BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan keluarganya kurang bahagia karena faktor belum mempunyai keturunan yang disebabkan karena tidak fertilnya pasangan tersebut. Faktor infertilitas pria menjadi 25 % penyebabnya (Sharlip et al., 2002). Kerusakan fungsi spermatozoa adalah penyebab umum kasus infertilitas pada pria (Sikka, 1996). Senyawa 2- metoksietanol (2-ME) merupakan salah satu hasil metabolit dari dimethoxy ethilphthalate (DMEP), DMEP merupakan salah satu turunan dari phthalic acid ester (PAEs) yang banyak digunakan sebagai bahan pelentur (plasticizer) dalam pembuatan plastik. Jika senyawa DMEP masuk kedalam tubuh manusia akan dihidrolisis menjadi 2-metoksietanol (2-ME) yang selanjutnya dioksidasi oleh alkohol dehidrogenase menjadi 2-methoxyacetaldehid (MALD), kemudian diubah menjadi methoxyacetic acid (MAA) oleh aldehid dehidrogenase. MAA merupakan bahan toksik dan teratogenik (Moslen et al., 1995). Senyawa 2-ME banyak digunakan sebagai bahan pelarut organik dalam pembuatan produk-produk industri seperti pelarut cat, pengeringan fernis, cat kuku dan pewarna kayu. Beberapa senyawa dari senyawa ini digunakan sebagai fiksatif parfum dan pembuatan fotografik film (Sax dan Lewis, 1989). Senyawa 2-15
16 ME berefek negatif terhadap mahkluk hidup terutama manusia. Studi epidemologi menunjukkan bahwa terhadap manusia, senyawa 2-ME dapat meningkatkan oligospermia sampai azoospermia. Pada para pengecat kapal dimana 2-ME banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan catnya (Rumanta et al., 2001). Senyawa 2-ME masuk kedalam tubuh melalui sistem pernafasan, kulit dan sistem pencernaan (Dhalluin et al., 1999). Senyawa 2-ME akan tersebar luas dan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian menuju organ yang sensitif terhadap zat tersebut yaitu testis, limpa, dan timus (Miller et al., 1983). Senyawa 2-ME dapat menyebabkan penurunan motilitas dan morfologi spermatozoa (Hayati et al., 2005). Pada penelitian Anjarsari (2006) membuktikan bahwa tikus jantan yang diberi senyawa 2-ME dengan dosis 200 mg/kg berat badan secara sub kutan selama 1, 3, 6 dan 12 hari menyebabkan meningkatnya kelainan morfologi spermatozoa dan menurunnya kecepatan motilitas spermatozoa. Mengingat pentingnya kualitas spermatozoa yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat menghasilkan keturunan, sehingga perlu adanya perbaikan kualitas spermatozoa salah satunya dengan menggunakan bahan alami yang murah dan mudah didapatkan yaitu biji labu kuning (Cucurbita moschata). Biji labu kuning selain enak untuk camilan juga mempunyai khasiat mencegah terjadinya pembesaran kelenjar prostat jinak. Kelenjar prostat berfungsi memproduksi cairan prostat yang menghasilkan zat makanan bagi spermatozoa (Anonimus, 2011 a ). Biji ini biasanya kurang dimanfaatkan oleh manusia, padahal dalam biji labu kuning (Cucurbita moschata) terkandung banyak zat, di antaranya sejenis asam amino yang langka seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina,
17 asam aminobutirat, etilasparagina, sitrulina dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat seperti seminalalanina, glisina, dan asam glutamate. Biji labu kuning ini juga mengandung unsur mineral seng (Zn) dan magnesium (Mg) yang sangat penting bagi organ kesehatan reproduksi, termasuk kelenjar prostat (Anonimus, 2011 a ). Di dalam 100 g biji labu kuning mengandung mineral Zn sebesar 6,5 mg (Widowati et al., 2008). Kandungan lain pada 100 g biji labu kuning adalah kalori 515,00 kal, protein 30,60 g, lemak 42,10 g, karbohidrat 13,80 g, gula 5,30 g, kalsium 54,00 mg, pospor 312,00 mg, besi 6,20 mg, air 5,90 g (Perdanianti dan Arum, 2006). Fungsi dari mineral Zn adalah pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma. Kekurangan mineral Zn dapat mengakibatkan gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan seksual. Bahan aktif mineral Zn berperan dalam fungsi syaraf, perkembangan fungsi reproduksi pria dan spermatogenesis, terutama perubahan testosteron menjadi dehidrotestoteron yang aktif (Widowati et al., 2008). Berdasarkan hal tersebut mineral Zn mempunyai peran yang sangat penting bagi fungsi reproduksi laki-laki. Dalam penelitian sebelumnya pemberian mineral Zn pada kalkun dalam bentuk kapsul dengan dosis 25 mg/ekor/hari dapat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap motilitas spermatozoa bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi mineral Zn yang dapat menyediakan energi gerak bagi spermatozoa sehingga spermatozoa lebih aktif (Suharyati, 2006). Dosis mineral Zn yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh manusia yaitu 5 mg perhari (Allen, 1998 dalam Santoso, 2009). Iwasaki dan Gagnon (1992)
18 menyatakan bahwa mineral Zn berfungsi terhadap kerja enzim-enzim metabolisme sel sperma untuk menghasilkan energi (ATP). Mengingat efek dari senyawa 2-ME yaitu menurunkan fertilitas individu, sedangkan biji labu kuning mengandung mineral Zn yang fungsinya untuk meningkatkan fertilitas individu maka perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus) setelah pemberian senyawa 2-ME. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan jumlah spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME? 2. Apakah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan morfologi normal spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME? 3. Apakah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan viabilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2- ME? 4. Apakah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan kecepatan motilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME?
19 1.3 Asumsi Penelitian Penelitian ini berdasarkan pada asumsi bahwa biji labu kuning mengandung mineral Zn yang dapat meningkatkan fungsi sel spermatogenik karena terjadi peningkatan stimulasi sekresi testosteron. Testosteron dalam bentuk dehidrotestosteron (DHT) berfungsi dalam proses maturasi spermatozoa. 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis kerja 1. Jika pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan jumlah spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2- ME, maka setelah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning akan terdapat perbedaan jumlah spermatozoa antar kelompok perlakuan. 2. Jika pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan morfologi normal spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME, maka setelah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning akan terdapat perbedaan morfologi normal spermatozoa antar kelompok perlakuan. 3. Jika pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan viabilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2- ME, maka setelah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning akan terdapat perbedaan viabilitas spermatozoa antar kelompok perlakuan. 4. Jika pemberian ekstrak etanol biji labu kuning berpengaruh terhadap proses pemulihan kecepatan motilitas spermatozoa mencit setelah diberi
20 senyawa 2-ME, maka setelah pemberian ekstrak etanol biji labu kuning akan terdapat perbedaan kecepatan motilitas spermatozoa antar kelompok perlakuan. 1.4.2 Hipotesis statistik 1. H 0(1) : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan jumlah spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. H 1(1) : Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan jumlah spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. 2. H 0(2) : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan morfologi normal spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. H 1(2) : Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan morfologi normal spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. 3. H 0(3) : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan viabilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. H 1(3) : Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan viabilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME.
21 4. H 0(4) : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan kecepatan motilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. H 1(4) : Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan kecepatan motilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan jumlah spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2- ME. 2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan morfologi normal spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME. 3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan viabilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2- ME. 4. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning terhadap proses pemulihan kecepatan motilitas spermatozoa mencit setelah diberi senyawa 2-ME.
22 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak etanol biji labu kuning untuk meningkatkan kualitas spermatozoa mencit, sehingga biji labu kuning bisa digunakan sebagai alternatif tanaman yang berfungsi untuk meningkatkan fertilitas individu.