FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA. Pedro Bernado

dokumen-dokumen yang mirip
Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur

BAB IV ALAT STABILISASI FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. digunakan setelah tahap reposisi atau replantasi dilakukan (Curzon, 1999).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kecoa Sebagai Korpus Alineum pada Liang Telinga Seorang Awak Kapal Richard Pieter

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB III DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN TRAUMA DENTOALVEOLAR PADA ANAK. 2002). Tujuan anamnesis ini dapat membantu dokter gigi untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan Fraktur Dentoalveolar pada Anak-Anak dengan Cap Splint Akrilik

BAB I PENDAHULUAN. merawatnya. Trauma pada gigi anak harus selalu dianggap sebagai tindakan

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Penanganan definitif fraktur komplek zigoma bilateral disertai fraktur basis kranii fossa anterior (Laporan Kasus)

PENATALAKSANAAN TRAUMA GIGI PADA ANAK

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINDROM KOMBINASI MAKALAH

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. lengkung geligi sebagian. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

Pengantar skills lab INTERPRETASI RADIOGRAFIK DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI. Hanna H. Bachtiar Iskandar Menik Priaminiarti

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

ENDODONTIC-EMERGENCIES

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi

Pendahuluan. Bab Pengertian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

TRAUMATIK INJURI PADA GIGI ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUKU AJAR ILMU KONSERVASI GIGI IV. Oleh : drg. Sri Daradjati S., SU, Sp.KG drg. Tunjung Nugraheni, M. Kes.

Penanganan delayed eruption karena impaksi gigi insisivus sentralis kiri dengan surgical exposure pada anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN Prosedur penegakan diagnosis merupakan tahap paling penting dalam suatu perawatan Diagnosis tidak boleh ditegakkan tan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FREKUENSI FRAKTUR MAHKOTA GIGI ANTERIOR PADA USIA 9-25 TAHUN DI BEBERAPA RUMAH SAKIT KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Luka trauma gigi dan mulut dapat bersifat cepat, tiba-tiba dan tidak terduga,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan bedah di kedokteran gigi merupakan suatu prosedur perawatan

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 7 PEDODONSIA PERSISTENSI GIGI SULUNG. Disusun Oleh : Kelompok Tutorial 1. Pembimbing: drg. Dyah Setyorini, M.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

PEMERIKSAAN PERIODONSIUM DAN JARINGAN SEKITARNYA OLEH: DRG. SYAIFUL AHYAR, MS

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

THE IMPORTANCE ORAL HEALTH FOR THE PATIENT WITH FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE (PENTINGNYA KESEHATAN MULUT PADA PEMAKAI ALAT ORTHODONTIK CEKAT)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

ANGKA KEJADIAN DIPLOPIA PADA PASIEN FRAKTUR MAKSILOFASIAL DI BANGSAL BEDAH RSUD ARIFIN ACHMAD PROPINSI RIAU PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

Transkripsi:

FRAKTUR DENTOALVEOLAR DAN PENANGANANNYA Pedro Bernado

PENDAHULUAN ETIOLOGI KLASIFIKASI DIAGNOSIS PERAWATAN WIRING: essig dan eyelet/ivy

ETIOLOGI Trauma dentoalveolar semua usia terbanyak usia: 8-12 tahun Penyebab: Kecelakaan lalulintas Kecelakaan olahraga Trauma langsung (benda keras ke gigi)

PREVALENSI Gigi yang sering terkena trauma 1. Insisivus sentral RA : 77% 2. Insisivus sentral RB : 8% 3. Insisivus lateralis RA: 6 % 4. Insisivus lateralis RB : 3% 5. Sisanya 3% gigi lainya.

KLASIFIKASI Sistim WHO yang dimodifikasi oleh Andreasen: A. Cedera jaringan keras gigi dan pulpa B. Cedera jaringan periodontal C. Cedera gusi dan mukosa oral

A. Cedera jaringan keras gigi dan pulpa 1. Infrak email 2. Fraktur email/ fraktur mahkota sederhana 3. Fraktur email-dentin/sederhana 4. Fraktur mahkota kompleks (1) (2) (3) (4)

5. Fraktur mahkota-akar sederhana 6. Fraktur mahkota-akar kompleks 7. Fraktur akar (5) (6) (7)

B. Cedera jaringan periodontal 1. Concussion (sensitif). 2. Subluksasi (kegoyangan gigi). 3. Intrusif luxation (central dislocation). 4. Extrusif luxation (peripheral dislocation, partial avultion) (1) (2) (3) (4)

5. Lateral luxation 6. Retained root fracture 7. Exarticulation (complete avultion) (5) (6) (7)

C. Cedera tulang pendukung 1. Comminution alveolar socket. 2. Fracture of the alveolar socket wall (Fraktur dinding socket alveolar) 3. Fracture of alveolar process (fraktur prosesus alveolaris). 4. Fraktur maksila atau mandibula

D.Cedera gingiva atau mukosa oral Laserasi gingiva atau mukosa luka /sobekan benda tajam Kontusio gingiva atau mukosa oral. luka memar/ pukulan benda tumpul Abrasi gingiva atau mukosa oral. luka daerah supefisial / lecet gesekan, goresan

PEMERIKSAAN & MENEGAKKAN DIAGNOSA Cedera pada gigi-gigi dan struktur pendukungnya keadaan darurat. Perlu penaganan yang cepat. Riwayat mekanisme dan kejadian yang lengkap harus didapatkan pemeriksaan klinis dan radiografis diagnosa perawatan yang tepat

A. Anamnesis Langkah pertama mendapatkan riwayat kecelakaan yang akurat. Riwayat yang komprehensif dari pasien, orangtuanya/orang lain informasi riwayat pasien dimana, kapan, dan bagaimana kejadiannya terapi apa yang sudah diberikan sebelumnya

Anamnesis Kapan Terjadinya Trauma? Karena jarak antara kecelakaan dan perawatan sangat penting diketahui menentukan jenis perawatan dan prognosisnya. Avulsi semakin cepat gigi tersebut di replantasi, maka prognosisnya akan semakin baik. Fraktur rahang yang proses penyembuhannya akan berpengaruh jika perawatannya ditunda.

Anamnesis Dimana Tempat Trauma Terjadi? Hal ini penting karena mungkin saja penderita memerlukan suntikan anti tetanus. Demikian juga pada kecelakaan mobil perlu diperhitungkan kemungkinan ada pecahan kaca pada bibir dan daerah muka.

Anamnesis Bagaimana Trauma Terjadi? Informasi ini penting untuk mengetahui apakah trauma tersebut mengenai benda keras atau tumpul atau lunak Trauma pada benda keras fraktur mahkota gigi Trauma pada benda lunak /tumpul fraktur akar gigi dan luksasi

Anamnesis Perawatan yang Sudah Didapat Riwayat Trauma pada Gigi Penyakit Sistemik yang Diderita Keluhan Lain Gangguan Pengunyahan

Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan fisik umum KU, VS, kesadaran Pemeriksaan ekstraoral inspeksi/visual : edema, hematom, luka, gangguan pergerakan rahang palpasi diskontinyuitas, kelainan saraf. Pemeriksaan intraoral

Pemeriksaan intraoral 1. Perkusi gigi 2. Pencatatan kegoyangan abnormal dari gigi atau tulang alveolar. 3. Pencatatan adanya perubahan warna gigi 4. Pencatatan kerusakan jaringan lunak, seperti pada bibir, gusi, langit-langit dan lidah. 5. Pencatatan perubahan letak gigi 6. Tes vitalitas dari gigi 7. Pencatatan adanya kerusakan prosesus alveolaris, dengan cara palpasi prosesus alveolaris.

Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan ini berguna untuk memberikan informasi: Untuk melihat arah garis fraktur Adanya fraktur akar Bagaimana tingkat keparahan dari gigi yang mengalami instrusi atau ekstrusi Adanya kelainan dari jaringan periodontal Tingkat perkembangan akar Ukuran kamar pulpa dan saluran akar Adanya fraktur rahang Melihat keadaan fragmen gigi dan jaringan lunak lain disekitar rongga mulut, seperti dasar mulut, bibir dan pipi.

Macam-macam foto rontgen Teknik radiologis pada kasus trauma gigi anterior Teknik intra oral ( foto periapikal dan foto oklusal) Teknik ekstra oral (foto panoramik, foto lateral dan foto postero-anterior) jika dengan foto intra oral garis fraktur tidak terlihat.

Temuan Klinis dan Radiografis

PERAWATAN TRAUMA PADA GIGI ANTERIOR Ananmnesis Pemeriksaan klinis & Pemeriksaan radiologis Diagnosis tepat ditegakkan Langkah perawatan kelainan akibat trauma gigi anterior segera dlakukan

Prinsip perawatan Prinsipnya perawatan trauma gigi anterior ada dua yaitu 1. mencegah prognosis yang lebih buruk 2. mengurangi rasa sakit akibat trauma.

Tahapan Perawatan Perawatan trauma gigi anterior dapat dibagi menjadi dua tahap: 1. perawatan darurat: perawatan segera setelah terjadinya trauma 2. perawatan definitif: perawatan terhadap gigi anterior yang mengalami trauma

Perawatan Darurat 1. Membersihkan luka cairan antiseptik 2. Merawat luka penjahitan dan penutupan luka dengan kain kasa. 3. Menghentikan perdarahan 4. Menghilangkan rasa sakit 5. Pencegahan terhadap infeksi

Perawatan definitif: Prinsip Prinsipnya adalah: Reposisi mengembalikan gigi yang mengalami trauma keposisi semula Fiksasi dan imobilisasi mempertahankannya hingga proses penyembuhan

Perawatan definitif: 3 macam Perawatan jaringan keras gigi penambalan dengan resin komposit pembuatan mahkota jaket, dll. Perawatan jaringan pulpa perawatan endodontik pulp capping, pulpotomi, dll. Perawatan pada gigi yang goyang dan berubah letak melakukan reposisi dan fiksasi.

FIKSASI Definisi Syarat dalam fiksasi Teknik

Definisi Fiksasi Tindakan pemasangan alat digunakan untuk menstabilkan satu gigi atau lebih mengikat atau menggabungkan gigi goyah atau berubah letak kegigi sebelahnya yang masih kokoh melalui kawat, band atau splin dari logam cor, plastik atau acrylik

Syarat fiksasi baik 1. Mudah dipasang di dalam mulut tanpa melalui prosedur laboratorium yang lama. 2. Bersifat pasif pada tempatnya, tanpa menyebabkan tekanan pada gigi. 3. Tindak berkontak dengan gusi dan tidak mengiritasi gusi. 4. Tidak terdapat sangkutan pada saat oklusi yang normal.

5. Mudah dibersihkan dan dipakai pada oral higiene yang baik. 6. Tidak menyebabkan trauma pada gigi atau gusi. 7. Memberikan jalan bagi perawatan endodontik. 8. Mudah dikeluarkan. 9. Memperhatikan nilai estetik yang baik. 10.Harganya murah dan bahan-bahannya mudah diperoleh dipasaran.

Periode stabilisasi Cedera Dentoalveolar Gigi yang mobile. Gigi yang berubah tempat. Fraktur akar. Replantasi gigi (matur) Replantasi gigi (imatur) Durasi Imobilisasi 7 10 hari 2 3 minggu 2 4 bulan. 7 10 hari. 3 4 minggu. (Ellis, 2003, Soft Tissue and Dentoalveolar Injuries)

Macam teknik fiksasi 1. Interdental wiring fixation, fiksasi pengikatan kawat interdental. metode Essig, Eyelet (Ivy). 2. Arch bar wiring, pengikatan kawat dengan arch bar. 3. Resin komposit splin 4. Alat Orthodontik bracket, kasus ekstrusi dan avulsi. 5. Metal cast splint splin dengan menggunakan logam cor. 6. Sectional acrylic splint splin dengan menggunakan bahan dari akrilik. 7. Titanium trauma Splint

Teknik wiring 1. Eyelet/ Ivy loop 2. Essig 3. Risdon horizontal 4. Stout continous loop

Teknik wiring Risdon horizontal Stout continous loop

Eyelet/ Ivy loop 1. Kawat soft stainless steel wire 0,35 2. Eyelet wire : 15cm dgn loop 3mm di tengahnya 10-20 buah 3. Wire forcep/ arteri clamps 4. Cheek dan tongue retractor 5. Instrumen menekan dan menahan kawat ke di bawah cingulum/undercut gigi di sekitar servikal gigi 6. Pemotong kawat 7. Pencahayaan dan suction.

Teknik Eyelet : wire 0,35 (0,4)

Teknik Essig

Perawatan dan kontrol

Keterangan:

DAFTAR PUSTAKA Budihardja AS, Rahmat, MM, 2012, Trauma Oral dan Maksilofasial, EGC, Jakarta Powers, MP, 1991, Diagnosis and management of Dentoalveolar Injuries, In, Fonseca RJ, Oral and Maxillofacial Trauma, Volume 1, WB Saunders Company, Philladelphia. Kaban, LB, 1990, Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery, WB Saunders Company, Philladelphia. Ellis, E III, 2003, Soft Tissue and Dentoalveolar Injuries, In, Peterson, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, Third ed., Mosby Year Book Inc. St. Louis. Schwenzer, N, and Steinhilber, 1982, Appliances for Immobilization, In, Kruger, E and Schilli, Oral and Maxillofacial Traumatology, Vol. 1, Quintessence Publishing Co. Sowray, FH, 1994, Localized Injuries of the Teeth and Alveolar Process, In. Williams, J, Rowe and Williams Maxillofacial Injuries, Second Ed. Churchill Livingstone.