BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata telah mengulang sejarah kiris ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Indonesia sebagai salah satu negara emerging market sangat berpotensi untuk terkena dampak dari krisis ekonomi global seperti krisis subprime mortgagae yang terjadi di AS pada tahun 2008 dan krisis ekonomi Eropa pada tahun 2011 (Imam, Gandhi, 2014). Kejadian berbeda juga terjadi ketika efek dari penguatan nilai tukar USD terhadap Rupiah pada tahun 2015 yang dalam kenyataannya tidak diikuti dengan penurunan kondisi pasar saham di Indonesia. Berdasarkan laporan triwulan IV- 2015 yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks saham mengalami penguatan sebesar 8,70% dibandingkan pada kwartal III-2015. Penguatan ini juga didukung dengan data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia yang menyebutkan bahwa volume transaksi selama tahun 2015 meningkat sebesar 8.98% dibandingkan tahun 2014 (BEI, 2015). Menurut Dr. Lana Soelistiangingsih dalam Ardiansyah (2012), salah satu dari banyak aspek yang membentuk indeks saham di sebuah negara adalah likuiditas pasar. Dalam kaitannya dengan pelemahan kondisi ekonomi di sebuah negara, Chatterjee (2016) menunjukkan bahwa meningkatnya likuiditas pasar modal sebuah negara tidak mengindikasikan terjadinya resesi di negara tersebut. 1
Fenomena yang berbeda terjadi dalam konteks perdagangan, dimana investor dan juga perusahaan (emiten) diharapkan untuk mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor risiko mata uang dalam sebuah transaksi saham dan juga dalam menjalankan operasional perusahaan. Secara mengerucut, dalam konteks perdagangan saham, Saunders dan Cornett (2014) dalam literaturnya menjelaskan bahwa risiko mata uang asing dapat muncul salah satunya dikarenakan oleh pembelian surat berharga dalam mata uang asing. Pendapat tersebut didukung kembali oleh Tudor (2012) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa nilai tukar sebuah mata uang dapat dinilai sebagai risiko yang mempengaruhi international investment. Risiko fluktuasi nilai tukar sebuah mata uang yang dihadapi investor tersebut ternyata mempengaruhi stock return yang dihasilkan dari aktivitas operasional emiten. Pengaruh tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut: Nilai tukar mata uang akan mempengaruhi neraca perdagangan perusahaan dan pendapatan riil dari aktivitas operasional perusahaan. Ketika pendapatan sebuah perusahaan meningkat, maka secara simultan akan meningkatkan harga saham yang dihasilkan dari present value atas cash flow yang diharapkan pada masa mendatang (Chkili, dkk, 2012). Ketika laba perusahaan meningkat, maka nilai interinsik dan pengembalian dari saham tersebut juga secara simultan akan meningkat. Hal ini dikarenakan nilai interinsik tersebut dihasilkan dari laba bersih dibagi dengan jumlah saham beredar (Meigh, 1999). Bukti lain dari bagaimana hubungan antara risiko dengan return dari sebuah saham dapat dilihat dari hasil penelitian sebelumnya. Bringham, dan Houston 2
(2013) dalam literaturnya menyebutkan bahwa risiko dengan return yang diharapkan merupakan hubungan yang positif (risk-return trade-off). Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi, maka semakin besar juga return yang diharapkan. Tudor juga mengemukakan bahwa fluktuasi nilai tukar suatu mata uang berpengaruh pada stock return dan bahkan juga terjadi di negara berkembang (Cho, dkk., 2014). Tudor menambahkan bahwa return yang diterima oleh investor dalam faktanya tidak hanya ditentukan oleh domestic performance, namun juga ditentukan oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing. Dari berbagai hasil studi keterkaitan antara fluktuasi nilai tukar terhadap mata uang terhadap return sebuah saham, Peneliti ingin mengetahui bagaimana keterkaitan yang terjadi pada kegiatan perdagangan di Indonesia, dengan mengerucutkan studi ini pada sektor manufaktur atau sektor pengolahan. Sektor manufaktur atau sektor pengolahan, merupakan sektor yang paling berkontribusi dalam membentuk struktur perekonomian di Indonesia dan juga struktur pasar modal di Indonesia. Dalam data statistik yang dipublikasikan oleh OJK pada minggu ke-3 tahun 2016, sektor manufaktur 1 menyumbang proporsi terbesar dalam sisi kapitaliasi pasar, yaitu sebesar 35.99% (OJK, 2016). Angka tersebut meningkat sebanyak 0.34% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (OJK, 2015). Sektor ini juga menyumbang proporsi tertinggi terhadap Product Domestic Bruto (PDB) di Indonesia yaitu sebesar 20.95% pada tahun 2015, dan sebesar 21.28% pada tahun 2014 (BPS, 201;2016). Sedangkan laju pertumbuhan industri manufaktur seperti yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Yang termasuk dalam sektor manufaktur dalam Statistik Pasar Modal yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (2016) adalah mencakup Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Konsumsi 3
tahun 2016 adalah sebesar 5.07%, dan sebesar 4.25% pada tahun 2014 (BPS, 2015;2017) Walaupun sektor ini memiliki kontribusi yang besar terhadap perdagangan, namun juga sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang. Kerentanan ini terjadi dikarenakan ketergantungan industri manufaktur terhadap bahan baku industri dan bahan penolong industri yang sebagian besar diimpor (Arianti, 2008). Hal ini juga dibuktikan dari meningkatnya jumlah impor bahan baku dan bahan penolong industri manufaktur dari 4.02% pada tahun 2014 hingga 6.77% pada tahun 2016 (BPS, 2015,2017). Fenomena yang terjadi pada sektor manufaktur menjadi kasus yang dinilai menarik untuk melihat bagaimana fluktuasi nilai tukar mata uang asing mempengaruhi pengembalian saham emiten. Hal ini disebabkan ketergantungan perusahaan manufaktur untuk mengimpor bahan baku produksi. Ketergantungan ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko nilai tukar yang dialami oleh perusahaan. Risiko tersebut secara langsung dapat mempengaruhi jumlah laba yang diterima oleh perusahaan yang diprediksikan akan mempengaruhi pengembalian saham perusahaan. 4
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ini menguji pengaruh fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap return saham industri manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Adapun fenomena yang melatar belakangi penulis untuk meneliti topik ini adalah adanya krisis subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia, dan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada tahun 2015 yang dalam kenyataanya tidak berimbas pada sektor pasar modal secara keseluruhan. Penelitian ini menguji pengaruh nilai tukar mata uang Rupiah terhadap pengembalian saham manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam periode krisis sebelum dan sesudah tahun 2008. Selain itu, penelitian ini meneliti pengaruh nilai tukar mata uang Rupiah terhadap arus kas perusahaan manufaktur di BEI dalam periode krisis sebelum dan sesudah tahun 2008. Sektor yang penulis teliti adalah sektor industri manufaktur yang menurut penjelasan diatas memiliki tingkat paparan risiko mata uang yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar industri manufaktur di Indonesia masih menggunakan bahan baku dan bahan penolong produksi yang didapatkan dari luar negeri. Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang penulis jabarkan diatas, maka masalah pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah: Apakah terdapat pengaruh fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap return saham dan perubahan arus kas pada emiten sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia? 5
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menguji pengaruh fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap pengembalian (return) saham emiten sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah tahun 2008. b. Untuk menguji pegaruh fluktuasi nilai tukar mata uang terhadap perubahan arus kas emiten sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah tahun 2008 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai manfaat empiris, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau menambah studi empiris dari penelitan yang sebelumnya telah dilakukan b. Sebagai manfaat kebijakan bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam memilih dan menjadi referensi dalam menganalisis risiko investasi dalam kaitannya dengan pengembalian saham pada perusahaan manufaktur. c. Sebagai manfaat kebijakan bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, dan sebagai referensi dalam membuat keputusan berkaitan dengan risiko mata uang, yaitu apakah perusahaan perlu melakukan langkah strategis untuk mengurangi risiko tersebut sehingga dapat meningkatkan pengembalian saham di masa mendatang. 6
1.5. Sistematika Penulisan Tulisan ini diawali dengan Bab I berupa pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan guna memudahkan pembaca. Bab II dari tulisan ini berupa studi pustaka dan pengembangan hipotesis. Pada bab ini dijelaskan konsep konsep mengenai nilai tukar mata uang (exchange rate), eksposur nilai tukar (currency exposure), dan pengembalian saham (stock return). Pada bagian ini juga dijelaskan penelitian-penelitan terdahulu mengenai topik yang sama dengan tulisan ini. Penjelasan dalam bab ini berdasarkan teori yang diperoleh dari literatur, jurnal maupun penelitian-penelitian sebelumnya. Bab ini diakhiri dengan pengembangan hipotesa berdasarkan logika dan teori yang menduga bahwa perubahan nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap pengembalian saham. Hipotesa ini kemudian mendasari pengujian dalam penelitian. Bab III tentang metode penelitian. Pada bagian ini, dibahas mengenai data dan sampel, pengukuran variabel, dan juga model empiris yang akan digunakan untuk menguji pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap pengembalian saham. Bab IV difokuskan kepada hasil pengujian terhadap data yang telah dikumpulkan. Pengujian tersebut dilakukan melalui uji regresi antara variabel earning per share (EPS), real effective exchange rate (REER), total utang, dan cumulative abnormal return (CAR). Pada bab ini juga dijelaskan perbedaan atau persamaan hasil penelitian dengan teori atau hasil penelitian terdahulu. 7
Bab V berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran, dan implikasi penelitian yang diperlukan untuk melalukan penelitian selanjutnya. 8