BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD masih tergolong rendah. Hal itu disebabkan materi PKn yang kebanyakan berisi materi hafalan. Materi tersebut dapat diserap dengan mudah oleh siswa apabila seorang guru memiliki ketrampilan mengajar diantaranya ketrampilan membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan dengan baik. Dengan menguasai keempat ketrampilan tersebut, siswa senantiasa akan berpartispasi aktif dalam proses belajar mengajar. Dari observasi berupa wawancara terhadap guru kelas 5 yang dilakukan peneliti, didapati keadaan yang berbeda di SD Negeri 2 Panimbo. Guru lebih mendominasi jalannya proses pembelajaran, dengan menjelaskan secara ceramah. Guru jarang mengajak siswa untuk berdiskusi atau membagi siswa ke dalam kelompok untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu dalam proses pembelajaran guru kurang menerapkan model pembelajaran yang inovatif, guru lebih banyak memberikan tugas individu dan meminta siswa untuk mencatat materi pelajaran kemudian belajar secara mandiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran PKn kurang menarik untuk siswa. Faktor internal dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar antara lain adalah bakat, minat, motivasi, dan kemampuan siswa. Minat atas pelajaran PKn siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo masih rendah karena materi yang diajarkan kurang menarik.ketidaktertarikan atas mata pelajaran PKn, menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan.sebagaimana yang didapati pada tes akhir semester satu kelas 5 tahun ajaran 2011-2012 pada pelajaran Kewarganegaraan di SD Negeri 2 Panimbo kecamatan Kedungjati. Masih terdapat 17 siswa yaitu 65,4% yang mendapatkan nilai dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 65. Sedangkan 9 siswa yaitu 34,6% sudah memenuhi standar 1
2 KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal disusun atau ditentukan oleh guru kelas yang disetujui oleh Kepala Sekolah.(Daftar nilai pra siklus terlampir) Minat dan motivasi dapat tercipta dengan dukungan model pembelajaran yang menarik.menurut Ari (2013) Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan di SD adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Dengan adanya suatu study kasus, siswa diajarkan untuk bekerjasam dalam kelompok dengan mandiri, demokratis dan belajar untuk saling menghargai pendapat antar teman. Dalam model pembelajaran berbasis masalah ini tugas guru yaitu sebagai fasilitator dalam membantu siswa. Menurut Wahab dan Sapriya (2012), model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas karena proses belajar lebih terpusat pada kebutuhan siswa (student centered instruction) daripada terhadap kebutuhan guru (teacher centered instruction). Dengan demikian pembelajaran akan lebih humanis dan efektif dalam meningkatkan antusias siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa menemukan sendiri apa yang menjadi pemecahan masalah. Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan berdasarkan observasi peneliti dan berdasarkan teori oleh beberapa ahli mengenai model pembelajaran berbasis masalah. Maka peneliti mengambil tindakan untuk meneliti lebih lanjut mengenai model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yang akan dikaitkan dengan mata pelajaran PKn di SD. Dalam penelitian ini peneliti beri judul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas 5 Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah disajikan diatas, terdapat identifikasi masalah berupa sebagai berikut. a) Kurangnya ketertarikan atau antusias siswa terhadap pelajaran PKn.
3 b) Siswa masih pasif dikarenakan guru yang kurang inovatif dalam proses belajar mengajar. c) Terdapatnya beberapa siswa yang mendapatkan hasil belajar di bawah KKM. d) Kurangnya kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan bersama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan? b) Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan bersama pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan? 1.4 Cara Pemecahan Masalah Sesuai dengan Mercer dan Sams (2006) yang mengemukakan bahwa kerja lisan dan pemberian masalah adalah cara yang efektif di ruang kelas yang dilakukan oleh guru dapat mendorong pemikiran kritis dan keterlibatan siswa. Kemampuan siswa dalam berpikir kritis adalah salah satu faktor penting untuk melihat hasil belajar siswa. Hal tersebut memiliki maksud bahwa apabila siswa dapat memahami pelajaran dengan berpikir, siswa akan mudah untuk memahami soal tes yang diberikan guru kemudian siswa akan mendapatkan hasil belajar di ranah kognitif tersebut dengan hasil yang baik. Pemilihan model pembelajaran berbasis masalah dianggap cocok dalam peningkatan hasil belajar
4 siswa, karena siswa dimotivasi untuk dapat menemukan jawaban sendiri dari soalsoal yang disuguhkan. Kyriacou C (2009) berpendapat bahwa penekanan atas pemaparan guru dalam pelajaran cenderung dengan pendekatan umum terhadap pengajaran yang disebut pengajaran ekspositoris atau pengajaran didaktis. Pengajaran tersebut bertolak belakang dengan discovery learning atau sering disebut dengan belajar melalui sebuah penemuan. Dalam pengajaran ekspositoris, guru menggunakan tugas akademis untuk mendemonstrasikan kepada siswa apa yang telah dibahasnya. Namun apabila dalam discovery learning, siswa diberi peluang untuk mendekati sebuah masalah dan mengidentifikasi signifikansinya sebelum guru menawarkan penjelasan. Sesuai dengan Ofsted (2008) dalam surveynya mengungkapkan bahwa praktik ruang kelas di sekolah dasar dan menengah memperlihatkan adanya peningkatan dalam discovery learning dari tahun ke tahun, namun secara umum pengajaran ekspositoris lebih banyak digunakan daripada discovery learning karena dengan discovery learning, hasil belajar serta tingkat kekritisan siswa atas pokok bahasan mengalami peningkatan. Barak dan Dory (2005) berpendapat bahwa informasi-informasi yang dipelajari dengan model pembelajaran berbasis masalah akan bertahan lebih lama dan tertransfer dengan lebih baik. Dari teori para ahli, maka peneliti mengadakan penelitian tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas 5 semester 2 tahun ajaran 2012/2013. 1.5 Tujuan Penelitian Setelah melakukan penelitian diharapkan peneliti mencapai tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut. a) Untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan
5 bersama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. b) Untuk mengetahui bagaimana penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada Standar Kompetensi memahami kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan bersama pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas 5 SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. 1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : a. Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk belajar dengan hal yang menyenangkan. b. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat optimal. c. Bagi lembaga pendidikan dan sekolah terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan kualitas siswa yang belajar di tempat pembelajaran tersebut. d. Bagi peneliti lain, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian terutama yang berkaitan dengan kasus-kasus yang sejenis. e. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bekal, wawasan, pengalaman dan latihan sebelum terjun didunia pendidikan.