KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO

dokumen-dokumen yang mirip
Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Gambar 1. Domba Penelitian.

MATERI. Lokasi dan Waktu

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

EDIBLE PORTION DOMBA EKOR TIPIS DAN DOMBA EKOR GEMUK DI JASA PELAYANAN AKIKAH ADHE WAHYU SEPTIAN

Iskandar Sembiring, T. Marzuki Jacob, dan Rukia Sitinjak. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BETINA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA DI TPH MALEBER BOGOR AGUNG JULIYANTO

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

(Utililization of The Rice Straw with Feed Processing Technology For Non Carcass and Boneless Percentage on Local Rams

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

MATERI DAN METODE. Materi

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

EFISIENSI PAKAN KOMPLIT DENGAN LEVEL AMPAS TEBU YANG BERBEDA PADA KAMBING LOKAL SKRIPSI. Oleh FERINDRA FAJAR SAPUTRA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak percobaan dalam penelitian ini adalah sapi perah bangsa Fries

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

METODE PENELITIAN. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PRODUKSI KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN LEPAS SAPIH YANG DIGEMUKKAN DENGAN IMBANGAN PROTEIN DAN ENERGI PAKAN BERBEDA SKRIPSI.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

MATERI DAN METODE. Materi

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

MATERI DAN METODE. Materi

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

Transkripsi:

i KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Non Karkas Domba Ekor Gemuk yang Digemukkan dengan Penambahan Ampas Tahu dan Pencukuran Wol adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 iii Dheni Meigyantoko NIM D14090093

iv ABSTRAK DHENI MEIGYANTOKO. Komposisi Non Karkas Domba Ekor Gemuk yang Digemukkan dengan Penambahan Ampas Tahu dan Pencukuran Wol. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan SRI RAHAYU. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi perbedaan komposisi non karkas domba ekor gamuk (DEG) yang digemukkan dengan penambahan ampas tahu dan pencukuran wol. Domba yang digunakan yaitu DEG sebanyak 12 ekor (I 0 ). Perlakuan pertama yaitu perbedaan pakan (P1= rumput + konsentrat dan P2= rumput + konsentrat + ampas tahu) dan perlakuan kedua yaitu pencukuran wol (C1= Wol tidak dicukur dan C2= Wol dicukur). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x2. Peubah yang diukur adalah bobot masing-masing komponen non karkas. Data dianalisis menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan covariable bobot potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedan pakan, pencukuran wol, dan interaksi tiap perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot dan persentase total non karkas. Namun interaksi perlakuan memberi pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot dan persentase alat kelamin. DEG yang diberi ampas tahu yang dicukur dan tidak dicukur, tanpa diberi ampas tahu yang dicukur dan tidak dicukur masing-masing mempunyai nilai persentase non karkas secara berurut 53.06, 52.52, 56.98, dan 57.62% dari bobot potong. Kata kunci: ampas tahu, domba ekor gemuk, non karkas, pencukuran wol. ABSTRACT DHENI MEIGYANTOKO. Non-carcass Composition of Fat Tailed Rams Fattened by Soybean Curd Waste and Shorn Treated. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and SRI RAHAYU. The purpose of the research was to evaluate differences of non-carcass composition of fat tailed rams (FT) which offered of soybean curd waste and shorn treated. The research used 12 FT rams (I 0 ). The first treatment was defferent of feed (P1= grass + concentrates and P2= grass + concentrates + Soybean Curd Waste) and the second treatment was shorn treated (C1= not shorn sheep and C2= shorn sheep). Experimental design of this research was randomize design with 2x2 factorial models. Data was analyzed by Analysis of Covariance (ANCOVA) with slaughter weight as covariable. Result of research showed that treatments did not significantly influence (P>0.05) on weight and percentage of all non-carcass component. But interactions between treatment has significantly influence (P<0.01) on weight and percentage of reproduction tract. FT that given by soybean curd waste that shorn and not shorn, without given by soybean curd waste that shorn and not shorn resulted percentage of non-carcass 53.06, 52.52, 56.98, and 57.62% of slaughter weight, respectively. Keywords: fat tailed sheep, non-carcass, shorn threat, soybean curd waste.

v KOMPOSISI NON KARKAS DOMBA EKOR GEMUK YANG DIGEMUKKAN DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TAHU DAN PENCUKURAN WOL DHENI MEIGYANTOKO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

vi

vii Judul Skripsi : Komposisi Non Karkas Domba Ekor Gemuk yang Digemukkan dengan Penambahan Ampas Tahu dan Pencukuran Wol Nama : Dheni Meigyantoko NIM : D14090093 Disetujui oleh Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Penggemukan, dengan judul Komposisi Non Karkas Domba Ekor Gemuk yang Digemukkan dengan Penambahan Ampas Tahu dan Pencukuran Wol. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Staf Laboratorium Ruminansia Besar yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Bramada Winiar Putra, SPt MSi, Bapak Dr Ir Didid Diapari, MSi, dan Bapak Ir Afton Atabany, MSi selaku penguji ujian sidang yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat membantu untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2013 Dheni Meigyantoko

ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Bahan 2 Ternak 2 Kandang dan Peralatan 2 Ransum 3 Obat-obatan 3 Prosedur 3 Persiapan 3 Pemeliharaan 3 Pemberian Perlakuan 4 Pemotongan Ternak 4 Rancangan dan Analisis Data 4 Peubah 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Bobot Potong dan Komponen Non Karkas 5 Persentase Non Karkas 9 SIMPULAN DAN SARAN 12 Simpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 12 LAMPIRAN 14 RIWAYAT HIDUP 16

x DAFTAR TABEL 1 Komposisi bahan pakan dan nutrisi ransum yang digunakan selama penelitian 2 Rataan bobot potong dan komponen non karkas 3 Persentase bobot komponen non karkas (% bobot potong) 3 5 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis peragam bobot potong berdasarkan bobot awal 2 Analisis peragam bobot alat kelamin berdasarkan bobot potong 3 Analisis peragam bobot total non karkas berdasarkan bobot potong 4 Analisis peragam persentase alat kelamin berdasarkan bobot potong 5 Analisis peragam persentase lemak omental berdasarkan bobot potong 6 Analisis peragam persentase total non karkas berdasarkan bobot potong 14 14 14 14 14 15

PENDAHULUAN Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) populasi ternak domba di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 10 725 488 ekor dan pada tahun 2011 menjadi 11 790 612 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa populasi domba semakin meningkat. Indonesia memiliki berbagai jenis domba lokal, salah satunya adalah domba ekor gemuk (Devendra dan McLeroy 1982). Domba ekor gemuk mampu beradaptasi dan tumbuh baik di daerah beriklim kering. Kualitas hasil ternak dapat ditunjang dari produktivitas ternak yang dipengaruhi antara lain oleh faktor pakan dan manajemen pemeliharaan. Pakan dengan nutrisi seimbang merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu pakan yang dapat digunakan untuk penggemukan domba yaitu ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu yang banyak didapatkan di wilayah Indonesia. Ampas tahu mempunyai nilai nutrisi yang tinggi untuk diberikan pada domba (Duldjaman 2004). Namun diyakini domba yang diberikan ampas tahu menghasilkan karkas dengan persentase lemak tinggi. Selain pakan, untuk meningkatkan produktivitas domba adalah manajemen pemeliharaan. Salah satu menajemen pemeliharaan yaitu pencukuran wol. Wol yang tebal akan mudah kotor dan menjadi sarang penyakit. Selain itu di daerah tropis dapat menyebabkan stres panas sehingga perlu dilakukan pencukuran agar domba sehat dan bersih. Setelah penggemukan, dilakukan pemotongan ternak yang akan diambil daging sebagai pangan protein hewani. Hasil pemotongan suatu ternak yaitu karkas dan non karkas. Non karkas masih mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi (Herman 2005). Nilai ekonomi non karkas cukup untuk menutupi biaya pemotongan (da Silva et al. 2011). Non karkas sendiri terdiri dari bagian yang layak dimakan (edible portion) dan tidak layak dimakan (inedible portion). Baihaqi dan Herman (2012) menyatakan domba ekor gemuk yang dipotong pada bobot dewasa mempunyai komponen non-karkas antara 44.8% - 46.4% dari bobot potongnya. Non karkas yang tidak layak dimakan banyak dimanfaatkan menjadi barang ekonomi tinggi, sedangkan bagian yang dapat dimakan seperti jeroan sudah banyak digunakan sebagai bahan makanan karena bernilai gizi cukup tinggi dan harganya relatif murah. Berat komponen non karkas sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan (Soeparno 2005). Selain karkas, produktivitas bagian non karkas yang layak dimakan dapat menunjukkan keberhasilan penggemukan domba. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi komposisi non karkas domba ekor gemuk yang digemukkan dengan penambahan ampas tahu dan pencukuran wol.

2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini melakukan penggemukan domba ekor gemuk jantan sebanyak 12 ekor. Penggemukan dilakukan selama 12 minggu dengan perlakuan perbedaan pakan dan pencukuran wol. Setelah penggemukan dilakukan pemotongan. Penelitian ini mengukur bobot setiap komponen non karkas. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Bahan Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba ekor gemuk (DEG) jantan berumur kurang dari satu tahun (I 0 ) berjumlah 12 ekor. Rataan bobot badan awal domba sebesar 17.40 ± 1.10 kg (KK= 6.33%). Domba yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Contoh DEG yang digunakan dalam penelitian Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan yaitu kandang individu. Peralatan yang digunakan selama penggemukan yaitu ember plastik sebagai tempat pakan dan air minum, timbangan pegas kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot domba, timbangan pakan, dan gunting pencukur wol. Peralatan yang digunakan saat pemotongan yaitu pisau untuk menyembelih dan pengkarkasan, timbangan karkas, timbangan digital, baskom, form data, dan alat tulis.

3 Ransum Ransum yang digunakan terdiri dari rumput lapang, konsentrat, dan ampas tahu. Ransum disusun secara isoenergi dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70 berdasarkan bahan kering. Ampas tahu ditambahkan dalam konsentrat perlakuan. Konsentrat sendiri terdiri dari dedak halus dan bungkil kelapa. Hasil analisis ransum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi bahan pakan dan nutrisi ransum yang digunakan selama penelitian Bahan Pakan Perlakuan P1 P2 ------------------------------- % ----------------------------- Rumput lapang 30 30 Dedak halus 25 25 Bungkil kelapa Ampas tahu 45 0 15 30 Jumlah 100 100 *Komposisi kimia Bahan kering 100 100 Abu 8.88 8.17 Protein kasar 13.07 14.94 Lemak kasar 7.04 7.06 Serat kasar 21.48 24.76 BETA-N 49.53 45.07 TDN 69.25 69.01 Ca 0.21 0.42 P 0.69 0.55 Obat-obatan Obat yang digunakan yaitu obat cacing, antibiotik, dan vitamin. Obat yang digunakan untuk luka luar yaitu antiseptik. Prosedur Persiapan Persiapan meliputi kandang, pakan, peralatan, dan ternak. Pembersihan kandang meliputi pembersihan secara fisik dan desinfektasi. Ternak yang baru datang ke lokasi penelitian diberi obat cacing dan antibiotik. Setelah ternak masuk dilakukan adaptasi lingkungan dan perlakuan sesuai perlakuan penelitian. Adaptasi dilakukan selama dua minggu dan penggemukan dilakukan selama 12 minggu. Pemeliharaan Setiap hari dilakukan pembersihan kandang, penggantian air minum dan pemberian pakan sesuai perlakuan. Rumput lapang diberikan pada siang dan sore hari sedangkan konsentrat dan ampas tahu diberikan secara bersamaan pada pagi

4 dan sore hari tiga jam sebelum pemberian rumput. Air minum diberikan bersamaan dengan pemberian konsentrat. Setiap seminggu sekali dilakukan penimbangan bobot badan. Pemberian Perlakuan Domba sebanyak enam ekor dicukur wolnya pada awal penggemukan. Perlakuan pakan, setiap enam ekor domba (tiga ekor domba dicukur wolnya (C2) dan tiga ekor domba tidak dicukur wolnya (C1)) diberikan pakan rumput + konsentrat (P1) dan pakan rumput + konsentrat + ampas tahu (P2). Pemberian pakan 5% bahan kering dari bobot domba. Pemotongan Ternak Setelah 12 minggu penggemukan, dilakukan pemotongan domba. Sebelum pemotongan domba dipuasakan selama 16 jam (air minum disediakan) dan sebelum dipotong domba ditimbang untuk mendapatkan bobot potong domba. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong bagian atas leher dekat rahang bawah sampai pembuluh darah, trachea dan esofagus terpotong. Darah ditampung dan ditimbang bobotnya. Sebelum dikuliti kepala dan kaki bawah dipisahkan dari tubuh domba. Kepala dan kaki masing-masing ditimbang sebagai bobot kepala dan kaki. Domba digantung pada kaki belakang bagian tendoachiles, kemudian dikuliti. Kulit ditimbang untuk mendapatkan bobot kulit. Setelah itu isi rongga dada dan perut dikeluarkan. Isi rongga dada disebut juga jeroan merah terdiri dari paru-paru, trachea, jantung, hati, limpa, dan alat kelamin. Isi rongga perut disebut juga jeroan hijau terdiri dari rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan usus kecil. Setiap komponen ditimbang untuk mendapatkan bobot per komponen. Jeroan hijau ditimbang semua dengan isi untuk mendapatkan bobot saluran pencernaan, kemudian dibersihkan dari isinya, dipisah sesuai bagian, dan ditimbang bobotnya. Setelah bagian-bagian rongga dada dan perut ditimbang dan dijumlahkan dengan darah tertampung, kepala, kaki, dan kulit maka diperoleh bobot total non karkas. Rancangan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x2. Pelakuan pertama adalah pakan yang berbeda P1 = rumput + konsentrat dan P2 = rumput + konsentrat + ampas tahu. Perlakuan kedua adalah pencukuran wol C1 = wol tidak dicukur dan C2 = wol dicukur. Setiap interaksi antar perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Model matematika yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah: Keterangan : Y ijk Y ijk = µ + A i + B j + (AB) ij + ε ijk = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan perbedaan pakan pada pakan ke-i, faktor pencukuran wol ke-j, dan ulangan ke-k. µ = Nilai tengah umum. A i = Pengaruh penambahan pakan berbeda taraf ke-i = Pengaruh pencukuran wol taraf ke-j B j

5 (AB) ij = Pengaruh interaksi antara penambahan pakan yang berbeda taraf ke-i dengan pencukuran wol taraf ke-j. ε ijk = Perngaruh galat dari penambahan pakan yang berbeda taraf ke-i, pencukuran wol taraf ke-j, dan ulangan ke-k. Analisis data untuk melihat perbedaan perlakuan dan interaksi antar perlakuan terhadap bobot non karkas adalah Analysis of Covariance (ANCOVA) dimana bobot potong digunakan sebagai covariable, sedangkan analisis data bobot potong menggunakan covariable bobot awal. Bila terdapat perbedaan nyata pada data, maka akan diuji lanjut menggunakan Uji Least Squares Means (Gaspersz 1991). Peubah Bobot komponen masing-masing non karkas yaitu darah tertampung, kepala, kulit, kaki, ekor, alat kelamin, hati, paru-paru dan trachea, jantung, limpa, ginjal, offal rongga abdomen, lemak omental, perut, usus halus, usus besar, dan isi saluran pencernaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong dan Komponen Non Karkas Bobot potong adalah bobot tubuh ternak sebelum dipotong. Pemotongan ternak akan menghasilkan karkas dan non karkas. Non karkas merupakan bagian tubuh ternak selain karkas. Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, intestine, kantong urine, jantung, trachea, paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan jaringan lemak. Non karkas dapat diklasifikasikan menjadi bagian eksternal dan internal. Hasil rataan bobot potong dan komponen non karkas DEG yang digemukkan dengan pakan berbeda dan pencukuran wol dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rataan bobot potong dan komponen non karkas Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata --------------------------------g--------------------------------- Bobot potong C1 17 400.00 ± 875.97 22 050.00 ± 827.63 19 725.00 ± 574.84 C2 16 943.33 ± 875.30 23 086.67 ± 946.36 20 015.00 ± 574.84 Rata-rata 17 171.67± 665.02B 22 568.33 ± 665.02A Darah tertampung C1 677.67 ± 63.22 793.33 ± 59.08 735.50 ± 29.36 C2 652.33 ± 70.15 793.33 ± 74.76 722.83 ± 29.36 Rata-rata 665.00 ± 59.88 793.33 ± 59.88

6 Tabel 2 Rataan bobot potong dan komponen non karkas (lanjutan) Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata -------------------------------- g --------------------------------- C1 1349.00 ± 72.56 1648.33 ± 67.82 1498.67 ± 33.70 Kepala C2 1301.33 ± 80.52 1663.00 ± 85.81 1482.17 ± 33.70 Rata-rata 1325.17 ± 68.73 1655.67 ± 68.73 Kulit Kaki C1 1908.33 ± 294.73 2227.33 ± 275.45 2067.83 ± 136.87 C2 1567.67 ± 327.05 2453.00 ± 348.54 2010.33 ± 136.87 Rata-rata 1738.00 ± 279.15 2340.17 ± 279.15 C1 597.67 ± 49.65 596.67 ± 46.40 597.17 ± 23.06 C2 525.33 ± 55.09 660.67 ± 58.71 593.00 ± 23.06 Rata-rata 561.50 ± 47.02 628.67 ± 47.02 Ekor C1 214.67 ± 155.96 180.67 ± 145.76 197.67 ± 72.89 C2 190.67 ± 173.06 345.00 ± 184.44 267.83 ± 72.89 Rata-rata 202.67 ± 147.71 262.83 ± 147.71 Alat kelamin Hati Paru-paru dan trachea Jantung Limpa Ginjal C1 220.00 ± 17.48A 434.67 ± 16.34B 327.33 ± 8.12 C2 275.67 ± 19.40BC 412.67 ± 20.67C 344.17 ± 8.12 Rata-rata 247.83 ± 16.56 423.67 ± 16.56 C1 209.67 ± 38.30 321.67 ± 35.80 265.67 ± 17.79 C2 308.00 ± 42.50 327.33 ± 45.30 317.67 ± 17.79 Rata-rata 258.83 ± 36.28 324.50 ± 36.28 C1 224.00 ± 39.11 266.00 ± 36.55 245.00 ± 18.16 C2 203.00 ± 43.40 298.33 ± 46.25 250.67 ± 18.16 Rata-rata 213.50 ± 37.04 282.17 ± 37.04 C1 67.33 ± 26.39 92.33 ± 24.66 79.83 ± 12.26 C2 101.67 ± 29.28 94.33 ± 31.21 98.00 ± 12.26 Rata-rata 84.50 ± 24.99 93.33 ± 24.99 C1 25.33 ± 3.31 34.00 ± 3.08 29.67 ± 1.54 C2 23.33 ± 3.67 40.67 ± 3.91 32.00 ± 1.54 Rata-rata 24.33 ± 3.13 37.33 ± 3.13 C1 45.10 ± 21.21 85.90 ± 19.83 65.50 ± 9.85 C2 46.60 ± 23.54 115.77 ± 25.09 81.18 ± 9.85 Rata-rata 45.85 ± 20.09 100.83 ± 20.09

7 Tabel 2 Rataan bobot potong dan komponen non karkas (lanjutan) Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata --------------------------------g--------------------------------- Offal rongga abdomen C1 133.67 ± 29.89 63.00 ± 27.94 98.33 ± 13.88 C2 60.33 ± 33.17 73.33 ± 35.35 66.83 ± 13.88 Rata-rata 97.00 ± 28.31 68.17 ± 28.31 Lemak omental Perut Usus halus Usus besar Isi saluran pencernaan C1 113.67 ± 83.81 453.33 ± 78.33 283.50 ± 38.92 C2 125.33 ± 93.00 643.00 ± 99.11 384.17 ± 38.92 Rata-rata 119.50 ± 79.38 548.17 ± 79.38 C1 630.00 ± 56.54 688.67 ± 52.84 659.33 ± 26.26 C2 599.33 ± 62.73 640.33 ± 66.86 619.83 ± 26.26 Rata-rata 614.67 ± 53.55 664.50 ± 53.55 C1 389.67 ± 89.35 505.33 ± 83.50 447.50 ± 41.49 C2 494.33 ± 99.14 534.33 ± 105.66 514.33 ± 41.49 Rata-rata 442.00 ± 84.62 519.83 ± 84.62 C1 196.33 ± 54.75 339.00 ± 51.17 267.67 ± 25.43 C2 177.33 ± 60.76 304.67 ± 64.75 241.00 ± 25.43 Rata-rata 186.83 ± 51.86 321.83 ± 51.86 C1 3023.00 ± 536.06 2832.00 ± 500.99 2927.50 ± 248.95 C2 3008.00 ± 594.83 2854.33 ± 633.94 2931.17 ± 248,95 Rata-rata 3015.50 ± 507.72 2843.17 ± 507.72 Total non karkas C1 10 025.10 ± 359.21 11 562.23 ± 335.71 10 793.67±166.82 C2 9660.27 ± 398.60 12 254.10 ± 424.80 10 957.18±166.82 Rata-rata 9842.68 ± 340.22 11 908.17 ± 340.22 Superskrip huruf kecil berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05), huruf kapital menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01). Bobot potong dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot awal pada 17 404.17 g. Bobot non karkas dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong pada 19 870 g. C1= Wol tidak dicukur, C2= Wol dicukur, P1= Rumput+konsentrat, P2= Rumput + konsentrat + ampas tahu. Hasil penggemukan penelitian ini menunjukkan bahwa domba dengan pakan P2 memiliki bobot potong yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pakan P1 (P<0.01). Bobot potong dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan. Penelitian ini menggunakan pakan yang berbeda komposisinya. Perbedaan kandungan nutrisi pakan ini yang mengakibatkan perbedaan bobot badan dan bobot potong ternak. Hal tersebut dimungkinkan karena P2 memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dari P1. Selain itu konsumsi pakan P2 lebih tinggi dibandingkan dengan pakan P1, sehingga domba dengan pakan P2 mencerna nutrisi lebih banyak dibandingkan domba dengan pakan P1.

8 Hasil analisis peragam dengan menggunakan covariable bobot potong menunjukkan DEG yang digemukkan dengan perlakuan pakan berbeda dan pencukuran wol tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot total non karkas. Hal ini dimungkinkan karena pakan dalam penelitian ini dibuat dengan kandungan energi yang hampir sama (isoenergi), sehingga bobot non karkas tidak berbeda nyata berdasarkan bobot potongnya. Soeparno (2005) menyatakan pakan dengan kandungan energi tinggi mempengaruhi bobot komponen non karkas. Selain itu, bobot non karkas penelitian ini dikoreksi berdasarkan bobot potongnya sehingga hasilnya tidak berbeda nyata. Penelitian Alwi (2009) menunjukkan bobot non karkas domba ekor tipis jantan pada berbagai level penambahan kulit singkong pada ransum juga tidak berbeda nyata. Bobot komponen non karkas juga dipengaruhi bobot potong ternak. Baihaqi dan Herman (2012) dalam penelitiannya menyebutkan bobot semua komponen non karkas antara domba Priangan dan DEG tidak berbeda nyata pada bobot potong yang sama kecuali bobot kepala, ekor, testis, dan hati. Perbedaan pakan memberi respon berbeda nyata (P<0.05) terhadap bobot alat kelamin. Soeparno (1984) menyatakan perubahan pertumbuhan alat kelamin terjadi apabila asupan energi dan protein tidak seimbang. Pakan dengan penambahan ampas tahu memiliki bobot alat kelamin lebih tinggi dibandingkan tanpa ampas tahu. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh banyaknya lemak yang menempel pada alat kelamin. Penambahan ampas tahu pada pakan menimbulkan deposit lemak pada ternak, termasuk lemak di sekitar alat kelamin. Konsumsi pakan dengan penambahan ampas tahu (P2) meningkatkan konsumsi energi tercerna, sehingga lemak pada tubuh ternak tinggi. Akhmadi et al. (2005) dalam penelitiannya menyatakan konsumsi energi tercerna yang tinggi dari pemberian pakan ampas tahu kering berbeda aras menyebabkan bagian lemak semakin banyak. Interaksi tiap perlakuan juga mempunyai respon berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot alat kelamin. Bobot alat kelamin dari interaksi perlakuan cukur dan tidak dicukur wolnya dengan pakan penambahan ampas tahu lebih tinggi dibangingkan dengan bobot alat kelamin interaksi perlakuan wol tidak dicukur dengan pakan tanpa ampas tahu. Namun bobot alat kelamin interaksi perlakuan wol dicukur dengan pakan tanpa ampas tahu (C2P1) tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan wol tidak dicukur dengan pakan penambahan ampas tahu (C1P2). Pencukuran wol diduga merangsang domba untuk meningkatkan konsumsi, sehingga pertumbuhan bobot alat kelamin interaksi C2P1 tidak berbeda dibandingkan bobot alat kelamin interaksi C1P2. Bobot darah, kaki, kepala, dan kulit tidak berbeda nyata dari perlakuan maupun interaksi perlakuan. Hal ini dikarenakan kepala dan kaki merupakan bagian yang pertumbuhannya masak dini. Selain itu, domba penelitian merupakan domba yang tidak bertanduk sehingga keragaman kepala menjadi kecil. Hatta (2009) menyatakan kaki dan kepala terdiri dari tulang dan sedikit daging yang termasuk bagian ternak yang masak dini. Tobing et al. (2004) menyebutkan semakin besar bobot ternak maka semakin luas kulit dan volume darah semakin besar. Hasil bobot kulit dan darah tertampung pada penelitian ini berkorelasi positif dengan bobot potongnya. Bobot komponen non karkas dipengaruhi oleh kandungan pakan yang diberikan. Menurut Soeparno (2005) domba yang mengkonsumsi pakan mengandung energi tinggi mempunyai bobot jantung, paru-paru, dan ginjal yang

9 lebih berat jika dibandingkan dengan pakan mengandung energi rendah. Sedangkan komsumsi nutrisi yang tinggi akan meningkatkan bobot hati, rumen, retikulum, omasum, usus halus, usus besar, dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan berat kepala, kaki, dan limpa. Persentase Non Karkas Persentase komponen non karkas dihitung berdasarkan bobot potong. Presentase non karkas dihitung untuk mengetahui berapa persen non karkas yang dihasilkan dari suatu bobot potong. Persentase komponen non karkas DEG yang digemukkan dengan pakan berbeda dan pencukuran wol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Persentase bobot komponen non karkas (% bobot potong) Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata -----------------------------%--------------------------------- C1 3.91 ± 0.31 3.57 ± 0.29 3.74 ± 0.14 Darah C2 3.84 ± 0.34 3.44 ± 0.36 3.64 ± 0.14 tertampung Rata-rata 3.88 ± 0.29 3.50 ± 0.29 Kepala Kulit Kaki Ekor Alat kelamin Hati C1 7.74 ± 0.36 7.47 ± 0.33 7.61 ± 0.16 C2 7.68 ± 0.39 7.20 ± 0.42 7.44 ± 0.16 Rata-rata 7.71 ± 0.34 7.34 ± 0.34 C1 11.00 ± 1.60 10.13 ± 1.50 10.57 ± 0.74 C2 9.24 ± 1.78 10.65 ± 1.90 9.95 ± 0.74 Rata-rata 10.12 ± 1.52 10.39 ± 1.52 C1 3.44 ± 0.25 2.71 ± 0.23 3.08 ± 0.11 C2 3.10 ± 0.27 2.86 ± 0.29 2.98 ± 0.11 Rata-rata 3.27 ± 0.23 2.79 ± 0.23 C1 1.22 ± 0.75 0.83 ± 0.70 1.03 ± 0.35 C2 1.16 ± 0.83 1.48 ± 0.89 1.32 ± 0.35 Rata-rata 1.19 ± 0.71 1.16 ± 0.71 C1 1.26 ± 0.10A 1.97 ± 0.10B 1.61 ± 0.05 C2 1.63 ± 0.12B 1.79 ± 0.12AB 2.71 ± 0.05 Rata-rata 1.44 ± 0.10 1.88 ± 0.10 C1 1.21 ± 0.23 1.46 ± 0.22 1.33 ± 0.11 C2 1.83 ± 0.26 1.42 ± 0.27 1.63 ± 0.11 Rata-rata 1.52 ± 0.22 1.44 ± 0.22

10 Tabel 3 Persentase bobot komponen non karkas (% bobot potong) (lanjutan) Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata -----------------------------%--------------------------------- C1 1.30 ± 0.22 1.21 ± 0.20 1.25 ± 0.10 Paru-paru C2 1.19 ± 0.24 1.29 ± 0.26 1.24 ± 0.10 dan trachea Rata-rata 1.24 ± 0.21 1.25 ± 0.21 Jantung Limpa Ginjal Offal rongga abdomen Lemak omental Perut Usus halus Usus besar Isi saluran pencernaan C1 0.39 ± 0.15 0.42 ± 0.14 0.40 ± 0.07 C2 0.61 ± 0.17 0.40 ± 0.18 0.51 ± 0.07 Rata-rata 0.50 ± 0.15 0.41 ± 0.15 C1 0.14 ± 0.02 0.15 ± 0.02 0.15 ± 0.01 C2 0.14 ± 0.02 0.17 ± 0.02 0.16 ± 0.01 Rata-rata 0.14 ± 0.02 0.16 ± 0.02 C1 0.26 ± 0.10 0.39 ± 0.10 0.32 ± 0.05 C2 0.28 ± 0.11 0.50 ± 0.12 0.39 ± 0.05 Rata-rata 0.27 ± 0.10 0.45 ± 0.10 C1 0.76 ± 0.17 0.28 ± 0.16 0.52 ± 0.08 C2 0.35 ± 0.19 0.32 ± 0.20 0.34 ± 0.08 Rata-rata 0.56 ± 0.16 0.30 ± 0.16 C1 0.67 ± 0.41 2.03 ± 0.38 1.35 ± 0.19 C2 0.76 ± 0.46 2.78 ± 0.49 1.77 ± 0.19 Rata-rata 0.71 ± 0.39b 2.41 ± 0.39a C1 3.61 ± 0.31 3.12 ± 0.29 3.36 ± 0.14 C2 3.53 ± 0.34 2.77 ± 0.36 3.15 ± 0.14 Rata-rata 3.57 ± 0.29 2.94 ± 0.29 C1 2.23 ± 0.41 2.30 ± 0.39 2.26 ± 0.19 C2 2.91 ± 0.46 2.30 ± 0.49 2.60 ± 0.19 Rata-rata 2.57 ± 0.39 2.30 ± 0.39 C1 1.12 ± 0.26 1.53 ± 0.25 1.32 ± 0.12 C2 1.04 ± 0.29 1.32 ± 0.31 1.18 ± 0.12 Rata-rata 1.08 ± 0.25 1.43 ± 0.25 C1 17.38 ± 0.26 12.93 ± 0.25 15.15 ± 1.24 C2 17.67 ± 0.29 12.33 ± 0.31 15.00 ± 1.24 Rata-rata 17.52 ± 2.53 12.63 ± 2.53

11 Tabel 3 Persentase bobot komponen non karkas (% bobot potong) (lanjutan) Variabel Perlakuan P1 P2 Rata-rata -----------------------------%--------------------------------- C1 57.62 ± 1.59 52.52 ± 1.49 55.07 ± 0.74 Total non C2 56.98 ± 1.77 53.06 ± 1.88 55.02 ± 0.74 karkas Rata-rata 57.30 ± 1.51 52.79 ± 1.51 Superskrip huruf kecil berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05), huruf kapital menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong pada 19 870 g. C1= Wol tidak dicukur, C2= Wol dicukur, P1= Rumput+konsentrat, P2 = Rumput+konsentrat+ampas tahu. Hasil analisis peragam menggunakan covariable bobot potong menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P>0.05) dari perlakuan maupun interaksi antar perlakuan terhadap persentase total non karkas. Hasil persentase total non karkas penelitian ini sebesar 52%-57% dari bobot potong. Herman (2005) dalam hasil penelitiannya melaporkan tidak ada perbedaan nyata dari persentase total non karkas antara domba lokal yaitu berkisar 48%-51% dari bobot potong. Baihaqi dan Herman (2012) juga melaporkan persentase total non karkas domba Priangan dan DEG berdasarkan bobot potong yaitu antara 44.8%-46.4%. Hasil persentase total non karkas penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut. Hal ini diduga karena domba penelitian ini belum dewasa tubuh sehingga produksi karkasnya masih belum maksimal dan mengakibatkan proporsi non karkasnya lebih tinggi. Interaksi perlakuan memberikan respon berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap persentase alat kelamin. Sebagaimana pada bobot alat kelamin, persentase alat kelamin yang paling kecil yaitu pada interaksi perlakuan wol tidak dicukur dengan pakan tanpa ampas tahu. Hal ini dimungkinkan karena domba yang tidak dicukur wolnya dan pakan tanpa ampas tahu kurang dalam tingkat konsumsi, sehingga pertumbuhan alat kelamin lebih lambat. Hatta (2009) menyatakan persentase bobot alat kelamin bertumbuh sesuai dengan proporsi pertumbuhan tubuh. Selain itu, perbedaan pakan memberi respon berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak omental. Nilai rataan persentase lemak omental pada perlakuan pakan P2 lebih tinggi dibandingkan P1. Hal tersebut dimungkinkan karena konsumsi bahan kering (BK) domba dengan pakan P2 lebih tinggi dibandingkan domba dengan pakan P1. Konsumsi BK domba dengan pakan P2 sebesar (1.41 kg/ekor/hari) sedangkan domba dengan pakan P1 sebesar (0.63 kg/ekor/hari). Penambahan ampas tahu dalam ransum diperkirakan meningkatkan daya cerna pakan, sehingga saluran pencernaan cepat kosong, dan meningkatkan konsumsi BK (Tillman et al. 1991). Konsumsi yang tinggi dari pakan P2 mengakibatkan konsumsi energi tercerna tinggi sehingga mengakibatkan deposit lemak. Akhmadi et al. (2005) menyatakan tingginya konsumsi energi tercerna pada ternak menyebabkan bagian lemak pada ternak meningkat. Lawrie (2003) juga menyatakan proporsi lemak meningkat sesuai dengan peningkatan bobot potong. Rianto et al. (2004) melaporkan pemberian ampas tahu sampai 1.8% dari bobot hidup awal meningkatkan bobot hidup, bobot potong, dan proporsi lemak. Lemak omental merupakan lemak yang menutupi bagian perut dan cepat terdeposit. Vezinhet dan Prudhon (1975) membagi urutan depot lemak menjadi

12 lima kelompok yaitu lemak omental, lemak mesentrik, lemak internal, lemak intermuskular, dan lemak subkutan. Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan persentase non karkas, DEG yang dipotong pada bobot rataan 19.87 kg, menghasilkan 10.55% kepala dan kaki, 10.26% kulit, 12.64% offal, 3.69% darah, dan 15.08% isi saluran pencernaan. Nilai-nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Baihaqi dan Herman (2012) kecuali persentase offal, hal yang sama juga terjadi jika dibandingkan dengan penelitian Herman (2005) namun yang lebih rendah terjadi pada persentase darah. Penelitian Baihaqi dan Herman (2012) menunjukkan DEG yang dipotong pada bobot rataan 32.5 kg menghasilkan 7.48% kepala dan kaki, 6.77% kulit, 16.03% offal, 3.57% darah, dan 11.11% isi saluran pencernaan. Penelitian Herman (2005) menunjukkan DEG yang dipotong pada bobot rataan 17.5 kg menghasilkan 9.20% kepala dan kaki, 7.00% kulit, 12.17% offal, 4.08% darah, dan 11.99% isi saluran pencernaan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan DEG yang diberi ransum dengan pemberian ampas tahu sebanyak 30% selama 12 minggu menghasilkan bobot potong yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa ampas tahu. Perlakuan perbedaan pakan, pencukuran wol, dan interaksi tiap perlakuan tidak memberi pengaruh nyata terhadap bobot dan persentase total non karkas. Namun interaksi perlakuan memberi pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot dan persentase alat kelamin. Perlakuan pakan penambahan ampas tahu menghasilkan persentase lemak omental nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan ampas tahu. DEG yang diberi ampas tahu yang dicukur dan tidak dicukur, tanpa diberi ampas tahu yang dicukur dan tidak dicukur masing-masing mempunyai nilai persentase non karkas secara berurut 53.06, 52.52, 56.98, dan 57.62% dari bobot potong. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai persentase bagian edible portion dan inedible portion tiap komponen non karkas. Hal ini perlu dilakukan karena non karkas berkaitan dengan nilai ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Akhmadi D, Purbowati E, Adiwinarti R. 2005. Persentase edible portion domba yang diberi ampas tahu kering dengan aras yang berbeda. J Indon Trop Anim Agric. 30(4):248-254.

Alwi M. 2009. Bobot potong bobot karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan pada berbagai level penambahan kulit singkong dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Baihaqi M, Herman R. 2012. Carcass and non-carcass component of Priangan and Javanese Fat-tailed rams slaughtered at mature live weight. Media Petern. 35(3):196-200. da Silva AS, Furtado DA, De Medeiros AN, Costa RG, Cezar MF, Filho JMP. 2011. Characteristics of carcass and non-carcass components in feedlot native in the Brazilian Semiarid Region. R. Bras. Zootec [Internet]. [diunduh 2013 Mar 14]; 40:1815-1821. http://dx.doi.org/10.1590/s1516-35982011000800027. Devendra C, McLeroy GB. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics (Intermediate Tropical Agriculture Series). London (GB): Longman Group Ltd. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Ditjennak keswan. Duldjaman M. 2004. Penggunaan ampas tahu untuk meningkatkan gizi pakan domba lokal. Media Petern. 27(3): 107-110 Gaspersz V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Bandung (ID): CV. Armico Hatta M. 2009. Karakteristik produksi karkas dan non-karkas domba jantan lokal yang diberikan pakan berbagai taraf limbah udang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herman R. 2005. Produksi karkas dan non karkas domba priangan dan ekor gemuk pada bobot potong 17,5 dan 25,0 Kg. Media Petern. 28(1):8-12. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Meat Science. Rianto E, Budiharto M, Arifin M. 2004. Proporsi daging, tulang dan lemak karkas domba ekor tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Soeparno. 1984. Studies in the effect of dietary characteristics on growth and carcass composition in sheep including the digestion of the diets [tesis]. Australia (AU): University of New South Wales. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Steel RD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-2. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Tobing MM, Lestari CMS, Dartosukarno S. 2004. Proporsi karkas dan non karkas domba lokal jantan menggunakan pakan rumput gajah dengan berbagai level ampas tahu. J Pengembangan Peternakan Tropis. Buku 2: 90-97. Vezinhet A, Prudhon M. 1975. Evaluation of various adipose deposits in growing rabbits and sheep. Anim. Prod. 20: 363-370. 13

14 Lampiran 1 Analisis peragam bobot potong berdasarkan bobot awal SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 211030.58 211030.58 0.11 0.7516 Pakan 1 48976954.39 48976954.39 25.16 0.0015 Cukur*Pakan 1 1530376.29 1530376.29 0.79 0.4047 Bobot Awal 1 32558.15 32558.15 0.02 0.9007 Galat 7 13628775.2 1946967.9 Total 11 102958200.0 Lampiran 2 Analisis peragam bobot alat kelamin berdasarkan bobot potong SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 379.060993 379.060993 0.97 0.3581 Pakan 1 2202.276252 2202.276252 5.62 0.0496 Cukur*Pakan Bobot Potong 1 1 7498.395995 4894.748299 7498.395995 4894.748299 Galat 7 2743.2517 391.8931 Total 11 105764.2500 19.13 12.49 0.0033 0.0095 Lampiran 3 Analisis peragam bobot total non karkas berdasarkan bobot potong SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 11480.081 11480.081 0.06 0.8117 Pakan 1 85649.665 85649.665 0.46 0.5209 Cukur*Pakan Bobot Potong 1 1 54091.407 3180267.191 54091.407 3180267.191 Galat 7 1313138.03 187591.15 Total 11 19168092.69 0.29 16.95 0.6079 0.0045 Lampiran 4 Analisis peragam persentase alat kelamin berdasarkan bobot potong SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 0.02386957 0.02386957 1.73 0.2297 Pakan 1 0.04846315 0.04846315 3.52 0.1029 Cukur*Pakan Bobot Potong 1 1 0.22141990 0.00402983 0.22141990 0.00402983 Galat 7 0.09650351 0.01378622 Total 11 0.93089167 16.06 0.29 0.0051 0.6055 Lampiran 5 Analisis peragam persentase lemak omental berdasarkan bobot potong SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 0.53393429 0.53393429 2.45 0.1614 Pakan 1 1.27233541 1.27233541 5.84 0.0463 Cukur*Pakan Bobot Potong 1 1 0.30689127 0.00271155 0.30689127 0.00271155 Galat 7 1.52468845 0.21781264 Total 11 11.00329167 1.41 0.01 0.2329 0.9143

15 Lampiran 6 Analisis peragam persentase total non karkas berdasarkan bobot potong SK DB JK KT F hitung Pr > F Cukur 1 0.17464469 0.17464469 0.05 0.8117 Pakan 1 2.84317049 2.84317049 0.78 0.5209 Cukur*Pakan Bobot Potong 1 1 1.03854258 1.47104180 1.03854258 1.47104180 Galat 7 25.62902486 3.66128927 Total 11 86.16049167 0.28 0.40 0.6079 0.0045

16 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Mei 1991 di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sijan dan Ibu Mulyati. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pertama pada tahun 2006 di SMPN 5 Tuban. Pendidikan tingkat lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMAN 1 Tuban. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) pada tahun 2009. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis pernah aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Ikatan Pelajar Mahasiswa Ronggolawe Tuban (IPMRT) sebagai ketua periode 2010-2011. Penulis juga mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan di tingkat departemen dan fakultas.