BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

TINJAUAN PUSTAKA. Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAB III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA PEMBERIAN PUPUK KIESERIT

BAHAN DAN METODE. tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. MATERI DAN WAKTU

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE. sampai panen okra pada Januari 2017 Mei 2017 di lahan percobaan dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan. yang digunakan adalah benih kacang panjang (Parade),

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. MATERI DAN METODE

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Juli 2016 sampai November 2016. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah Varietas Jerapah, Varietas Kelinci, Varietas Bima, pupuk guano, pupuk urea, KCl dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, timbangan, pacak sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I : 3 Varietas kacang tanah, yaitu : V1 = Varietas Jerapah V2 = Varietas Kelinci V3 = Varietas Bima Faktor II : Pemberian pupuk guano yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : G0 = 0 kg/ha (0 g/2m²) G1 = 200 kg/ha (40 g/2m²) G2 = 400 kg/ha (80 g/2m²) G3 = 600 kg/ha (120 g/2m²)

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu : V1G0 V2G0 V3G0 V1G1 V2G1 V3G1 V1G2 V2G2 V3G2 V1G3 V2G3 V3G3 Jumlah ulangan (Blok) Jumlah plot Jarak antar blok Jarak antar plot Ukuran plot Jarak antar tanaman Jumlah tanaman/plot Jumlah sampel/plot : 3 ulangan : 36 plot : 50 cm : 30 cm : 200 cm x 100 cm : 40 x 20 cm : 25 tanaman : 5 tanaman Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut : Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3, k = 1,2,3,4 Dimana: Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i, varietas kacang tanah (V) ke-j dan dosis pemberian pupuk guano (G) pada taraf ke-k μ ρi αj βk : Nilai tengah : Efek dari blok ke-i : Efek dari varietas kacang tanah ke-j : Efek perlakuan pemberian pupuk guano pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi perlakuan varietas kacang tanah ke-j dan pemberian pupuk guano pada taraf ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, Uji beberapa varietas kacang tanah (V) pada ke-j dan pemberian pupuk guano (G) pada taraf ke-k Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).

PELAKSANAAN PENELITIAN Pengolahan Tanah Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai dibuat plot sesuai dengan metode penelitian. Pembuatan Plot dan Saluran Drainase Bedengan dibuat membujur searah Utara Selatan, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Plot berukuran 200 x 100 cm, kedalaman 30 cm, jarak antar plot 30 cm, jarak antar blok 50 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan dengan lebar 50 cm menuju paret pembuangan air. Aplikasi Pupuk Guano Pupuk guano yang telah ditimbang sesuai dengan perlakuan ditebar merata kedalam tanah dengan cara menuangkan seluruh dosis/plot, kemudian tanah dan pupuk guano diolah secara merata dan tanah dibiarkan selama 7 hari. Penanaman Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sesuai dengan perlakuan. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara memasukkan benih sebanyak 2 benih/lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Penjarangan Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah tanam dimana hanya 1 tanaman sehat yang dibiarkan pada setiap lubang tanam. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong tanaman tepat di atas permukaan tanah dengan menggunakan gunting. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak sempurna. Hal ini dilakukan sampai umur 7 hari setelah tanam (HST) agar diperoleh pertumbuhan tanaman yanag serentak. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan anjuran 100 kg urea/ha dan 75 kg KCL/ha. Cara pemupukan yaitu dengan menggunakan pupuk tunggal, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 3-5 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan sekali pada periode 6-8 minggu setelah tanam (MST). Dengan cara menaikkan tanah dari samping kiri dan kanan barisan tanaman yang diarahkan ke pangkal batang tanaman.

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan jenis hama dan gejala penyakit yang ditemukan di lapangan. Panen Kriteria panen meliputi batang mulai mengeras, daun mulai menguning dan sebagian mulai gugur, polong sudah terisi penuh dan keras, warna polong sudah coklat kehitam-hitaman dan kriteria panen dapat mengikuti deskripsi.`pemanenan kacang tanah dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman, kemudian diambil semua polong yang terbentuk dari setiap tanaman. Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman. Tinggi tanaman diukur dimulai pada saat tanaman telah berumur 2-7 MST. Jumlah Cabang Jumlah cabang yang diukur adalah jumlah cabang primer. Jumlah cabang dihitung dimulai pada saat tanaman telah berumur 2-7 MST. Jumlah Polong per Sampel Jumlah polong berisi yang dihitung per sampel dengan kriteria biji dalam polong terbentuk sempurna (tidak gepeng dan keriput) dan minimum berisi satu biji. Bobot Polong per Sampel Polong kacang tanah dijemur di bawah terik matahari selama 3 hari, kemudian ditimbang bobot polong pada tanaman sampel.

Bobot Polong per plot Polong kacang tanah dijemur di bawah terik matahari selama 3 hari, kemudian ditimbang bobot polong pada tanaman per plot. Bobot Biji per Sampel Biji kacang tanah dari tanaman sampel dikupas dari kulitnya kemudian dikeringkan udara sampai mencapai kadar air 14 % dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Bobot Biji per Plot Biji kacang tanah tiap plot dikupas dari kulitnya kemudian dikeringkan udara hingga mencapai kadar air 14 % dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Bobot 100 Biji Kacang Tanah Biji kering diambil secara acak sebanyak 100 biji dari setiap perlakuan lalu dikeringkan udara sampai kadar air 14 % kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas kacang tanah berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang 2 dan 3 MST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah cabang 4-7 MST, jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji. Pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah cabang 2,3,4 dan 7 MST, jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji dan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 5 dan 6 MST. Interaksi antara varietas kacang tanah dan pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap 2-7 MST, jumlah cabang 2-7 MST dan bobot 100 biji dan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot bobot biji per sampel dan bobot biji per plot. Tinggi Tanaman Data pengamatan tinggi tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Lampiran 7,9,11,13,15 dan 17 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 8,10,12,14 dan 18 yang menunjukan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 2-7 MST. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman 2-7 MST pada tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. MST Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 G1 G2 G3 (0) (200) (400) (600) Rataan...cm... V1 (Jerapah) 4,08 4,42 4,21 5,19 4,48a 2 V2 (Kelinci) 3,17 3,15 2,94 3,46 3,18c V3 (Bima) 4,45 3,84 4,55 4,04 4,22b Rataan 3,90 3,80 3,90 4,23 3,96 V1 (Jerapah) 6,13 7,43 6,93 7,79 7,07a 3 V2 (Kelinci) 4,53 6,10 4,94 5,05 5,16b V3 (Bima) 6,69 6,29 6,85 6,00 6,46a Rataan 5,78 6,61 6,24 6,28 6,23 V1 (Jerapah) 10,73 12,68 13,22 13,53 12,53a 4 V2 (Kelinci) 7,99 8,43 8,42 8,78 8,40c V3 (Bima) 11,11 10,25 11,33 10,74 10,85b Rataan 9,94 10,45 10,99 11,02 10,60 V1 (Jerapah) 19,70 22,41 22,62 22,70 21,85a 5 V2 (Kelinci) 15,52 16,06 17,29 17,15 16,50b V3 (Bima) 18,23 16,74 17,86 16,80 17,40b Rataan 17,82 18,40 19,26 18,88 18,59 V1 (Jerapah) 24,97 28,52 27,69 28,69 27,46a 6 V2 (Kelinci) 20,59 21,35 23,84 23,02 22,20b V3 (Bima) 22,73 21,36 22,49 21,61 22,04b Rataan 22,76 23,74 24,67 24,44 23,91 V1 (Jerapah) 34,01 37,60 36,46 38,08 36,53a 7 V2 (Kelinci) 29,63 30,77 33,66 33,46 31,88b V3 (Bima) 32,82 31,09 33,03 29,69 31,65b Rataan 32,15 33,16 34,38 33,74 33,36 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Dari tabel 1 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 2 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 4,48 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 3,18 cm. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha)

sebesar 4,23 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G1 (200 kg/ha) sebesar 3,80 cm. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 3 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 7,07 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan berbeda tidak nyata dengan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 5,16 cm. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 6,61 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 5,78 cm. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 4 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 12,53 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 8,40 cm. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha) sebesar 11,02 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 9,94 cm. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 5 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 21,85 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 16,50 cm. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G2 (400 kg/ha) sebesar 19,26 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 17,82 cm. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 27,46 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman

terendah yaitu V3 (Bima) sebesar 22,04 cm. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G2 (400 kg/ha) sebesar 24,67 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 22,76 cm. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 7 MST rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 36,53 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan V2 (Kelinci) dan V3 (Jerapah) sedangkan rataan tinggi tanaman terendah yaitu V3 (Bima) sebesar 31,65. Pada perlakuan pupuk guano rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu G2 (400 kg/ha) sebesar 34,38 cm sedangkan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 32,15 cm. Histogram varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dengan tinggi tanaman pada Gambar 1. Tinggi Tanaman (cm) 40,00 32,00 24,00 16,00 8,00 a b b 0,00 V1 V2 V3 Varietas Kacang Tanah Gambar 1. Histogram tinggi tanaman 7 MST tiga varietas terhadap dosis pupuk guano. Jumlah cabang Data pengamatan jumlah cabang kacang tanah dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 19,21,23,25,27 dan 29 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20,22,24,26,28 dan 30 yang menunjukan bahwa perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang pada 2 dan 3 MST. Perlakuan

varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang pada 4-7 MST. Perlakuan pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang pada 2,3,4 dan 7 MST, Perlakuan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 5 dan 6 MST. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang. Jumlah cabang 2-7 MST pada tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah cabang tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. MST 2 3 4 5 6 7 Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 G1 G2 G3 (0) (200) (400) (600) Rataan V1 (Jerapah) 2,13 2,33 2,33 2,40 2,30 V2 (Kelinci) 2,00 2,20 2,13 2,07 2,10 V3 (Bima) 2,00 2,27 2,27 2,07 2,15 Rataan 2,04 2,27 2,24 2,18 2,18 V1 (Jerapah) 3,80 4,27 3,40 4,20 3,92 V2 (Kelinci) 3,13 3,60 3,60 3,67 3,50 V3 (Bima) 3,40 3,67 3,47 3,67 3,55 Rataan 3,44 3,84 3,49 3,85 3,66 V1 (Jerapah) 5,13 6,27 5,60 5,67 5,67a V2 (Kelinci) 3,93 4,00 4,07 4,07 4,02c V3 (Bima) 4,60 5,07 5,13 5,07 4,97b Rataan 4,56 5,11 4,93 4,93 4,88 V1 (Jerapah) 6,67 7,40 7,53 6,53 7,03a V2 (Kelinci) 3,93 4,07 4,33 4,13 4,12c V3 (Bima) 5,13 6,33 6,20 5,53 5,80b Rataan 5,24b 5,93a 6,02a 5,40b 5,65 V1 (Jerapah) 7,67 8,27 7,80 7,27 7,75a V2 (Kelinci) 4,00 4,27 4,40 4,33 4,25c V3 (Bima) 5,60 6,87 6,87 6,40 6,43b Rataan 5,76b 6,47a 6,36a 6,00a 6,14 V1 (Jerapah) 7,20 7,87 8,07 7,87 7,75a V2 (Kelinci) 4,07 4,47 4,53 4,40 4,36b V3 (Bima) 5,93 7,33 7,47 7,07 6,95a Rataan 5,73 6,56 6,69 6,44 6,36

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Dari tabel 2 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 2 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 2,30 (Kelinci) sedangkan rataan jumlah cabang terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 2,10. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 2,27 sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 2,04. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 3 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 3,92 sedangkan rataan jumlah cabang terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 3,50. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha) sebesar 3,85 sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 3,44. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 4 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 5,67 yang berbeda nyata dengan V3 (Bima) dan V2 (Kelinci) sedangkan rataan jumlah cabang terendah yaituv2 (kelinci) sebesar 4,02. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 5,11 sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 4,56. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 5 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 7,03 yang berbeda nyata dengan V3 (Bima) dan V2 (Kelinci) sedangkan rataan jumlah cabang terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 4,12. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G2 (400 kg/ha) sebesar 6.02 yang berbeda nyata dengan G0 (0 kg/ha) dan G3 (600 kg/ha) dan berbeda tidak nyata dengan G2 (200 kg/ha)

sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 5,24. Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 6 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 7,75 yang berbeda nyata dengan V3 (Bima) dan V2 (Kelinci) sedangkan rataan jumlah cabang terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 4,25. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 6,47 yang berbeda nyata dengan G0 (0 kg/ha) dan berbeda tidak nyata dengan G2 (400 kg/ha) dan G3 (600 kg/ha) sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 5,76 Pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa pada umur 7 MST rataan jumlah cabang tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 7,75 yang berbeda nyata dengan V2 (Kelinci) dan berbeda tidak nyata dengan V3 (Bima) sedangkan rataan jumlah cabang terendah pada V2 (kelinci) sebesar 4,36. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah cabang tertinggi yaitu G2 (400 kg/ha) sebesar 6,69 dan rataan jumlah cabang terendah pada perlakuan G0 (0 kg/ha) sebesar 5,73. Histogram varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dilihat pada Gambar 2. Jumlah Cabang (cabang) 9,00 7,50 6,00 4,50 3,00 1,50 0,00 a a b V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Varietas Kacang Tanah Gambar 2. Histogram jumlah cabang 7 MST tiga varietas kacang tanah terhadap dosis... pupuk guano.

Jumlah Polong per Sampel Data pengamatan jumlah polong per sampel dapat dilihat pada lampiran 31 dan sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Lampiran 32. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel. Pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong per sampel. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel. Jumlah polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 G1 G2 G3 (0) (200) (400) (600) Rataan...polong... V1 (Jerapah) 21,4abcd 20,1bcde 16,3cdef 14,1ef 18,0b V2 (Kelinci) 17,2cdef 26,7a 24,3ab 21,6abc 22,4a V3 (Bima) 15,5def 12,5f 15,5cdef 15,5def 14,7c Rataan 18,0 19,8 18,7 17,1 18,4 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 3 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan jumlah polong per sampel tertinggi yaitu V2 (Kelinci) sebesar 22,4 g yang berbeda nyata dengan V1 (Jerapah) dan V3 (Bima) sedangkan rataan jumlah polong per sampel terendah pada V3 (Bima) sebesar 14,7 g. Pada perlakuan pupuk guano rataan jumlah polong per sampel tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 19,8 dan rataan jumlah polong per sampel terendah pada G3 (600 kg/ha) sebesar 17,1.

Hubungan jumlah polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 3 30,0 25,0 20,0 ŷ V1 = -0,00015x 2-0,04650x + 21,60667 R² = 0,97476 ŷ V2 = -0,001x 2 + 0,254x + 17,78 R² = 0,863 Jumlah polong per plot 15,0 10,0 5,0 0,0 ŷ V3 = 0,00046x 2-0,04733x + 15,00667 R² = 0,38249 0 40 80 120 Pupuk guano V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Gambar 3. Hubungan jumlah polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano Bobot Polong per Sampel Data pengamatan bobot polong per sampel dapat dilihat pada lampiran 33 dan sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran Lampiran 34. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot polong per sampel. Pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot polong per sampel. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot polong per sampel. Bobot polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 G1 G2 G3 (0) (200) (400) (600) Rataan...g... V1 (Jerapah) 20,4abc 18,7bc 12,3c 11,5c 15,7b V2 (Kelinci) 16,3bc 27,9ab 27,9ab 34,1a 26,5a V3 (Bima) 18,4bc 11,7c 16,1bc 16,0bc 15,6b Rataan 18,4 19,5 18,8 20,6 19,3 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 4 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan bobot polong per sampel tertinggi yaitu V2 (Kelinci) sebesar 26,5 g yang berbeda nyata dari V1 (Jerapah) dan V3 (Bima) sedangkan rataan bobot polong per sampel terendah yaitu V3 (Bima) sebesar 15,6 g. Pada perlakuan pupuk guano rataan bobot polong per sampel tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha) sebesar 20,6 g dan rataan bobot polong per sampel terendah pada G0 (0 kg/ha) sebesar 18,4 g. Hubungan bobot polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 3. Bobot polong per plot (cm) 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 0 40 80 120 Pupuk guano ŷ V1 = -0,667x + 293,1 R² = 0,700 ŷ V2 = 1,748x + 346,8 R² = 0,973 ŷ V3 = -0,396x + 255,4 R² = 0,264 V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Gambar 4. Hubungan bobot polong per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano.

Gambar 4 menunjukan bahwa perlakuan V2 (Kelinci) mengikuti kurva linier positif, dimana semakin tinggi dosis pupuk guano bobot biji per plot juga semakin tinggi. Pada perlakuan V1 (Jerapah) dan V3 (Bima) mengikuti kurva linier negatif, dimana semakin tinggi dosis pupuk guano akan menurunkan bobot biji per plot. Bobot Polong per Plot Data pengamatan bobot polong berisi per plot dapat dilihat pada lampiran 35 dan sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 36. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot polong per plot. pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot polong per plot. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot polong per plot. Bobot polong per plot pada tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot polong per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Pupuk Guano (kg/ha) Varietas G0 G1 G2 G3 Kacang Tanah (0) (200) (400) (600) Rataan...g... V1 (Jerapah) 313,4cde 244,2de 223,2de 231,5de 253,1b V2 (Kelinci) 342,0bcd 433,1abc 468,2ab 563,4a 451,7a V3 (Bima) 287,1de 202,4e 203,2e 234,0e 231,6b Rataan 314,2 293,2 298,2 343,0 312,2 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 5 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan bobot polong per plot tertinggi yaitu V2 (Kelinci) sebesar 451,7 g yang berbeda nyata dari V1 (jerapah) dan V3 (Bima) sedangkan rataan bobot polong per plot terendah yaitu V3 (bima) sebesar 231,6 g. Pada perlakuan pupuk guano

rataan bobot polong per plot tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha) sebesar 343,0 g dan rataan bobot polong per plot terendah pada G1 (200 kg/ha) sebesar 293,2 g. Hubungan bobot polong per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 5. Bobot polong per plot (cm) 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 0 40 80 120 Pupuk guano ŷ V1 = -0,667x + 293,1 R² = 0,700 ŷ V2 = 1,748x + 346,8 R² = 0,973 ŷ V3 = -0,396x + 255,4 R² = 0,264 V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Gambar 5. Hubungan bobot polong per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Gambar 5 menunjukan bahwa perlakuan V2 (Kelinci) mengikuti kurva linier positif, dimana semakin tinggi dosis pupuk guano bobot biji per plot juga semakin tinggi. Pada perlakuan V1 (Jerapah) dan V3 (Bima) mengikuti kurva linier negatif, dimana semakin tinggi dosis pupuk guano akan menurunkan bobot biji per plot. Bobot Biji per Sampel Data pengamatan bobot biji per sampel dapat dilihat pada lampiran 37 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 38. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot biji per sampel. Pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per sampel. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot biji per sampel.

Bobot biji per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Bobot biji per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 (0) G1 (200) G2 (400) G3 (600) Rataan...g... V1 (Jerapah) 12,5abc 11,8abcd 7,4cd 7,4cd 9,7b V2 (Kelinci) 10,0bcd 14,9ab 15,1ab 16,9a 14,2a V3 (Bima) 10,6bcd 7,1d 8,2cd 9,6cd 8,9b Rataan 11,1 11,3 10,3 11,2 11,0 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 6 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan bobot biji per sampel tertinggi yaitu V2 (Kelinci) sebesar 14,2 g yang berbeda nyata dengan V1 (Jerapah) dan V3 (Bima) sedangkan rataan bobot biji per sampel terendah yaitu V3 (Bima) sebesar 8,90 g. Pada perlakuan pupuk guano rataan bobot biji per sampel tertinggi yaitu G1 (200 kg/ha) sebesar 11,3 g dan rataan bobot biji per sampel terendah pada G2 (400 kg/ha) sebesar 10,3 g. Hubungan bobot biji per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 6. bobot biji per sampel (cm) 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 0 40 80 120 Pupuk guano ŷ V1 = -0,051x + 12,82 R² = 0,868 ŷ V2 = 0,052x + 11,10 R² = 0,836 ŷ V3 = -0,004x + 9,188 R² = 0,024 V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Gambar 6. Hubungan bobot biji per sampel tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano.

Gambar 6 menunjukan bahwa pada perlakuan tiga varietas terhadap dosis pupuk guano menghasilkan bobot biji per sampel mengikuti kurva linier pada V2 (kelinci). Dimana semakin tinggi dosis pupuk guano bobot biji per plot juga semakin tinggi. Bobot Biji per Plot Data pengamatan bobot biji per plot dapat dilihat pada lampiran 39 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 40. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per plot. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Bobot biji per plot pada tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot biji per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 (0) G1 (200) G2 (400) G3 (600) Rataan...g... V1 (Jerapah) 243,1bcd 195,8cde 160,1e 163,5de 190,6b V2 (Kelinci) 225,9cdce 264,9bc 325,0ab 379,2a 298,8a V3 (Bima) 211,6cde 151,9e 145,9e 181,1de 172,6b Rataan 226,9 204,3 210,4 241,3 220,7 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 7 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan bobot biji per plot tertinggi yaitu V2 (Kelinci) sebesar 298,8 g yang berbeda nyata dengan V1 (Jerapah) dan V3 (Bima), sedangkan rataan bobot biji per plot terendah pada V3 (Bima) 172,6 g. Pada perlakuan pupuk guano rataan

bobot biji per plot tertinggi yaitu G3 (600 kg/ha) sebesar 241,3 g dan rataan bobot biji per plot terendah pada G1 (200 kg/ha) sebesar 226,9 g Hubungan bobot biji per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 7. Bobot biji per plot (cm) 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 0 40 80 120 Pupuk guano ŷ V1 = -0,686x + 231,8 R² = 0,847 ŷv2 = 1,299x + 220,8 R² = 0,993 ŷv3 = -0,243x + 187,2 R² = 0,173 V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Gambar 7. Hubungan bobot biji per plot tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano. Gambar 7 menunjukan bahwa pada perlakuan tiga varietas terhadap dosis pupuk guano menghasilkan bobot biji per plot mengikuti kurva linier pada V2 (kelinci). Dimana semakin tinggi dosis pupuk guano bobot biji per plot juga semakin tinggi. Bobot 100 Biji Data pengamatan bobot 100 biji dapat dilihat pada lampiran 41 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42. Dari daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. Interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. bobot 100 biji tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat diliha pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot 100 biji tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano Pupuk Guano (kg/ha) Varietas Kacang Tanah G0 G1 G2 G3 (0) (200) (400) (600) Rataan...g... V1 (Jerapah) 34,0 32,3 28,6 30,0 31,24b V2 (Kelinci) 25,1 25,9 27,8 26,2 26,26a V3 (Bima) 30,8 27,3 32,8 28,3 29,79b Rataan 30,0 28,5 29,8 28,2 29,1 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Dari tabel 8 dapat dilihat pada perlakuan varietas, menunjukan bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi yaitu V1 (Jerapah) sebesar 31,24 g yang berbeda nyata dengan V2 (Kelinci) tetapi berbeda tidak nyata dengan V3 (Bima) rataan bobot 100 biji terendah yaitu V2 (Kelinci) sebesar 26,26 g. Pada perlakuan pupuk guano rataan bobot 100 biji tertinggi yaitu G0 (0 kg/ha) sebesar 30,0 g dan rataan bobot 100 biji terendah pada G3 (600 kg/ha) sebesar 28,2 g. Hubungan bobot 100 biji tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano dapat di lihat pada gambar 8. Bobot 100 Biji (g) 35 30 25 20 15 10 5 0 a b a V1 (Jerapah) V2 (Kelinci) V3 (Bima) Varietas Kacang Tanah Gambar 8. Hubungan bobot 100 biji tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano

Pembahasan Pengaruh varietas kacang tanah terhadap pertumbuhan dan produksi Kacang Tanah (Arachis hypogeae L). Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah cabang 4,5,6 dan 7 MST, jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi pada V1 (jerapah) sebesar 36,53 cm dan tinggi tanaman terendah pada V3 (Bima) sebesar 31,65. Pemberian guano tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah. Seperti yang dijelaskan oleh Samijan, 2007 yang menyatakan hal ini disebabkan karena pupuk guano tidak mencukupi kebutuhan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan kacang tanah. Kacang tanah tetap memerlukan penambahan pupuk NPK buatan, pupuk guano hanya sebagai suplemen dan untuk memperbaiki kesuburan fisik tanah. Kalaupun akan dilakukan pengurangan pupuk buatan maksimal 25-50%. Selanjutnya Sulaeman et. al., (2002) menyatakan bahwa pupuk guano termasuk dalam kategori pupuk jangka panjang yaitu unsur P relatif lambat tersedia, sehingga relatif tidak sesuai untuk tanaman semusim. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang pada 4,5,6 dan 7 MST. Jumlah cabang tertinggi pada V1 (jerapah) sebesar 7,75 dan terendah pada V2 (kelinci) sebesar 4,36. Seperti yang di jelaskan Afrizal, 2003 yang menyatakan pembentukan cabang termasuk pada pertumbuhan vegetatif bersama tinggi tanaman, pada pertumbuhan vegetatif umumnya hara yang diperlukan adalah nitrogen, selain itu membutuhkan Mg untuk pertumbuhan batang utama.

Terjadinya pertumbuhan batang utama menimbulkan persaingan hormonal, akibatnya pertumbuhan batang lebih dipacu dibandingkan dengan terbentuknya tunas baru pada batang utama. Jumlah cabang yang dihasilkan dipengaruhi oleh pertumbuhan batang utama, karena cabang primer itu tumbuh pada batang utama, sehingga perbedaan yang ditimbulkan juga berbeda. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel. jumlah polong per sampel tertinggi Perlakuan varietas V2 (Kelinci) yaitu sebesar 22,4 g dan terendah pada varietas V3 (Bima) sebesar 14,7 g. Banyaknya polong yang terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong waktu pembungaan sehingga dengan jumlah bunga yang lebih banyak dapat menghasilkan jumlah polong yang banyak pula. Seperti yang dijelaskan Suprapto, 2002 yang menyatakan jumlah polong yang terbentuk per tanaman bervariasi, tergantung varietas, kesuburan tanah dan jarak tanaman. unsur Mg dapat berperan penting dalam meningkatkan ph tanah, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, selain itu Mg juga berperan sebagai fosfor yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, dimana P yang cukup akan meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Kekurangan fosfor dapat memperlambat proses pematangan buah, warna daun lebih hijau dari pada keadaan normalnya dan daun yang tua tampak menguning, sehingga hasil buah dan biji berkurang (Hanafiah, 2005). Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot polong per sampel dan bobot polong per plot. Bobot polong per sampel tertinggi yaitu Varietas V2 (Kelinci) sebesar 26,6 g dan terendah pada varietas V3 (Bima) sebesar 15,6 g. Bobot polong per plot tertinggi yaitu varietas V2 (Kelinci) sebesar 451,7 dan bobot polong per plot terendah pada Varietas V3 (Bima) sebesar 231,6 g. Seperti

yang di jelaskan Adisarwanto, 2000 Bahwa perbedaan varietas akan menentukan produktifitas yang dicapai. Jadi perbedaan produksi pada masingmasing varietas kacang tanah lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik selain itu fosfor juga sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman, dimana P yang cukup akan meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot biji per sampel dan bobot biji per plot. Bobot biji per sampel tertinggi yaitu varietas V2 (Kelinci) sebesar 14,2 g dan terendah pada Varietas V3 (Bima) sebesar 8,9 g. Bobot biji per plot tertinggi yaitu varietas V2 (Kelinci) sebesar 298,8 g dan terendah pada varietas V3 (Bima) sebesar 172,6 g. Sesuai dengan pendapat Lingga (2003) yang menyatakan bahwa fosfor dapat mempercepat penuaan buah/ pemasakan biji serta meningkatkan hasil biji-bijian. Jika kekurangan unsur kalium dan fosfor maka dapat menyebabkan kematangan buah terlambat dan ukuran buah menjadi kecil (Novizan, 2002). Sumarno (2002) menyatakan bahwa unsur fosfor diperlukan tanaman kacang tanah untuk pertumbuhan dan pembentukan polong serta biji. Ketersediaan unsur fosfor di dalam tanah berfungsi untuk pembentukan polong dan penambahan unsur Mg pada tanah yang kurang subur akan dapat meningkatkan bobot biji dan produksi kacang tanah. perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Bobot 100 biji tertinggi yaitu varietas V1 (jerapah) sebesar 31,24 gr dan terendah pada varietas V2 (kelinci) sebesar 26,26 gr. Seperti pendapat (Sitompul dan Guritno, 2005 yang menyatakan bahwa berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun

semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri. bahwa berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri. Pengaruh pupuk guano terhadap tiga varietas kacang tanah (Arachis hypogeae L) Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 5 dan 6 MST dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman MST, jumlah cabang 2,3,4, dan 7 MST, jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji. Jumlah cabang tertinggi pada 6 MST pada perlakuan G1 (200 kg/ha) sebesar 6,47 g dan terendah G0 (0 kg/ha) sebesar 5,76. Jumlah cabang yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi tanaman, sehingga pertumbuhan tinggi akan lebih dominan terhadap pertumbuhan cabang akibat terjadinya persaingan dalam pemanfaatan hasil fotosintesis antara batang dan cabang primer. Menurut Harjadi 1998 yang menyatakan setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respons genotipe pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh. Hal ini tentu berpengaruh terhadap penampilan feno-jurnal Agrista Vol. 16 No. 1, 2012 10 tipe dari tiap varietas apabila berinteraksi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Pitojo (2010) menyatakan juga bahwa kekurangan unsur fosfor menyebabkan tanaman kacang tanah kerdil, kurus, daun berukuran kecil dan berwarna hijau pucat, polong yang terbentuk sedikit dan hasil rendah.

Rendahnya laju pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah apabila dosis pupuk SP-36 dalam jumlah berlebihan (200 kg ha-1), hal ini disebabkan pada dosis tersebut jumlah unsur haranya dalam keadaan berlebihan sehingga dapat menekan laju pertumbuhan tanaman. Pengaruh interaksi tiga varietas kacang tanah terhadap dosis pupuk guano Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi perlakuan tiga varietas kacang tanah dan pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah cabang 2-7MST, bobot 100 biji dan berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot.. Hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi perlakuan varietas kacang tanah (Arachis hypogeae L.) dan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot biji per sampel, bobot biji per plot. Seperti yang dijelaskan Sutedjo, 1996 yang menyakan bahwa pupuk guano mengandung unsur hara yang sesuai untuk kebutuhaan kacang tanah. Peningkatan pertumbuhan generatif (produksi) tanaman kacang tanah juga dipengaruhi oleh ketersedian hara P dan K. Fosfor memiliki peran penting dalam reaksi enzim yang tergantung pada fosforilase. Hal ini karena semua inti sel tanaman mengandung fosfor, sangat penting dalam pembelahan sel, dan juga untuk perkembangan jaringan meristem. Posfor tersedia ada dalam bentuk H2PO4-dan HPO4.Tanaman kacang tanah hanya menyerap phospat dalam jumlah yang kecil, namun phospat sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan pembentukan biji kacangtanah (Sumarno, 1986). Kalium juga merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman dan sangat mempengaruhi tingkat

produksi tanaman (Sarief, 1985). Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. K berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses fotosintesis dan respirasi (Hanafiah, 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah cabang 4,5,6 dan 7 MST, jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot, bobot 100 biji. Bobot biji per plot tertinggi pada varietas Kelinci sebesar 298,8 g. 2. Perlakuan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang 5 dan 6 MST 3. Interaksi antara varietas kacang tanah dan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per sampel, bobot polong per sampel, bobot polong per plot, bobot biji per sampel, bobot biji per plot. Kombinasi pada bobot biji per plot tertinggi di peroleh pada varietas Kelinci dan pemberian pupuk guano dengan dosis 600 kg/ha sebesar 379,2 g. Saran Untuk meningkatkan produksi kacang tanah sebaiknya menggunakan varietas kelinci dan pemberian pupuk guano dengan dosis 600 kg/ha.