BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih cerdas dalam memilih suatu produk, terutama untuk produk fashion seperti

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

kategori Department store, Service Quality Award Excellence 2009 dan Indonesia's Most Admired Companies 2009, semakin memperkokoh PT. X Dept.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mobil tidak lebih efisien dibandingkan dengan sepeda motor. Hal

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I 2015 menjadi 4,67% pada kuartal II Hal ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan banyaknya bank yang bermunculan di Indonesia. Menurut Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menginginkan lokasi belanja yang lebih bersih tertata dan rapi. Utami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat banyak, pembayaran yang praktis dengan sistem kasir, ruangan ber-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN. gratis kepada konsumen misalnya telepon gratis, internet gratis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaannya yang mendukung penelitian ini. yang berjudul Measuring customer-based brand equity : empirical evidence

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan globalisasi yang melanda dunia saat ini, dunia bisnis tidak lagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat pada lingkungan bisnis. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet semakin pesat dalam era modern jaman ini karena didorong dengan kemudahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. seorang pelanggan yang sudah ada (Kotler, 2006). Loyalitas menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Loyalitas pelanggan menunjukan pada kesetiaan pelanggan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat pengguna telepon genggam atau handphone. Fenomena yang muncul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di pasar domestik (nasional) maupun dipasar internasional atau global.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nasabah bank di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen yang diperlukan dalam memelihara dan

PERANAN HEDONIC SHOPPING VALUE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING DI MATAHARI DEPARTMENT STORE SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut survei perusahaan global AT Kearney, Indonesia menduduki peringkat ke-12 dunia dalam Indeks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui media elektronik maupun media cetak. Peritel harus memiliki strategi untuk memunculkan minat beli

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan merupakan tugas yang mudah mengingat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa asing masuk ke Indonesia yang memperketat persaingan dunia usaha,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan serta dapat. menimbulkan citra yang baik terhadap merek pada penggunanya.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. eceran terus berkembang seiring dengan keinginan dan selera pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mengahasilkan laba, mengalami perkembangan dan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya persaingan dalam dunia bisnis abad ini tidak dapat dihindarkan lagi. Bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai landasan teori dalam penelitian yang akan dilakukan. 1. Rafael Bravo, Teresa Montaner and Jose M.

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Hal ini memicu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama Tahun 2009, perekonomian Indonesia bertumbuh 4,5 persen walaupun berada dalam gelombang krisis finansial global (Laporan Keuangan Matahari Department Store, 2009). Pertumbuhan ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan tingkat pembelanjaan pemerintah, investasi dan konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tren pembelanjaan sektor publik dan dimotori oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Hal ini merupakan salah satu kekuatan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Matahari Department Store (MDS) di penghujung tahun 2009 mengoperasikan 88 gerai dengan total luas gerai sekitar 598.268 m2. Total Penjualan Bruto mencapai Rp 1,2 trilyun dan Laba Bruto mencapai Rp 381,1 milyar (Laporan Keuangan MDS, 2009). MDS juga berhasil meneruskan pembukaan konsep gerai Matahari New Generation (NG), yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada para konsumen, efisiensi operasional, presentasi image gerai modern dan suasana belanja baru kepada para konsumen dan pengembang pusat perbelanjaan. Pencapaian tersebut tentunya mendukung MDS untuk tetap mempertahankan posisi tersebut dan penetrasi pasar sebagai jaringan department store terkemuka di Indonesia (Laporan Keuangan MDS, 2009). Peningkatan jumlah gerai dan pembukaan konsep gerai Matahari NG yang dilakukan oleh MDS bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sekaligus keinginan konsumen, supaya segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan maupun keinginan konsumen tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ataupun nilai yang dapat dirasakan oleh konsumen. 1

2 Mowen & Minor (1998:47) menyatakan bahwa setelah konsumen menerima dan merasakan manfaat ataupun nilai dari suatu produk, konsumen tersebut sudah memiliki perilaku loyal, rasa puas dan komitmen terhadap produk tersebut, dimana pada akhirnya dapat menimbulkan tujuan untuk membeli ulang produk tersebut dimasa yang akan datang. Tujuan pembelian ulang merupakan suatu tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian pada suatu produk, yang salah satunya ditunjukkan dengan penggunaan merek dari suatu produk secara berkelanjutan (Tsai, 2005). Indikator pembelian ulang terdiri dari: minat membeli dengan jumlah yang sama, minat membeli dengan menambah jumlah, dan minat membeli dengan penambahan frekuensi/intensitas (Rodney, 2003). Meningkatnya minat beli ulang konsumen pada MDS ditandai oleh adanya peningkatan penjualan sebesar 16,1% dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 (Laporan Keuangan MDS, 2009). Perilaku pembelian ulang yang dilakukan oleh konsumen terjadi karena adanya kekuatan hubungan antara kualitas merek produk yang ditawarkan oleh MDS dengan konsumen. Hal tersebut dibuktikan oleh adanya penghargaan Top Brand Award yang diterima oleh MDS Tahun 2009. Top Brand Award menunjukkan bahwa yang ada di benak konsumen untuk department store pilihan pertama adalah MDS. Konsep evaluasi kekuatan dan kualitas hubungan merek dengan konsumen dikembangkan oleh Fournier (1998) yang disebut konsep brand relationship quality. Konsep tersebut digunakan untuk menunjukkan pengukuran kekuatan hubungan konsumen-merek. Berbeda dengan loyalitas merek, brand relationship quality mencakup spektrum yang lebih luas dari faktor-faktor yang memberikan kontribusi bagi stabilitas hubungan merek

3 dan konsumen (Fournier, 1998). Brand relationship quality yang positif menghasilkan niat yang lebih tinggi untuk pembelian kembali merek untuk memelihara dan membina hubungan baik (Fournier, 1998). Adanya hubungan baik antara konsumen dengan merek dapat meningkatkan minat membeli dengan menambah jumlah pembelian maupun dengan jumlah yang sama. Hubungan interpersonal yang terjadi secara aktif antara konsumen dengan penyedia jasa layanan bertujuan memberikan makna kepada konsumen dengan memberikan semua kemungkinan manfaat bagi konsumen supaya konsumen bersedia untuk melanjutkan hubungan dengan penyedia jasa layanan (Fournier, 1998). Hubungan interpersonal tersebut sebagai dasar untuk membangun Brand Relationship Quality (BRQ), seperti yang dinyatakan oleh Fournier (1998). BRQ yang terbaik dianggap sebagai pelanggan berbasis indikator kekuatan dan kedalaman dari hubungan merek-orang. Faktor pembentuk terdiri dari tujuh yaitu (1) keintiman mengacu pada kedekatan psikologis hubungan antara para mitra dan pengetahuan tentang merek, (2) Personal komitmen berarti loyalitas terhadap merek dalam hal kesetiaan dan kesediaan untuk membuat pengorbanan kecil, (3) Passionate mengacu pada integrasi merek dalam kehidupan sehari-hari penggunan, (4) Cinta berkaitan dengan kemungkinan perasaan untuk merek, (5) Konsep diri mencerminkan sejauh mana merek merupakan bagian dari diri dan mengacu pada pertanyaan apakah konsumen dan merek-nya memiliki banyak kesamaan, (6) Nostalgia merek merupakan bagian dari sejarah konsumen dan berkaitan dengan kenangan tertentu, dan (7) Kualitas mitra dalam membina hubungan. Strategi pemasaran ritel Matahari dengan melakukan desain gerai yang lebih kaya dan lebih

4 uptodate yang dapat dilihat dari BRQ, bertujuan untuk meningkatkan kedekatan psikologis hubungan antar konsumen dengan merek-merek yang dijual pada desain gerai baru tersebut. Personal komitmen pada suatu merek sebagai salah satu indikator BRQ tidak mungkin timbul pada konsumen tanpa adanya reputasi merek MDS yang sudah mempunyai kualitas dalam hal bisnis ritel. Hal ini dibuktikan dengan penerimaan penghargaan top brand award dalam kategori department store Tahun 2009, yang semakin memperkokoh keberadaan MDS di antara korporasi yang dinamis dan disegani di Wilayah Asia. Brand reputation merupakan persepsi tentang kualitas yang digabungkan dengan nama (Aaker & Keller, 1990). Brand reputation menurut Zeithaml (1988) berkaitan dengan kualitas yang diterima oleh konsumen dari sebuah produk dan jasa yang dihubungkan dengan nama merek. Dalam beberapa situasi, konsumen kadang-kadang melihat suatu produk atau jasa dari merek, sehingga merek menjadi alat ukur produk. Merek menjadi lebih sering sebagai penghubung ke reputasi perusahaan daripada produk atau jasa yang sifatnya individual. Indikator brand reputation menurut Veloutsou dan Moutinho (2009) ada tiga yaitu: merek dapat dipercaya, merek mempunyai nama baik dan merek membuat klaim jujur. Kualitas hubungan merek dengan konsumen (BRQ) ditunjukkan oleh komitmen konsumen untuk tetap mencari produk-produk bermerek di MDS bukan di tempat lain, karena konsumen ingin bahwa menggunakan merek yang dijual di MDS sesuai dengan image yang diinginkan oleh konsumen dan sesuai dengan kualitas hidupnya (brand tribalism).

5 Brand tribalism membentuk semacam kewajiban moral untuk menggunakan merek tersebut dan membentuk suatu komunitas merek (Veloutsou dan Moutinho, 2009). Indikator brand tribalism adalah (Veloutsou dan Moutinho, 2009): merek sesuai dengan keinginan konsumen, menggunakan merek menambah nilai baik pada konsumen, menggunakan merek sesuai dengan image yang diinginkan konsumen, menggunakan merek berkaitan dengan kualitas hidup. Menggunakan merek sesuai keinginan konsumen dapat meningkatkan personal komitmen untuk menggunakan merek tersebut. Konsumen mempunyai komitmen yang kuat untuk tetap mencari merek yang diinginkan meskipun harus membayar harga yang lebih mahal dibanding dengan merek lain yang ada namun tidak diinginkan. Pengaruh BRQ terhadap niat beli ulang diteliti oleh Huber (2010), penelitian dilakukan pada konsumen yang menggunakan celana jeans bermerek di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh BRQ terhadap niat beli ulang. Veloutsou dan Moutinho (2009) meneliti pengaruh brand reputation dan brand tribalism terhadap BRQ pada mahasiswa yang menempuh pendidikan MBA di Scotlandia. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh secara serempak dan secara parsial kedua variabel tersebut terhadap BRQ. Penelitian tentang niat beli ulang menjadi penting karena untuk mengetahui motivasi konsumen dalam perilaku pembelian setelah konsumen menerima manfaat atau nilai suatu produk. Niat beli ulang dapat terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara konsumen dengan merek yang dibeli. Hubungan yang kuat antara keduanya dapat diteliti dengan konsep Brand relationship quality. Reputasi merek berkaitan dengan

6 kualitas yang diterima oleh konsumen dapat menigkatkan brand relationship quality, karena merek yang mempunyai nama baik dapat menimbulkan personal komitmen bagi konsumen (sebagai salah satu indikator brand relationship quality) untuk tetap menggunakan merek tersebut. Kecintaan akan suatu merek (sebagai salah salah satu indicator Brand relationship quality) dapat diwujudkan dengan menggunakan merek sesuai dengan image yang diinginkan oleh konsumen seolah-olah menjadi semacam kewajiiban moral untuk menggunakan merk tersebut (brand tribalism) Dengan demikian, didalam melakukan penyusunan atau penulisan serta penelitian pada skripsi ini penulis menyusun sebuah judul, yaitu: Pengaruh Brand Tribalism, Brand Reputaion, Dan Brand Relationship Quality Terhadap Niat Beli Ulang pada Matahari Department Store di Surabaya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah brand reputation berpengaruh terhadap brand relationship quality pada MDS di Surabaya? 2. Apakah brand tribalism berpengaruh terhadap brand relationship quality pada MDS di Surabaya? 3. Apakah brand relationship quality berpengaruh terhadap niat pembelian ulang pada MDS di Surabaya?

7 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh brand reputation terhadap brand relationship quality pada MDS di Surabaya. 2. Pengaruh brand tribalism terhadap brand relationship quality pada MDS di Surabaya. 3. Pengaruh brand relationship quality terhadap niat pembelian ulang pada MDS di Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademik Yaitu dapat digunakan sebagai informasi realistis dari praktik bisnis ritel terhadap teori-teori yang diajarkan kepada mahasiswa dan mahasiswi dalam kegiatan perkuliahan, serta memberikan suatu penambahan atau suatu perkembangan ilmu pengetahuan terhadap teori-teori brand relationship quality kepada para mahasiswa dan mahasiswi yang hendak melakukan pembelajaran ataupun melakukan penelitian lebih lanjut.

8 2. Manfaat Praktik Yaitu dapat memberikan suatu input atau masukan serta informasi kepada peritel mengenai niat beli ulang yang dipengaruhi oleh brand relationship quality, yang dapat dijadikan sebagai suatu bahan pertimbangan bagi peritel dalam menjalankan aktivitas usaha bisnis ritelnya serta meningkatkan kinerja dan pelayanannya kepada konsumen. 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi Berikut adalah penjelasan secara singkat mengenai bagian inti atau bab-bab dari skripsi yang disusun atau ditulis ini, diantaranya yaitu: 1. Bab 1. PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan yang berisi gagasan yang menjadi dasar dalam penulisan skripsi secara keseluruhan, rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang perlu dipecahkan atau dijawab melalui penelitian pada penulisan skripsi ini, tujuan penelitian yang hendak dicapai, manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian, dan sistematika penulisan skripsi yang berisi penjelasan singkat dari bab-bab skripsi yang ditulis. 2. Bab 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bagian ini berisi penjelasan mengenai penelitian-penelitian terdahulu dan perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini, serta penjelasan mengenai konsep-konsep teoritis atau landasan teori yang relevan dengan rumusan masalah dan berhubungan dengan penelitian, kemudian penjelasan mengenai keterkaitan atau hubungan antara variabel-variabel yang terdapat atau yang digunakan dalam

penelitian, dan selanjutnya pembentukan model analisis penelitian serta hipotesis penelitian. 9 3. Bab 3. METODE PENELITIAN Bagian ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, pengukuran variabel, jenis data dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, serta analisis data. 4. Bab 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi penjelasan mengenai karakteristik obyek penelitian beserta dengan deskripsi datanya, analisis data yang telah dilakukan pengujiannya, serta pembahasan terhadap hasil temuan dari penelitian. 5. Bab 5. SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir atau penutup dari penulisan skripsi ini yang berisi penjelasan mengenai kesimpulan dan saran yang merupakan gagasan pemecahan masalah yang berdasarkan pada pembahasan hasil temuan penelitian yang dapat menjawab pertanyaan penelitian didalam rumusan masalah.