I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PETERNAKAN di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

PENGUKURAN KINERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR CAPAIAN TUJUAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo, 2009). Dalam pembangunan, masyarakat membutuhkan layanan usaha koperasi dengan alasan utama adalah dasar pemikiran ekonomi, adanya peluang untuk mengembangkan potensi usaha tertentu atau karena memanfaatkan fasilitas yang disediakan pihak lain (pemerintah) yang mensyaratkan kelembagaan koperasi, sebagaimana praktek pengembangan koperasi yang telah dilakukan selama ini. Berdasarkan data perkembangan koperasi di Indonesia pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah koperasi aktif, permodalan, volume usaha, sisa hasil usaha bertambah setiap tahunnya. Perkembangan koperasi yang positif tersebut menjadi pertanda mulai tumbuhnya perkoperasian di Indonesia. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun 2004-2008 Jumlah Volume Thn Koperasi Modal sendiri Modal luar Usaha Aktif (Unit) (Rp juta ) (Rp juta) (Rp juta) Sisa Hasil Usaha (Rp juta) 2004 93.402 11.989.451 16.897.052 37.649.091 2.164.234 2005 94.818 14.836.208 18.179.195 40.831.693 2.198.320 2006 98.944 16.790.860 22.062.212 62.718.499 3.216.817 2007 104.999 20.231.699 23.324.032 63.080.595 3.470.459 2008 108.966 21.973.936 24.697.110 62.252.170 4.285.869 Sumber : Departemen Koperasi (2009) Koperasi dapat dikembangkan pada berbagai sektor usaha, salah satunya sektor peternakan. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. 13 1

Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2006-2010 (ribu ekor) Ternak 2006 2007 2008 2009 2010* Sapi Potong 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633 Sapi Perah 369 374 458 475 495 Kerbau 2.167 2.086 1.931 1.933 2.005 Kuda 398 401 393 399 409 Kambing 13.790 14.470 15.147 15.815 16.821 Domba 8.980 9.514 9.605 10.199 10.932 Babi 6.218 6.711 6.338 6.975 7.212 Ayam Buras 291.085 272.251 243.423 249.964 268.957 Ayam Ras Petelur 100.202 111489 107.955 99.768 103.841 Ayam Ras Pedaging 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952 Itik 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292 *) Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2009) Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum terjadi fluktuasi populasi ternak Indonesia setiap tahunnya. Dari tahun 2006-2010 populasi ternak terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor peternakan memberikan peluang usaha yang cukup menjanjikan terutama dalam hal perbaikan perekonomian. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak, 2009), Jawa Barat saat ini merupakan salah satu sentra penghasil susu terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Timur. Sekitar 40 persen populasi ternak sapi perah Indonesia ada di Jawa Barat dan 32 persen produksi susu segar nasional dihasilkan oleh Provinsi Jawa Barat (GKSI, 2007). Peternakan sapi perah Jawa Barat masuk dalam tiga besar peternakan sapi perah nasional dengan jumlah ternak mencapai 114.588 ekor pada tahun 2009. Semakin berkembangnya populasi ternak merupakan sinyal positif untuk meningkatkan perkembangan peternakan di Indonesia. Populasi sapi perah dapat dilihat pada Tabel 3. 14 2

Tabel 3. Populasi Sapi Perah Nasional No Provinsi Tahun (ekor) 2005 2006 2007 2008 2009 1 Jawa Timur 134.043 136.497 139.277 212.322 221.944 2 Jawa Tengah 114.116 115.158 116.260 118.424 134.821 3 Jawa Barat 92.770 97.367 103.489 111.250 114.588 4 DKI Jakarta 3.347 3.343 3.685 3.355 3.422 5 Sumatera Utara 6.521 6.526 2.093 2.290 2.505 Sumber : Departemen Pertanian (2010) Salah satu sentra penghasil susu di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut memiliki potensi peternakan sangat baik, produk unggulan peternakan Kabupaten Garut salah satunya adalah Sapi Perah. Luas lahan penggembalaan di Kabupaten Garut kurang lebih mencapai 2.651,65 Ha yang menghasilkan produksi pakan ternak sebanyak 93.187,08 ton, sehingga produktivitas lahan penggembalaan dalam menghasilkan pakan sebesar 28,29 ton/ha. Pencapaian populasi ternak Kabupaten Garut apabila dibandingkan dengan tahun 2005, saat ini mengalami pertumbuhan antara 0,2 persen sampai dengan 18,66 persen, kecuali pada populasi itik. Peningkatan pertumbuhan populasi tersebut diperoleh antara lain melalui fasilitasi program pengembangan ternak dan breeding, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, peternak maupun swasta (Ditjennak, 2009). Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cisurupan merupakan salah satu koperasi yang berperan penting dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Garut. Koperasi ini merupakan tempat bernaung peternak yang tersebar di Kabupaten Garut bagian selatan dan sekitarnya. Koperasi ini berperan dalam memberikan penyuluhan peternakan, kesehatan ternak, pembibitan sapi perah, warung serba ada (waserda), pengumpulan susu, pengolahan susu, dan pemasaran susu. 15 3

Keberhasilan dari suatu kegiatan seperti koperasi tidak akan terlepas dari adanya suatu sistem pengelolaan usaha yang mengaturnya. Pengembangan masyarakat kelompok peternak melalui koperasi merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama peternak untuk memperbaiki keragaan sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Adanya suatu sistem dalam pengelolaan usaha koperasi ini pun pastinya akan memberikan dampak terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah terutama dalam hal perekonomiannya. 1.2 Perumusan Masalah Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah dalam kegiatan ekonomi agar dengan demikian tingkat kesejahteraan golongan tersebut semakin meningkat. Selain itu, sistem pengelolaan usaha dalam koperasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang subsistem pengembangan koperasi. Mekanisme kelompok dan musyawarah dalam rangka pengaturan hasil menjadi satu komponen penting di dalam sistem pengelolaan pengembangan koperasi itu sendiri. Kesepakatan yang dihasilkan mempunyai orientasi utama terciptanya koperasi sesuai dengan yang diharapkan dimana akan membawa pada kehidupan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Dilihat dari lapangan usahanya, setidak-tidaknya koperasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu koperasi produksi, koperasi konsumsi, dan koperasi kredit atau simpan pinjam. Dalam konteks ini, rakyat atau masyarakat peternak yang umumnya memiliki skala usaha kecil, banyak yang telah bergabung dalam wadah koperasi produksi, baik mereka yang memiliki ternak besar, ternak kecil, maupun 16 4

ternak unggas. Bergabungnya mereka dalam suatu wadah koperasi tentu disertai banyak harapan. Keterbatasan peternak secara individual yang umumnya berpendidikan relatif rendah, memiliki modal finansial yang sedikit, bekal keterampilan yang kurang memadai, akan kalah bersaing jika mereka bergabung dalam koperasi. Secara umum, KUD Mandiri Cisurupan merupakan koperasi yang cukup sukses dalam mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan berbasis peternakan, khususnya Sapi perah. Hal ini tidak terlepas dari peran KUD Mandiri Cisurupan yang dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Dimana Pengurus Koperasi dipilih melalui rapat anggota dengan masa jabatan lima tahun. Adapun sistem pengelolaan usaha KUD Mandiri Cisurupan salah satunya meliputi: sistem pengelolaan pelayanan kesehatan sapi perah (pos kesehatan hewan) di bawah bimbingan dan kontrol dari Sub Dinas Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Garut. Pada tingkat pertama KUD Mandiri Cisurupan harus nyata menunjukkan tentang manfaatnya bahwa badan tersebut benar-benar bisa memberi manfaat dan jasa kepada warga desa sekitarnya. Di bidang agribisnis atau usaha tani/ternak, KUD Mandiri Cisurupan telah berhasil menarik kepercayaan para anggotanya dan masyarakat petani/peternak umumnya. Sebagian besar keberadaan KUD Mandiri Cisurupan ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para peternak sehingga adanya antusiasme yang tinggi dari para peternak untuk ikut bergabung dalam koperasi karena menganggap koperasi akan meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu, dengan adanya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah tentang 17 5

koperasi semakin meningkatkan keinginan masyarakat untuk ikut bergabung dalam koperasi. Selain itu, konsep pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui koperasi bukanlah konsep baru, banyak kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan yang dimaksud salah satunya adalah dimaksud ketidakmampuan sistem pengelolaan usaha peternak/koperasi dalam memberikan kebutuhan anggotanya dan ketidakmampuan dalam memasarkan hasil produksi ternak anggotanya. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan dari KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan? 2. Bagaimana sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis peranan KUD Mandiri Cisurupan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan. 2. Menganalisis sistem pengelolaan usaha yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perah selama ini. 18 6

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Kabupaten Garut, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan usaha ternak sapi perah di wilayah Kabupaten Garut. 2. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan koperasi dengan pengembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan 3. Bagi peneliti, dapat menjadi referensi dan pengetahuan dasar dalam melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan pengembangan koperasi dan peningkatan usaha ternak sapi perah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis peranan KUD Mandiri Cisurupan terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah dan sistem pengelolaan usaha pengelolaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan KUD Mandiri Cisurupan di Kecamatan Cisurupan. 2. Unit analisis usaha dibatasi pada unit usaha peternakan sapi perah dengan kepemilikan 3 ekor sapi yang merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut. 3. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah di Kecamatan Cisurupan yang menjadi anggota KUD Mandiri Cisurupan. 19 7