untuk melakukan pencegahan agar lansia tidak berisiko untuk jatuh, maka keluarga dituntut untuk melakukan peran keluarga dalam merawat anggota keluarga salah satunya mencegah risiko jatuh pada lansia peran yang dapat dilakukan yaitu dengan memodifikasi lingkungan rumah seperti membuat lantai tidak licin, pencahayaan yang cukup dan tidak menyilaukan, serta mengurangi tangga yang ada dijalur lansia berjalan. Sekitar 24% lansia jatuh ditangga dan 36% jatuh terjadi diluar. Keluarga mempunyai peran penting untuk kelansungan hidup lansia kearah yang lebih baik, salah satunya adalah mencegah risiko jatuh pada lansia Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Maret 2016 RW.06 Dadap memiliki keseluruhan jumlah penduduk berkisar 1.100 jiwa yang terdiri dari 70 lansia yang tinggal bersama keluarganya dengan umur diatas 60 tahun. Hasil wawancara dengan keluarga didapatkan sekitar 13 lansia yang pernah

6 mengalami jatuh yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: lansia tinggal dirumah sendiri karena anak-anaknya bekerja, usia yang semakin tua, kelemahan otot pada lansia, lantai yang licin, penerangan lampu kurang, penempatan perabotan rumah tangga yang sembarangan. Akibatnya lansia mengalami lecet-lecet, luka ringan dan beberapa lansia dibawa kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Mengingat pentingnya mengurangi kejadian jatuh pada lansia maka perlu peran keluarga di dalamnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan peran keluarga dalam pencegahan risiko jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di RW.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian Adakah hubungan peran keluarga dalam pencegahan risiko jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di RW.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten? C. Tujuan Penelitian Pada sub bab ini akan diuraikan tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran keluarga dalam pencegahan risiko jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di RW.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten.

7 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: a. Diketahui karakteristik keluarga di RW 06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten. b. Diketahui peran keluarga dalam mencegahan risiko jatuh di RW.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten. c. Diketahui kejadian jatuh pada lansia di RW.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang Banten. d. Diketahui hubungan peran keluarga dalam pencegahan risiko jatuh pada lansia terhadap kejadian jatuh di Rw.06 Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi Tangerang banten. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dilihat dari berbagai aspek antara lain: 1. Bagi keilmuan keperawatan komunitas Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pelibatan keluarga mencegah risiko jatuh pada lansia sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam penatalaksanaan keperawatan komunitas khususnya lansia dengan masalah risiko jatuh. 2. Bagi perawat komunitas Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat komunitas dalam mengidentifikasi kebutuhan perawatan lansia dengan risiko jatuh pada lansia. Perawat komunitas juga dapat mengembangkan intervensi sesuai dengan

8 program yang melibatkan peran serta aktif keluarga dalam memberikan dukungan kesehatan pada lansia. 3. Bagi keluarga Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia yang tinggal dirumah. Diharapkan keluarga mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai pencegahan risiko jatuh pada lansia agar kejadian jatuh tidak terulang kembali.