BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

BAB III METODE ANALISIS

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA SARIWANGI ASRI GEGERKALONG BANDUNG

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

Fahmi Pahlawan*, Dwi Astuti Cahyasiwi, Kun Fayakun

BAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN OPTIK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPON STUDI KASUS CENTRAL OFFICE TURANGGA

ANALISIS PERFORMANSI MIGRASI JARINGAN DSLAM CASCADE KE JARINGAN GPON UNTUK MENDUKUNG LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II, BANDUNG

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME PERUMAHAN NATAENDAH KOPO DENGAN OPTISYSTEM

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

ANALISA JARINGAN FTTH STO JOHAR KE MG SETOS BERDASARKAN TEKNOLOGI GPON DI PT. TELKOM AKSES DIGITAL LIFE REGIONAL IV JATENG DAN D.I.

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI PRIVATE VILLAGE, CIKONENG

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO DAGO KE PERUMAHAN DAGO ASRI DAN CISTU INDAH BANDUNG

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Analisis Perencanaan Jaringan Akses Fiber-tothe-Home Berdasarkan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) di STO Banyumanik Semarang

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG

BAB 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

BAB II DASAR TEORI. Merupakan suatu media pemandu gelombang cahaya (light wave guide)

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON)

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

Analisis Perancangan Jaringan Fiber To The Home Area Jakarta Garden City (Jakarta Timur) dengan Metode Link Power Budget dan Rise Time Budget

STUDI PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

PERANCANGAN JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI KECAMATAN NGAGLIK

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

BAB II DASAR TEORI. adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik

Perancangan Jaringan Fiber To The Home (FTTH) Menggunakan Teknologi Gigabyte Passive Optical Network (GPON) pada Mall Park23 Tuban

PERANCANGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN PANORAMA INDAH PURWAKARTA

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN TAMAN KOPO INDAH 5 BANDUNG

BAB 4 Hasil Dan Pembahasan. 1. Optical Line Termination (OLT)

SIMULASI PERFORMANSI MODULASI DIRECT PADA JARINGAN FTTH DENGAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) di PERUMAHAN BATUNUNGGAL pada OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

(Gigabit Passive Optical Network)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1824

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

Ignatius Yoslan Kurniawan. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB II LANDASAN TEORI

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2011

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER PERMAI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA TRANSMISI JARINGAN FTTB MENGGUNAKAN GEPON DAN GPON PERFORMANCE COMPARISON OF TRANSMISSION FTTB NETWORK USING GEPON AND GPON

BAB II GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) BERBASIS INTERNET PROTOCOL (IP)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1877

PERENCANAAN JARINGAN FIBER TO THE HOME(FTTH) DI TAMAN KOPO INDAH 3 BANDUNG (Design of FTTH Network In Taman Kopo Indah 3 Bandung) TUGAS BESAR OPLAN

ANALISA JARINGAN UNTUK LAYANAN BROADBAND BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) ABSTRAK

TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK. Puti Mayangsari Fhatony NIM :

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

BAB III GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

Jaringan Kabel Optik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

DESIGN OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK USING COARSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (CWDM) FOR PESONA CIWASTRA VILLAGE RESIDENCE BANDUNG

ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

REVIEW JARINGAN AKSES DOWNSTREAM FIBER TO THE HOME DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CITYLINK RESIDENCE

ANALISA REDAMAN SERAT OPTIK FIBER TO THE HOME (FTTH) POINT TO POINT LINK STO PADANG BULAN KE PURI TANJUNG SARI KOTA MEDAN

ANALISA OPTIMASI JARINGAN FIBER TO THE HOME STUDI KASUS DI PERUMAHAN CIPAGERAN INDAH CIMAHI

Teknologi Jarlokaf. DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) Point to Point. 1 Digital Loop Carrier (DLC)

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

Analisis Rekonfigurasi Jaringan Hybrid Optik-Tembaga Menjadi Jaringan Optik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4781

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

BAB III PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME

PEMBUATAN DESAIN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PADA PERUMAHAN BUAH BATU SQUARE BANDUNG [5]

ANALISIS SIMULASI PERFORMANSI MODULASI DIRECT DAN EKSTERNAL PADA JARINGAN FTTH DENGAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON)

1 BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Passive Optical Network (PON) Kehadiran teknologi PON yaitu sekitar pertengahan tahun 90-an. Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada PON mengalami banyak sekali perubahan. PON pertama bermula dari ATM PON (APON), kemudian berevolusi menjadi Bandwidth PON (BPON) hanya saja BPON memiliki fitur yang tidak jauh berbeda dengan APON oleh karena itu lahirlah Ethernet PON (EPON dan yang terbaru GePON) sebagai solusi alternatif untuk jaringan PON. Adapun tahapan evolusi dari PON adalah sebagai berikut: a. ITU-T G.983 ITU-T G.983 terdiri dari APON (ATM Passive Optical Network) dan BPON (Broadband PON). Standar PON yang pertama adalah APON, dengan implementasi pertama kali difokuskan untuk sektor bisnis dimana menggunakan teknologi ATM yang mendukung suara, data serta memiliki bandwidth sebesar 622 Mbps. Perkembangan dari APON adalah BPON yang mana teknologi ini mendukung WDM dan menyediakan alokasi bandwidth upstream yang lebih besar dibandingakan APON. b. ITU-T G.984 GPON merupakan evolusi dari BPON. ITU-T G.984 adalah standar yang digunakan oleh ITU-T untuk teknologi GPON (Gigabit PON). Teknologi ini memiliki kehandalan dalam mendukung kecepatan yang besar, tingkat sekuriti, serta menyediakan 2 layer protokol. Bandwidth yang dimiliki oleh GPON adalah sebesar 2,5 Gbps dengan tingkat efisiensi mencapai 93%. Proses framing pada GPON menggunakan GEM (GPON Encapsulate Method). Teknologi GPON ini memiliki beberapa pilihan kecepatan, tetapi umumnya 7

8 yang digunakan di dunia industri adalah 2,5 Gbps untuk link downstream dan 1,25 Gbps untuk link upstream. c. IEEE 802.3ah IEEE 802.3ah merupakan standar yang dikeluarkan oleh IEEE untuk teknologi EPON (Ethernert PON) dan GEPON (Gigabit Ethernet PON) yang memiliki arti PON berbasis ethernet untuk paket data. Teknologi EPON dan GEPON mendukung layanan data dan suara dengan tingkat efisiensi 49%. Bandwidth yang dimiliki dalam teknologi ini yaitu sebesar 1 Gbps untuk link downstream maupun link upstream. Tabel 2.1 Perbandingan BPON, GPON dan GEPON Karakteristik BPON GPON GEPON Standar ITU-T G.983 ITU-T G.984 IEEE 802.3ah Protokol ATM Ethernert, TDM Ethernet Downstream : Downstream : Downstream : Bit Rate 622 Mbps 2500 Mbps 1000 Mbps Upstream : Upstream : Upstream : 155 Mbps 1250 Mbps 1000 Mbps Span Distance 20 Km 20 Km 10 Km Split Ratio 32 32 atau 64 16 atau 32 Tabel 2.1 menjelaskan perbandingan antara teknologi BPON, GPON dan GEPON. Sangat terlihat perbedaan karakteristik pada masing-masing teknologi tersebut.[6] 2.1.1 Gigabit Passive Optical Network (GPON) Kecendrungan teknologi akses untuk sepuluh tahun ke depan kemungkinan akan lebih menggunakan bandwidth yang simetrik. Standar IEEE tidak kompatibel dengan teknologi A/BPON. Kemudian lahirlah Gigabit Passive Optical Network (GPON) yang didefinisikan oleh ITU-T dengan seri standar yaitu G.984.1 sampai G.984.4. Teknologi GPON lebih ditingkatkan jika dibandingkan dengan Teknologi APON dan BPON. GPON menyediakan cakupan layanan sejauh 20 km dengan optical budget sebesar

9 28 db menggunakan fiber optik kelas B+ dengan rasio splitter 1:32. Jangkauan layanan dapat diperluas hingga 30 km dengan membatasi rasio splitter menjadi 1:16, atau dengan menggunakan fiber optik kelas C+ dimana menambah hingga 4 db pada link budget jaringan fiber optik dan dapat menambah jangkauan layanan hingga 60 km. 2.1.2 Keistimewaan GPON GPON memiliki beberapa keistimewaan [1] yaitu sebagai berikut : a. Gelombang Kerja Gelombang kerja yang digunakan oleh GPON untuk downstream menggunakan rentang di 1480-1500 nm, untuk upstream menggunakan rentang panjang gelombang 1260-1360 nm, sedangkan untuk layanan RF Video menggunakan rentang 1550-1560 nm. b. Forward Error Correction (FEC) Informasi yang dikirimkan selama proses transmisi data perlu adanya redundant, redundant informasi ini ditransmisikan secara bersamaan dengan informasi asli. FEC merupakan sebuah teknik matematika yang berupa pemrosesan sinyal dimana memiliki cara kerja untuk menyandikan data sehingga dapat mendeteksi error yang terjadi dan dapat langsung diperbaiki. Proses FEC tidak memerlukan overhead yang banyak dikarenakan jumlah informasi redundant yang ada hanya sedikit. c. Transmission Container (T-cont) Penggunaan Transmission Container (T-Cont) dapat digunakan sebagai Quality of Service (QoS) pada implementasi upstream. Dalam melakukan manajemen alokasi bandwidth upstream digunakan T-Cont. Penjelasan mengenai T-Cont dapat dilihat pada Tabel 2.2

10 Tabel 2.2 Kategori T-Cont Tipe Fungsi T-Cont 1 Memberikan jaminan perbaikan pada aplikasi yang memerlukan waktu yang sangat sensitif yaitu pada layanan VOIP T-Cont 2 Memberikan jaminan perbaikan pada aplikasi yang tidak memerlukan waktu yang sensitive T-Cont 3 Merupakan campuran antara jaminan minimum bandwidth dan tambahan tanpa jaminan bandwidth T-Cont 4 Merupakan yang terbaik karena sudah dialokasi secara dinamis dan tidak memerlukan jaminan bandwidth T-Cont 5 Merupakan campuran dari semua kategori T-Cont 1 sampai dengan 4 d. Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) Pelaksanaan Dynamic Bandwidth Allocation (DBA) dikendalikan oleh OLT, dengan fungsi mengalokasikan volume bandwidth ke ONU. Metode yang digunakan oleh DBA adalah mengizinkan adopsi yang cepat dari bandwidth yang digunakan oleh pengguna berdasarkan persyaratan traffic yang sedang berlangsung. Teknik ini hanya digunakan untuk upstream karena pada saat downstream traffic dilakukan broadcast. OLT harus mengetahui status traffic T-Cont yang terasosiasi dengan ONU. Hal ini diperlukan untuk mengetahui berapa banyak traffic yang ditugaskan kepada ONU. Paket yang menunggu dalam proses buffer akan diindikasikan oleh sebuah T-CONT. OLT akan langsung membagikan bantuan berbagai ONU ketika OLT menerima informasi adanya paket yang dalam status buffering. Ketika ONU tidak ada informasi paket yang dalam status menunggu, ONU akan tetap menerima bantuan dari OLT dan mengirimkannya ke upstream cell untuk mengidentifikasi bahwa buffer dalam keadaan kosong. Hal ini membantu

11 menginformasikan kepada OLT bahwa T-CONT yang diberikan kepada ONU sebelumnya dapat digunakan pada ONU yang lainnya. Jika ONU mengalami antrian yang sangat panjang menunggu ketika sedang mengalami buffer, maka OLT dapat menugaskan penggandaan T-CONT kepada ONU tersebut. e. Sekuriti Berdasarkan rekomendasi dari ITU-T G.984.3, penggunaan dari sebuah mekanisme keamanan informasi memastikan bahwa pengguna diizinkan untuk mengakses data hanya yang hanya milik pengguna tersebut saja. Algoritma enkripsi yang digunakan adalah Advanced Encryption Standard (AES). Enkripsi ini dapat menerima 128, 192, dan 256 byte key yang dapat membuat enkripsi sulit untuk dikompromi. Key dapat dirubah sewaktu-waktu tanpa mengganggu alur informasi dengan tujuan meningkatkan sekuriti yang ada. Sekuriti yang digunakan oleh ONU yaitu serupa dengan Time Division Multiplexing (TDM). ONU memiliki alokasi waktu tersendiri ketika menerima data / downstream. Oleh karena itu, pengguna dapat memprogram ulang ONU dan merekam semua data downstream ONU yang terkoneksi ke OLT. Pada saat upstream, koneksi yang digunakan adalah point-to-point sehingga menjamin semua traffic aman dari penyadapan. Oleh karena itu, setiap informasi upstream yang bersifat rahasia seperti security key dapat dikirim dengan teks yang jelas. f. Proteksi Terdapat dua proteksi di dalam arsitektur GPON, yaitu Automatic Switching dan Forced Switching. Automatic switching aktif dengan cara pendeteksian otomatis kesalahan yang terjadi seperti loss of signal, loss of frame, gradasi signal dan lain-lain. Forced switching aktif ketika ada

12 kejadian secara administratif seperti perubahan jalur fiber, penggantian fiber, dll. Proteksi pada arsitektur GPON diperlukan untuk menjaga reliabiliti jaringan. Proteksi arsitektur GPON dipertimbangkan sebagai opsi mekanisme karena bergantung pada implementasi jaringan GPON tersebut dan disesuaikan pada realisasi sistem keadaan ekonomis. 2.1.3 Kelemahan GPON Meskipun memiliki banyak sekali keistimewaan, tentunya GPON juga memiliki kelemahan. Kelemahan GPON [7] adalah sebagai berikut : a. Jangkauan Jaringan Maksimum jangkauan jaringan dibatasi oleh power budget pada setiap sistem yang ada pada jaringan. Teknologi GPON hanya dapat melayani jaringan dengan maksimum total jarak yaitu 20 Km. b. Ketersediaan Bandwidth Dengan pertumbuhan yang sangat cepat terhadap HDTV, maka hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk jaringan akses masa depan untuk dapat memberikan layanan antara 70 dan 100 Mbps pada setiap pelanggan. Dengan memiliki bandwidth sebesar itu maka pelanggan dapat menonton 3 hingga 4 kanal HDTV, melakukan browsing internet, dan melakukan video calls.

13 2.1.4 Elemen Jaringan GPON Pada umumnya elemen jaringan GPON terbagi dalam beberapa segmen seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 yaitu Central Office (OLT), Optical Distribution Network (ODN) terdiri dari segmen Feeder dan segmen Distribusi, segmen Pelanggan. Gambar 2.1 Segmentasi Elemen Jaringan GPON Berikut adalah elemen-elemen dari jaringan GPON : a. Optical Line Terminal (OLT) Optical Line Terminal (OLT) terlihat pada Gambar 2.2, merupakan perangkat aktif yang berada di Central Office (CO). Perangkat ini menyediakan antar muka ke arah Central dan juga kea rah ODN dengan minimum empat ODN. Antarmuka antara OLT dengan sisi jaringan menggunakan Tributary Unit (TU) yang menyebabkan OLT dapat berfungsi sebagai Host Digital Terminal (HDT). Kapasitas yang dimiliki OLT dapat melayani minimum 800 kanal yang terhubung dengannya. Penempatan OLT harus berada di tempat yang bersih dan dengan suhu udara yang terjaga agar usia hidup OLT dapat bertahan lama.

14 Gambar 2.2 Optical Line Terminal (OLT) b. Fiber Termination Box (FTB) FTB dapat dilihat pada Gambar 2.3, merupakan sebuah perangkat pasif yang berfungsi sebagai titik terminasi dari kabel backbone yang akan digunakan, kabel backbone tersebut diterminasi di dalam FTB kemudian port yang ada di FTB berfungsi untuk menghubungkan kabel fiber optik (dalam hal ini digunakan patchcord) menuju perangkat aktif (OLT) dan juga menuju ke segmen distribusi. FTB memiliki beberapa jenis dihitung dari port keluaran yang disajikan. Mulai dari yang terkecil yaitu FTB 12 core, 24 core, 48 core, 64 core, 72 core, 144 core hingga 288 core. Gambar 2.3 Fiber Termination Box (FTB)

15 c. Optical Distribution Cabinet (ODC) ODC merupakan suatu ruang yang berbentuk kotak yang terbuat dari material khusus yang berfungsi sebagai titik sambungan jaringan optik single mode dapat digunakan sebagai cross-connect ataupun through-connect. Di dalam ODC terdapat splitter dan ruang manajemen fiber optik. Gambar 2.4 Optical Distribution Cabinet (ODC) kapasitas 144 core Tipe ODC ditentukan dari banyaknya port yang tersedia pada ODC tersebut. Mulai dari ODC 48 core, ODC 64 core, ODC 72 core, ODC 144 core, ODC 288 core, dst. Pada Gambar 2.4 merupakan ODC dengan kapasitas 144 core. ODC menerima masukan kabel fiber optik backbone dari FTB yang ada di Central Office. Setelah itu, keluaran dari ODC akan diteruskan ke ODP yang terletak di masing-masing cluster atau lantai pada FTTB. d. Optical Distribution Panel (ODP) ODP terlihat pada Gambar 2.5, merupakan suatu perangkat pasif yang berfungsi untuk mendistribusikan kabel fiber optik dari ODC (disebut sebagai kabel input) menuju ke pelanggan. Tipe ODP ditentukan dari banyaknya splitter yang dapat ditampung oleh ODP seperti ODP 8 core memiliki arti ODP tersebut memiliki splitter 1:8 (1 input, 8 output)

16 dan hanya mampu mendistribusikan kabel ke 8 pelanggan, ODP 16 core memiliki splitter 1:16 hanya berfungsi untuk mendistribusikan ke 16 pelanggan, begitupun ODP 64 core hanya mampu mendistribusikan ke 64 pelanggan. Semakin banyak jumlah keluaran yang digunakan oleh splitter maka nilai dari insertion loss akan semakin besar, hal ini terjadi karena pembagi dari splitter tersebut berjumlah banyak. Gambar 2.5 Optical Distribution Panel (ODP) e. Roset Optik Roset optik terlihat pada Gambar 2.6, berfungsi sebagai titik terminasi fiber optik di sisi pelanggan. Input dari roset optik berasal dari keluaran kabel di ODP. Keluaran dari roset optik akan berlanjut ke masukan yang ada di access point atau ONT pelanggan. Gambar 2.6 Roset Optik f. Optical Network Termination (ONT) ONT terlihat pada Gambar 2.7, atau memiliki nama lain Wifi adalah perangkat aktif yang memiliki fungsi mengubah sinyal cahaya

17 menjadi sinyal elektromagnetik yang dapat diakses oleh pelanggan melalui perangkat komunikasi masing-masing. Gambar 2.7 Optical Network Terminaion (ONT) Standar antarmuka GPON menggunakan konektor SC/UPC, dengan merujuk pada standar ITU G.984.1-G.984.5. Selain fiber optik, ONT juga memiliki antarmuka Ethernet dengan empat antarmuka Gigabit Ethernet menggunakan konektor RJ-45, memiliki standar IEEE 802.3 dan IEEE 802.3u. Layanan akses broadband pada ONT terkoneksi ke internet melalui metode akses GPON. Dapat melayani kebutuhan layanan suara, data, dan juga video (IPTV). g. Patchcord Patchcord terlihat pada Gambar 2.8, adalah kabel fiber optik dengan panjang tertentu yang sudah terpasang konektor pada setiap ujungnya. Digunakan untuk menghubungkan antar perangkat komunikasi. Patchcord umumnya digunakan untuk di dalam ruangan, tetapi ada juga yang digunakan untuk di luar ruangan tetapi tetap perlu pelindung seperti di dalam cabinet dan sejenisnya. Patchcord terdapat dua jenis yaitu simplex (1 core) dan juga duplex (2 core) baik itu Single-Mode maupun Multi-Mode. Jenis-jenis patchcord dibedakan juga sesuai dengan connector yang digunakan oleh masing-masing yaitu SC, FC, LC, dll.

18 Gambar 2.8 Patchcord (Sumber Gambar : www.carefiber.com) h. Pigtail Hampir serupa dengan patchcord, pigtail memiliki fungsi untuk menghubungkan antar perangkat komunikasi. Hal yang membedakan pigtail dari patchcord adalah hanya terdapat satu konektor pada ujungnya sedangkan ujung kabel yang satu lagi tidak memiliki konektor, dapat dilihat pada Gambar 2.9, sehingga harus dilakukan terminasi dengan cara meleburkan fiber optik pigtail dengan kabel fiber optik lainnya. Pigtail umumnya digunakan dengan perangkat management fiber optik seperti ODC, FTB, splice closure, dan cross cabinet. Biasanya digunakan pigtail yang berjenis konektor SC, FC, LC, dll. Terdapat dua jenis pula yaitu single mode maupun multi mode. Gambar 2.9 Pigtail (Sumber Gambar : www.ingellen.com) i. Konektor Gambar 2.10 merupakan jenis-jenis konektor fiber optik. Pemilihan konektor tersebut tergantung pada perangkat yang digunakan dan aplikasi apa yang digunakan pada jaringan tersebut. Konektor yang

19 merupakan alat mekanis yang dipasangkan pada ujung kabel fiber optik, memungkinkan sumber cahaya yang melalui fiber optik dapat melaju pada perangkat konektor yang sama. Gambar 2.10 Jenis-Jenis Konektor (Sumber Gambar : www.fiber-optic-solutions.com) j. Splitter Splitter merupakan perangkat pasif yang berfungsi untuk membagi satu masukan fiber optik menjadi beberapa keluaran yang menuju ke pelanggan. Splitter memiliki berbagai tipe dari yang paling rendah yaitu splitter 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32 hingga yang paling tinggi yaitu 1:64. k. Splice / Penyambungan Splice / penyambungan fiber optik merupakan penyambungan dua buah fiber optik agar menjadi satu bagian. Penyambungan fiber optik biasanya dilaksanakan apabila terdapat fiber putus atau panjang fiber optik yang diproduksi oleh pabrik tidak mencukupi kebutuhan sehingga diperlukan penyambungan. Ada dua kategori penyambungan yang pertama yaitu fusion splicing dan mechanical splicing. Fusion splicing bekerja berdasarkan prinsip peleburan elektronik yang mengliminasi udara antara celah ke dua fiber dan meleburkan fiber dengan temperatur yang tinggi yaitu (2,000 F). Sedangkan Mechanical splicing dikerjakan

20 tanpa memerlukan energi elektronik, pengerjaannya butuh ketilitian dan keterampilan dari operator yang melakukan penyambungan. 2.2 Pengenalan Teknologi FTTx FTTx atau Fiber to the Neighbourhood merupakan salah satu teknologi yang saat ini sedang marak digunakan pada jaringan telekomunikasi. FTTx merupakan singkatan untuk Fiber to the-x, makna x dalam arti kata tersebut merupakan singkatan untuk mewakili nama tempat teknologi tersebut digunakan. Pada dasarnya teknologi FTTx dapat dibagi menjadi 3, yaitu Fiber to the Home, Fiber to the Building, dan Fiber to the Curb.[8] 2.2.1 Fiber to the Home (FTTH) Fiber to the home merupakan arsitektur jaringan dimana setiap pelanggan terhubung pada fiber optik utama yang biasa disebut dengan feeder / kabel backbone yang kemudian kabel backbone tersebut dikoneksikan ke port perangkat yang ada di kantor pusat (POP) atau ke passive optikal splitter, menggunakan feeder fiber yang terhubung dengan POP dan transmisi 100BASE-BX10 atau 1000BASE-BX10 untuk konektifitas Ethernet atau GPON (EPON) dimana menggunakan konektifitas point-to-multipoint. 2.2.2 Fiber to the Builiding (FTTB) Arsitektur Fiber to the Building berbeda dengan Fiber to the Home, dimana setiap optikal termination box yang ada pada bangunan (sering diletakan di area basement ) dihubungkan kabel feeder khusus ke sebuah port perangkat yang ada di Central Office, atau ke sebuah optikal splitter dimana menggunakan kabel feeder yang telah dibagikan ke arah Central Office. Tidak selamanya koneksi antara pelanggan dan switch menggunakan fiber optik sepenuhnya, tetapi dapat juga menggunakan kabel tembaga dan hal ini biasanya disebut dengan Ethernet. Di beberapa kasus, switch yang ada di bangunan tidak secara khusus terhubung ke Central Office tapi juga saling terhubung dalam suatu struktur rantai atau lingkaran cincin dengan maksud

21 mengutilisasi fiber existing yang dibangun di dalam topologi jaringan. Apabila kabel fiber dikoneksikan langsung ke rumah pelanggan dari Central Office (POP) atau langsung menggunakan optikal splitter tanpa melibatkan switch yang ada di dalam gedung, maka konsep ini sama saja dengan skenario FTTH. 2.2.3 Fiber to the Curb (FTTC) Arsitektur jaringan Fiber To The Curb memiliki makna bahwa setiap kabel feeder fiber optik yang sudah terhubung ke Central Office (POP) terkoneksi ke switch atau dapat juga berupa DSL access multiplexer (DSLAM) dimana sering ditemukan dalam street cabinet, membawa traffic agregrat jaringan via koneksi Gigabit Ethernet atau 10 Gigabit Ethernet. Media yang ada pada switch di dalam street cabinet ini bukanlah fiber melainkan kabel tembaga yang menggunakan koneksi 100BASE-BX10, 1000BASE-BX10 atau dikenal dengan istilah VDSL2. Arsitektur ini terkadang disebut sebagai Active Ethernet karena arsitektur ini mensyaratkan elemen aktif jaringan di lapangan. Gambar 2.11 Perbedaan Tipe Jaringan FTTx (Sumber: FTTH Council Europe, FTTH Handbook Edition 5th)

22 Gambar 2.11 menjelaskan tentang perbedaan tipe jaringan fiber optik FTTx yang terdiri dari FTTH, FTTB, dan FTTC. Perbedaan sangat jelas terdapat pada akhiran dari jaringan sistem komunikasi fiber optik. 2.3 Parameter Performansi GPON Terdapat parameter untuk menyatakan kelayakan sebuah jaringan komunikasi fiber optik. Parameter ini berupa Link Power budget dan Rise Time Budget. 2.3.1 Link Power Budget Power link budget dihitung untuk mengetahui rugi-rugi yang terjadi pada satu koneksi jaringan fiber optik.[9] Model yang digunakan yaitu jaringan point-to-point. Kontribusi loss ada pada setiap elemen yang ada di jaringan. Power link budget dihitung sebagai syarat untuk mengetahui kualitas jaringan fiber optik dan tidak melebihi dari batas daya minimum penerima sehingga jaringan tersebut dapat bekerja dengan baik. Untuk menghitung Power link budget dapat menggunakan rumus berikut : α tot L.α serat Prx Ptx - α - SM tot Keterangan : Nc.α Ns.α Sp c s (2.1)... (2.2) Pt Pr SM α tot L α c α s α serat Ns Nc Sp = Daya keluaran sumber optik ( dbm) = Sensitivitas daya maksimum detektor ( dbm) = Safety margin, berkisar 3-8 db = Redaman Total sistem (db) = Panjang serat optik ( Km) = Redaman Konektor (db/buah) = Redaman sambungan ( db/sambungan) = Redaman serat optik ( db/ Km) = Jumlah sambungan = Jumlah konektor = Redaman Splitter (db)

23 Margin daya disyaratkan harus memiliki nilai lebih dari 0 (nol), margin daya adalah daya yang masih tersisa dari power transmit setelah dikurangi dari loss selama proses pentransmisian, pengurangan dengan nilai safety margin dan pengurangan dengan nilai sensitifitas receiver. Jadi, untuk dikatakan layak beroperasi maka Prx minimum daya sensitifitas detektor. 2.3.2 Rise Time Budget Rise time budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link fiber optik.[9] Metode ini sangat berguna untuk menganalisis sistem transmisi digital. Tujuan dari metode ini adalah untuk menganalisis apakah unjuk kerja jaringan secara keseluruhan telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Umumnya degradasi total waktu transisi dari link digital tidak melebihi 70% dari satu periode bit NRZ (Non-return-to-zero) atau 35% dari suatu periode bit untuk data RZ (return-to-zero). Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate. Rise time budget sistem ditunjukkan dengan persamaan : tmat = Δσ. L. Dm (2.3) tsys 2 = ttx 2 + tmat 2 + tintermod 2 + trx 2... (2.4) untuk serat optik single mode tinter = 0, maka : tsys 2 = ttx 2 + tmat 2 + trx 2... (2.5) dimana : tintra = tf (dispersi fiber) tsys 2 = ttx 2 + tmat 2 + trx 2 (2.6) tf = Dmat(λ). L. σ λ (2.7) Keterangan : D = Dispersi kromatis (ps/(nm.km)) σλ = Lebar spektral (nm) L = Jarak transmisi (km) Rise Time Budget sistem dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,7 tsys bit rate, untuk formasi modulasi NRZ (2.8)

24 0,3 tsys bit rate, untuk formasi modulasi RZ... (2.9) Catatan : 0,7 / bit rate = tr 0,35 / bit rate = tr Agar sistem dapat melewatkan bit rate yang ditransmisikan maka : tsys tr. 2.3.3 Bit Error Ratio (BER) Nilai objektif dari sebuah BER tidak boleh lebih besar dari 10-9. BER adalah presentase jumlah bit error yang diterima pada kanal transmisi yang berubah karena gangguan noise, interferensi, distorsi.[10]