BAB V PENUTUP 5.1 Relevansi Tak dapat dipungkiri, situasi yang dialami Petrus dan situasi saat sekarang berbeda jauh.situasi saat ini sudah dipenuhi dengan berbagai kecanggihan dan teknologi yang dapat membuat segala sesuatu berjalan dengan mudah dan dapat dilaksanakan dengan cepat. Namun di sisi lain, kecanggihan dan teknologi yang ada membuat manusia lupa akan siapa dirinya, darimana asalnya dan juga apa yang harus dikerjakan di dalam hidupnya di dunia ini. Situasi dan kondisi ini merasuki semua manusia yang ada dan sedang menjalani hidup zaman ini, termasuk para gembala dan pemimpin Gereja. Gembala umat dan pemimpin umat zaman ini pun merasakan hal yang sama karena mereka juga adalah manusia. Namun karena tugas dan pelayanannya membuat mereka berbeda dengan manusia yang lainnya. Tetapi tak dapat disangkal juga kecanggihan dan teknologi yang semakin modern ini membuat pemimpin umat lupa akan dirinya dan juga mulai lupa akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai gembala umat. Hal ini terbukti dengan banyaknya kelalaian para gembala tersebut dalam menjalankan tugas dan pelayanan mereka kepada umat. Kerap kali mereka tidak melayani dengan sungguh-sungguh karena tenaga dan pikiran mereka telah
terkuras pada hal yang lain yang sebenarnya sudah keluar jauh dari tugas dan pekerjaan mereka. Mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri ketimbangumat yang sebenarnya sangat membutuhkan pelayanan dari mereka.kenyataan inilah yang banyak dialami sekarang. Karena itu, para gembala umat diharapkan untuk kembali kepada tugas dan pekerjaan mereka sebagai pelayan dan pewarta Kerajaan Allah.Tugas dan tanggung jawab mereka tidaklah berbeda dengan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan Yesus kepada Petrus.Para gembala saat ini haruslah menyadari diri dengan sungguh bahwa mereka adalah utusan Kristus juga. Para gembala seharusnya belajar dan mencontohi Petrus yang dengan segala keterbatasan dan kelemahan manusiawinya menyerahkan diri kepada kehendak Allah dengan menyatakan kasih dan ketaatannya kepada Allah lewat tugas dan perutusan yang diberikan kepadanya.dengan menyatakan kasih dan ketaatannya tersebut Petrus siap untuk menjadi seperti gurunya yakni Yesus Kristus.Petrus telah belajar dan mengubah pola pikirnya sebagai seorang murid.ia mulai menyadari bahwa menjadi murid Kristus adalah dengan menjadi sama seperti Kristus dalam perkataan dan perbuatan. Hal inilah yang mengubah Petrus, yang membuat dia dipercaya dan diberi wewenang untuk menggembalakan domba-dombanya.dengan demikian Petrus telah menjadi satu dengan Kristus.
Para gembala umat dalam kepemimpinan gerejawi sekarang pun hendaknya belajar dari Petrus.Menggembalakanumat bukan berarti bertindak sewenang-wenang, berdasarkan pada kehendak sendiri, melainkan mendasarkan diri kepada kehendak Allah, menyatu dengan kehendak Allah, dan mewartakan kepada dunia tentang kehendak Allah.Jadi pertama-tama yang harus ada dalam diri seorang gembala umat adalah kasih dan ketaaatan kepada kehendak Allah.Dengan itu, yang diwartakan bukan lagi berdasarkan pada dirinya sendiri melainkan berdasarkan pada diri Kristus yang ada dalam dirinya.dengan demikian, umat dapat melihat dan merasakan kehadiran Kristus secara nyata dalam diri gembala umatnya. 4.7 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis melihat bahwa kasih dan ketaaatan merupakan hal yang utama dan terutama dalam diri seorang murid Kristus.Dengan kasih dan ketaatan, maka segala perintah, ajaran, serta tugas yang diberikan oleh Yesus dapat dijalankan dengan sungguh-sungguh secara fisik maupun rohani.hal ini telah dibuktikan Yesus selama berkarya di dunia.kasih dan ketaatan Yesus kepada Bapa dijalankan dengan sungguh-sungguh dengan mengikuti semua kehendak BapaNya.Konsep kasih dan ketaatan dalam Injil Yohanes di sini adalah menjalankan segala perintah dan kehendak Allah sekalipun dengan menyerahkan nyawa.sebab tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.
Petrus adalah salah satu dari murid-murid Yesus yang mendapat tugas dari Yesus untuk menjadi pemimpin dan gembala atas domba-dombanya. Dan karena kasih dan ketaatannya, ia siap menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan mengikuti teladan yang telah Yesus ajarkan kepada mereka. Walaupun ia sempat menyangkal kemuridannya, namun Yesus tetap mempercayakan tugas penggembalaan kepadanya. Dengan tiga kali pernyataan kasihnya kepada Yesus maka dengan sendirinya ia sudah siap untuk menerima setiap resiko dan tantangan yang akan dihadapinya dalam menjalankan tugas penggembalaan tersebut. Dan tugasnya adalah menjaga agar domba-domba tidak hilang dan tersesat, serta tidak tercerai berai layaknya tidak mempunyai gembala.menjadipemimpin atas dombadomba Kristus, bukan berarti menggunakan kekuasaan yang ada untuk bertindak sewenang-wenang atas kehendak dan kemauan diri melainkan atas kehendak Allah.Sebab menjadi seorang gembala domba Kristus adalah melayani dengan kasih.dan menjadi seorang gembala Kristus berarti selalu siap untuk dibawa ketempat yang tidak dikehendaki. Selain mengajarkan kasih dan ketaatan yang sejati seorang murid Kristus, Injil Yohanes juga menggambarkan konsep kesatuan yang sejati yang termuat di dalam konsep kasih dan ketaatan. Hal ini dapat dilihat dari kesatuan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Yoh 14:9).Kesatuan ini juga terletak dalam apa yang diajarkan oleh Yesus, Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-ku sendiri, tetapi Bapa, yang
diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-nya (Yoh 14:10). Hal ini berlanjut ketika Yesus menetapkan Petrus untuk menjadi pemimpin atas para murid dan juga menjadi gembala atas domba-domba Kristus.Kesatuan antara Yesus dengan muridnya terlebih dengan Petrus terletak pada ketaatannya untuk melanjutkan tugas yang telah Yesus lakukan selama berkarya di dunia.yesus menjadi satu dengan BapaNya pertama-tama bukan karena Dia sendiri adalah Allah, tetapi karena Dia taat kepada BapaNya.Dan Petrus menjadi satu dengan Yesus karena melanjutkan tugas Yesus dengan menjadi pemimpin dan gembala.jadi di dalam kesatuan, ada ketaatan dalam menjalankan pekerjaan Allah. Dengan kata lain, ketaatan adalah bentuk kesatuan dengan kehendak Allah. Ajakan Yesus kepada Petrus untuk mengikutinya dalam kasih dan ketaatan untuk menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya merupakan ajakan untuk menjadi satu dengan Allah. Dengan mengikuti dan menjalankan perintah yang diberikan, Petrus telah mengerjakan apa yang dikerjakan Allah melalui dirinya. Mengikuti Yesus artinya membiarkan diri dikuasai oleh Allah dengan menjalankan apa yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, apa yang dikerjakan adalah kehendak Allah.Dengan itu, dapat dirasakan kehadiran serta cinta kasihallah secara nyata.jadi bersatu dengan Allah adalah membiarkan Allah bekerja dalam diri lewat kasih dan ketaatan dalam menjalankan kehendak Allah. Kasih dan ketaatan adalah bentuk kesatuan yang dalam.dengan menyatakan kasih dan ketaatan kepada kehendak Allah, maka dengan sendirinya seseorang siap
untuk bersatu dengan Allah.Injil Yohanes telah menggambarkan itu dalam tulisannya.kasih dan ketaatan Yesus adalah bentuk kesatuan yang utuh dan mendalam antara dirinya dengan Bapa. Di sisi lain, kasih dan ketaatan Petrus juga merupakan bentuk kesatuan yang utuh dan mendalam antara dirinya dengan Yesus sebagai murid dan guru. Hal ini mau menunjukkan bahwa dalam kasih dan ketaatan, ada kesatuan.maka dengan demikian kasih dan ketaatan Petrus adalah model ideal dalam kepemimipinan gerejawi. Dasar yang telah dibangun oleh Yesus dalam diri Petrus merupakan model ideal dalam kepemimpinan gerejawi.karena itu, sudah seharusnya para gembala umat yang menjadi pemimpin gereja menghayati itu dalam menggembalakan umat yang dipercayakan kepadanya.hal ini dapat terlaksana jika ada cinta kasih dan ketaatan kepada kehendak Allah dari pihak gembala umat dalam menjalankan tugas dan pelayanan. Gereja adalah persekutuan umat yang percaya kepada Allah karena iman dan pengajaran dan pelayanan yang diberikan kepada mereka melalui para gembala umat yang memimpin dan melayani mereka. Dengan pelayanan yang diberikan, umat akan sungguh merasakan kehadiran dan kasih setia Allah, jika para gembala menjalankan tugas dan pelayanannya berdasarkan kehendak Allah. Gembala umat perlu sungguh menghadirkan Allah dan kehendaknya, sehingga umat dapat merasakannya dan menjadi percaya akan Allah yang sungguh-sungguh mengasihi dan mencintai mereka. Oleh karena itu para gembala umat haruslah menyadari diri mereka, siapa mereka
dihadapan Allah dan umat, serta memahami dengan baik apa yang ada dibalik keterpilihan mereka lewat kepercayaan yang diberikan untuk menjadi gembala umat. ALKITAB DAFTAR PUSTAKA Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Jakarta: LAI, 2008. DOKUMEN GEREJA Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Lumen Gentium, dalam Hardawiryana, R. (penerj.), (Jakarta: Obor, 1993). ENSIKLOPEDI/KAMUS Leon Dufour, Xafier, Ensiklopedi Perjanjian Baru, dalam Stefan Leks (Penyadur),Yogyakarta:Kanisius, 1990. Douglas, J.D,Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I (A-L), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992. McKenzie, J.L, Dictionary Of The Bible, London: Geoffrey Chapman, 1996. Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. BUKU-BUKU Barclay, Wiiliam, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Yohanes Pasal 8-21, diterj.oleh S. H. Widyapranawa, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012., The Daily Study Bible: The Gospel Of Mathew Vol I, Banglore:Theological Publications In India, 1994.,The Gospel Of John Vol. 2 (Chapters 8-21), Philadelphia: The Westminster Press, 1956., The Revelation Of John Vol. 2 (Chapters 6-22), Philadelphia: The Westminster Press, 1956. Bergant Dianne, J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, dalam Hadiwiyata, A.S. (Penerj.), Yogyakarta: Kanisius 2002.
Brill, J. Wesley, Tafsiran Injil Yohanes, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999. Brown, Raymond E., Injil dan Surat-Surat Yohanes, disadur oleh Lembaga Biblika Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1981. Cox, Roland, Kisah Indjil, diterj. Oleh Br. Karitas, Ende: Nusa Indah, 1966. Drane, Jhon, Memahami Perjanjian Baru, diterj. Oleh P. G. Katoppo, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Duyverman, E.M., Pembimbing Ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013. Darmawijaya, St., Gelar-Gelar Yesus, Yogyakarta: Kanisius, 1987. Fuellenbach, Jhon, Mewartakan Kerajaan Allah, Ende: Nusa Indah, 2004. Groenen, C., Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1984. Hadiwiyata, A.S.,Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,Yogyakarta: Kanisius, 2002.,Tafsir Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius, 2011. Heer, de J, Tafsiran Alkitab: Wahyu Yohanes, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Jacobs, Tom, Siapakah Yesus Menurut Perjanjian Baru, Yogyakara: Kanisius, 1982. Jaubert, A, Mengenal Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius, 1980. Leks, Stefan, Yesus Kristus Mnenurut Keempat Injil 1, disadur oleh Lembaga Biblika Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1992. Lukefhar, Oscar, Memahami dan Menafsir Kitab Suci Secara Katolik, diterj. Oleh V. Prabowo Shakti, Jakarta: Obor, 2010. Riyadi, Eko St, Yohanes, Firman Menjadi Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2011. Suharyo,I,Membaca Kitab Suci Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991. MODUL DAN MAJALAH
Agino, Valens, Eksegese Yohanes, Kupang, FFA-UNWIRA, 2014., Pengantar Kitab Suci Baru, Kupang, FFA-UNWIRA, 2011. Biguzzi, Giancarlo, Petrus dan Murid yang Dikasihi: Dua Model Kemuridan,dalam Senda Sipri, (Penerj.),Parole di Vita, no. 6, 2004.$ Boy, M. Valens, Eksegese Sejarah Deutronomium, Kupang: FFA-UNWIRA, 2005.
CURICULUM VITAE NAMA: Erasmus Yuniarto Muri Jawan TEMPAT TANGGAL LAHIR: Kupang, 2 Juni 1991 RIWAYAT PENDIDIKAN: Sd: SDK St. Fransiskus Xaverius Buraen SMP: SMPK St. Gregorius Buraen SMA: SMA-Seminari St. Rafeal Oepoi Kupang PERGURUAN TINGGI: Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang